http://www.equator-news.com/index.php?mib=berita.detail&id=12087

Senin, 14 Desember 2009 , 10:34:00


Pimpinan Arogan, Kader Keluar dari Golkar


SUKADANA. Abdul Karim SH resmi mundur dari Partai Golongan Karya (Golkar). 
Pernyataan keluar dari partai itu dinyatakan Karim ketika Musda II DPD II 
Partai Golkar Kabupaten Kayong Utara (KKU) berlangsung di Penginapan Anugerah, 
Sukadana, Minggu (13/12). "Saya mundur karena pimpinan sidang dalam Musda 
terlalu arogan. Saya sangat kecewa atas sikap Ibrahim Dahlan yang memimpin 
sidang tersebut," tegas mantan anggota DPRD KKU ini kepada Equator, kemarin 
(13/12). 

Sikap arogan yang dipertunjukkan pimpinan sidang, menurut Abdul Karim, dari 
sikap lisan pimpinan yang dinilainya tak mencerminkan. "Apakah salah ketika 
saya protes soal pendidikan minimal D III sebagai syarat sebagai calon ketua. 
Protes saya bukannya disikapi dengan bijak justru pimpinan sidang langsung 
tampak emosi dan langsung berkata tidak-tidak hingga menyebut S1, S2, S3 sampai 
menyebut S teler. Adakah pimpinan semacam itu," kata Karim dengan nada suara 
sedikit kesal.
Karim yang pernah duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Ketapang sebelum Kayong 
Utara terbentuk, mengaku, dia mundur dari partai berlambang pohon beringin itu 
langsung di forum resmi Musda. Bahkan, segala atribut Partai Golkar juga 
diserahkannya di kesempatan itu. 

"Saya protes soal pendidikan minimal D III karena berdasarkan Juklak DPP Partai 
Golkar No: Juklak-1/DPD/Golkar/X/2009 tentang penyelenggaraan Musda Provinsi, 
Musda Kabupaten/Kota, Musda Kecamatan dan Musda Desa/Kelurahan atau sebutan 
lain, Partai Golkar se Indonesia," jelasnya.

Disebutkan, Musda Kabupaten/Kota tentang pemilihan ketua DPP Kabupaten/Kota 
dilakukan dengan tahapan. Bakal calon dianggap sah menjadi calon ketua apabila 
memenuhi syarat-syarat seperti yang tercantum dalam nomor 4 yang dituliskan 
berpendidikan minimal D III. Namun, dikatakan dia, dalam Musda kali ini syarat 
pendidikan minimal tersebut diabaikan. Melainkan, tatib dijadikan tanpa 
menetapkan minimal pendidikan.

Karim menambahkan, dia mundur dari Golkar karena menilai partai tersebut tidak 
ada perubahan kearah yang lebih baik. Bahkan, pelaksanaan Musda yang 
dilaksanakan seakan sudah diatur untuk menetapkan salah satu figur. 

"Kalau sudah diatur dan diarahkan untuk memilih salah satu figur, untuk apalagi 
ada Musda, bahkan ketika saya memberikan pendapat sama sekali tidak direspon," 
ucapnya. 
Wakil Ketua DPD Partai Golkar KKU yang kini telah demisioner melanjutkan, di 
Golkar dia sudah banyak berkorban. Sementara, karir politiknya selalu dijegal. 
Hal itu dibuktikan, ketika pemilu legislatif 2009 lalu. Dia yang semula 
direkomendasikan menjadi calon legislatif DPRD Kalbar, akhirnya dibatalkan. 
Demikian pula, di tingkat kabupaten juga tak diberikan kesempatan. 

"Jujur saja saya sudah banyak berkorban, dan terus terang saya jadi korban 
politik di Golkar. Padahal, Musda kali ini katanya mau rekonsiliasi dan 
rekonstruksi tetapi saran dan pendapat saja tidak dengarkan," celotehnya. 

Dia juga mengungkit, banyak janji-janji yang diberikan kepadanya. Misalnya, 
dijanjikan menjadi ketua harian di DPD II Partai Golkar KKU untuk periode 
2009-2015. "Namun tawaran itu saya tolak, karena saya ingin mengikuti aturan 
dan mekanisme partai," timpalnya. 

Dalam Musda kali ini, Abdul Karim mengaku, sudah mencium gelagat tidak sedap. 
Di mana, sudah ada semacam pengkondisian dalam menentukan figur ketua. "Setelah 
saya ikuti pembukaan Musda sampai pembahasan tatib, rupanya benar mengarahkan 
aklamasi terhadap salah satu figur ketua," ucapnya lagi.

Kondisi di atas, dilanjutkannya, menjadikan Golkar sebagai partai nasionalis 
yang demokratis kerdil. Apalagi, kata dia, selama ini kinerja Partai Golkar KKU 
seakan tertutup yang hanya mengedepankan kepengurusan terhadap orang-orang 
tertentu. "Padahal, Golkar partai terbuka bagi siapa saja, dan tidak boleh ada 
KKN," katanya. 

Di balik itu, Abdul Karim juga memuji figur H Morkes Effendi SPd MH yang 
berhasil terpilih sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Kalbar. Dia menilai, berkat 
di bawah kepemimpinan mantan Ketua DPD II Partai Golkar Ketapang itu, 
melahirkan dirinya sebagai kader Golkar. "Musda VIII Partai Golkar Ketapang 
yang belum lama digelar sudah fair dan tidak seperti di Musda KKU ini," 
tandasnya. (lud) 





<<23_50_11.gif>>

Attachment: sig.jsp?pc=ZSzeb114&pp=GRfox000
Description: Binary data

Kirim email ke