Refleksi Diri: Krisis finansial dan perempuan

Persoalan
krisis finansial akibat kredit krisis dan hypotheek krisis di Amerika
membuat kehidupan sosial-ekonomi warga dunia menjadi 
porak-poranda.Konsekuensinya daya
beli masyarakat di pasar bebas menurun secara drastis dan warga dunia mengalami 
bencana kemanusiaan.

Banyak
Usaha Penunjang Pertumbuhan Ekonomi Kapitalisme di negara maju maupun
negara berkembang yang  mengalami proses kebangkrutan. Celakanya lagi
pihak pemerintahannya pun
kehilangan akal-budinya untuk menanggulangi krisis ekonomi dalam
negerinya. 

Dalam waktu singkat di berbagai negara mengalami
peningkatan
kemiskinan, pengangguran massal lantaran pemutusan hubungan kerja dan
penurunan sarana lapangan kerja. Serangan mendadak krisis ekonomi yang
menggglobal itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka kemanusiaan.

Namun ironisnya, kebanyakan orang menganggap bahwa
krisis finansial ini
bukanlah disebabkan oleh hukum ekonomi yang dibuat oleh umat manusia
dalam sistim kapitalisme. Bahkan beberapa ahli ekonomi sibuk mengamati
soal krisis finansial dikaitkan dengan pengaruh sosial posisi dan peranan 
perbedaan antar gender. 


Ada yang menyatakan bahwa kaum laki-laki sangat dominan
menduduki fungsi-fungsi strategis dunia finansial, sehingga sikap
"machoism" para top manajer dianggap sebagai sumber malapetaka krisis
ekonomi. Ada pula yang mengatakan, kalau kaum perempuan turut
andil berperan dominan sama dengan kaum lelakinya di top fungsi dunia
finansial, bakalan krisis ini bisa dihindari. Lalu, versi pernyataan
yang manakah yang bisa kita percayai? 

 Kalau kita menyimak
dari sisi relasi antar perbedaan gender dan karakter individu menurut
tata-krama pergaulan sosial dalam sektor kerja. Kemudian perhatian kita
akan terpaku pada penilaian dan tugas peranan sosial posisinya antar
gender, yang
dikaitkan pada pengaruh lingkungan dan gejala sosial masyarakatnya. 



Menurut pandangan umum, peranan kaum perempuan dikenal memiliki sifat
lebih sosial, cenderung lebih berhati-hati dan kurang aggresip dalam
melakukan tugas-tugas kewajiban pekerjaannya. Sedangkan kaum laki-laki
dikenal memiliki sifat kebalikannya dengan sifat perempuan. Sehingga
kaum laki-laki dianggap lebih wajar dan sepantasnya untuk menduduki
singgasana kekuasaan di sektor politik maupun di sektor ekonomi.


Penilaian atas perbedaan sifat dan prilaku antar gender di publik
sektor pun seakan-akan
sudah menjadi suatu kewajaran di kehidupan keseharian kita. Karena
gender mengacu pada peran sosial sudah sejak awal kita kenal. Sejarah
perbedaan gender yang terjadi memang melalui proses sangat panjang.
Banyak hal yang mempengaruhi terbentuknya perbedaan-perbedaan gender,
yang kemudian perbedaan-perbedaan tersebut dibentuk, di sosialisasikan,
diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial dan kultural melalui
panutan prinsip-prinsip neo-liberal pada sistim ekonomi kapitalisme,
yang menghalalkan pada hak-hak kebebasan individu.  

 
Lalu, bagaimana nasib sosial kehidupan ekonomi sistim kapitalis ini,
kalau kita hidup dalam struktur pengertian sosial masyarakat Matriarkhi?




Menurut seorang pengamat antropology, Peggy Reeves Sanday, yang pernah
melakukan penelitiannya tentang Masyarakat Minangkabau, menyatakan bahwa kaum
perempuan dalam masyarakat Minangkabau memiliki peranan dominan dan
berpengaruh peranan status sosialnya di kehidupan masyarakatnya.


Dari hasil penelitian melalui wawancara Peggy Reeve di Padang,
digambarkan pula bagaimana kaum perempuan bersikap dan bertindak tapi
memiliki kuasa penuh dalam mengambil keputusan fungsi strategis dunia
finansial, yang mengakibatkan banyak kerugian pada posisi kaum lelaki
dalam status sosial masyarakatnya. 

Pengaruh karakter individu
kaum perempuan tersebut, juga dilihat oleh Peggy Reeve ada kaitannya
pada gejala sosial masyarakatnya. Bahwasanya peranan sosial antar
perbedaan gender menunjukan adanya pengaruh struktur budaya
Matriarkhi, biar pun mayoritas penduduknya beragama Islam. 

Masalahnya,
warga dunia masih hidup dalam masyarakat kapitalisme, yang menghalalkan
pada peranan sosial, yang bersandar pada perbedaan antar kelas penguasa
dan kelas yang dikuasainya. Persoalan gender yang bermakna pada sifat
atau ciri peran tertentu, dikonstruksi secara sosial, budaya, agama,
politis, ekonomis dalam waktu dan konteks tertentu
untuk kepentingan tertentu. 

Jadi, struktur pandangan umum tersebut buat kita semua sudah bukan
rahasia umum lagi. Bahwasanya pengaruh karakter individu
yang dipakai sebagai acuan prinsip neo-liberal tersebut, tentunya
dikaitkan pada gejala sosial masyarakat kapitalisme, yang
bersandar pada pengertian standar sosial-budaya masyarakat Patriarkhi,
yang nyatanya dalam kehidupan kesehariannya kaum perempuan selalu
berhadapan pada persoalan kasus-kasus yang diskriminatip dan
ketidak-adilan.

Sang perempuan atau sang lelaki yang memiliki fungsi
strategis dunia finansial, yang hidup dalam struktur pengertian sosial 
masyarakat Matriarkhi akan pula dihadapi
kasus persoalan yang sama, yaitu peranan dominan atas kepentingan kekuasaan 
demi kelanggengan sistim ekonomi kapitalisme.  

MiRa - Amsterdam, 8 Juli 2009

Sumber:
 

Women at the Center  Door Peggy Reeves Sanday, Mita Choudhury
http://books.google.nl/books?id=yeG9UGz4_08C&dq=peggy+reeves+sanday&printsec=frontcover&source=bl&ots=vqN3PdDLl4&sig=R6f_PYN3BsuljAJ-qoDjgPotYj0&hl=nl&ei=hA5TSr3xForH-Qa14629CA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=4
http://beleggen.blog.nl/amerika/2009/04/20/mannen-grootste-slachtoffer-van-crisis
http://www.ad.nl/economie/2736684/Macho_medeoorzaak_kredietcrisis.html
http://managementscope.nl/nieuws/1-bedrijven/deloitte-onderzoek-nederlandse-bedrijven
http://www.grenzeloos.org/artikel/viewartikel.php/id/1462.html
http://www.nrc.nl/nieuwsthema/kredietcrisis/article2027978.ece

Information about KUDETA 65/ Coup d'etat
 '65, click: http://www.progind.net/   
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
 

Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
 


      

Reply via email to