Refleksi Sumpah Pemuda: Untuk Bundaku Tercinta
Berjalan Berjalan di kelembutan purnama lampu jalanan basah merana menapik resah bersama duka-lara Selain berjalan Bersepeda dalam dingin mendinginkan kepalaku perlahan-lahan membeku kaku, berlinang air mata Satu-satunya cara Nasib kami semua Spiral hitam Perempuan hati insani Perempuan itu menyelam, menghilang Tepat ke arahnya, sekali lagi, keluarkan Burung gaok menyerang Merasa kehilangan Ketika aku melihat di matamu Tak berdaya tapi berlawan Mana jalan pencerahan? Apakah ada pilihan baru? Kabut hitam tak menutup mata... Titisan kecil embun pagi Hati insani menemui fajar dan gairah segar kehidupan Tiada akhir Awal dari akhir, Menapak makna kehidupan Dan alasan pun tak kunjung hilang Ada sebuah wajah tenang Diambil dari rasa sakit Pikiran jernih menepis ilusi Padang rumput membentang bidang Dimana jiwa-jiwa pengembara? Keheningan dihitung... MiRa - Amsterdam, 28 Oktober 2009 Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://sastrapembebasan.wordpress.com/