=================================================


THE
WAHANA DHARMA
NUSA
CENTER
[WDN_Center]


Seri
: "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 

          
nasionalisme,
kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  

=================================================


[Spiritualism,
Nationalism, Resources, Democration & Pluralism Indonesia
Quotient]


Memperingati
Hari Raya NATAL 25 Desember dan TAHUN BARU 2010  



"Belajar
menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia."Renungan 
NatalBukan
Cicak atau Buaya
Kamis,
24 Desember 2009 | 03:04 WIBOleh: I Suharyo
Peristiwa
kelahiran Yesus telah memberikan inspirasi yang amat kaya dalam
berbagai bidang kreatif, seprti lukisan yang bermutu tinggi,
lagu-lagu indah abadi, renungan-renungan yang menyentuh hati, dan
buku-buku tebal yang mencoba mengurai misteri peristiwa ini. Ada juga
cerita-cerita sederhana yang menantang refleksi. Berikut salah satu
di antaranya. 
Kata
yang punya cerita, ketika Yesus lahir, malaikat mengadakan seleksi
siapakah di antara binatang-binatang yang sebaiknya menemani Yesus
yang terbaring di palungan. Yang pertama mengajukan diri adalah
harimau. Ia berkata, ”Sayalah yang paling pantas menjaga Yesus.
Siapa pun yang berani mendekat akan saya terkam dan saya cabik-cabik
dengan kuku dan taring saya. Yesus akan aman.” Malaikat menjawab,
”Yesus adalah Raja Damai. Kekerasan tidak sesuai dengan maksud
kedatangan-Nya.”
Selanjutnya
majulah si kancil dan berkata, ”Benar, kekerasan bukan cara
beradab. Untuk menjaga supaya Ia aman, saya mempunyai jurus canggih,
akan melakukan lobi-lobi dalam pertemuan-pertemuan rahasia; kalau
perlu saya akan merekayasa supaya semua urusan lancar.” Malaikat
menjawab, ”Yesus adalah Raja Keadilan dan Kebenaran. Rekayasa dan
sikap licik hanya akan menyakitkan hati-Nya.”
Berikutnya
majulah seekor burung merak dengan menunjukkan segala keindahannya.
Ia berujar, ”Sayalah yang paling tepat ada di dekat Yesus. Saya
akan menyiapkan penyambutan yang mewah meriah.” Malaikat menjawab,
”Yesus adalah Raja yang sederhana dan rendah hati. Kemewahan dan
gebyar-gebyar yang berlebihan jauh dari semangat hidup-Nya yang
selalu dekat dengan orang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir.”
Selanjutnya
majulah berbagai binatang lain menawarkan diri, seperti serigala,
bulus — buaya dan cicak tidak ada karena sedang mempunyai urusan
lain. Semuanya tidak lolos seleksi. Sementara itu, malaikat melihat
seekor keledai dan lembu yang diam tak menawarkan diri. Malaikat
bertanya kepada mereka, ”Mengapa kalian tidak angkat bicara dan
mengajukan diri menjadi pendamping Yesus?” Keledai berkata,
”Siapakah saya ini. Paling-paling saya hanya dapat membantu membawa
beban.” Lembu menyahut, ”Apalagi saya, paling-paling saya hanya
dapat mengusir lalat dengan ekor saya.” Kedua binatang ini lolos
seleksi. Itulah sebabnya di goa-goa Natal, dekat palungan, sampai
sekarang kedua binatang itu hadir.
Ketidakpercayaan
publik
Pada
akhir tahun 2004 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengeluarkan
Nota Pastoral berjudul ”Keadaban Publik: Menuju Habitus Baru
Bangsa”. Dalam tulisan itu disebut berbagai hal yang baik yang
telah dibangun oleh bangsa kita. Sementara itu, ditengarai pula bahwa
ada tidak sedikit hal yang tidak baik, yakni munculnya
tegangan-tegangan baru dalam badan-badan publik penyangga demokrasi,
keraguan dan kegelisahan dalam sektor/komunitas bisnis, demikian pula
kerisauan akan masa depan bangsa dan ketegangan dalam dan di antara
komunitas masyarakat warga (no 7.2.).
Konstatasi
ini tampak masih benar pula untuk saat ini, lima tahun sesudah Nota
Pastoral itu dikeluarkan. Sekurang-kurangnya hal-hal itulah yang
memberikan kesan mendominasi pemberitaan dalam sejumlah media massa.
Keadaban publik belum banyak beranjak maju. Habitus baru yang
diharapkan dapat mengembangkan kebaikan bersama, kejujuran, dan
kepercayaan di antara masyarakat warga masih jauh dari yang
dicita-citakan.
Yang
paling tampil adalah rebutan kekuasaan, kepentingan, keserakahan yang
tidak terpuji, dan kebohongan kepada publik dengan akibat semakin
kuatnya ketidakpercayaan publik. Di tengah-tengah kenyataan hidup
seperti inilah kelahiran Yesus dirayakan.
Rajin
berbuat baik
Santo
Paulus tidak menulis kisah mengenai kelahiran Yesus. Ia membahasakan
peristiwa ini dengan pendek, ”Karena kasih karunia Allah yang
menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita
meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi dan supaya kita hidup
bijaksana, adil, dan beribadah di dalam dunia, dengan menantikan
pernyataan kemuliaan Juru Selamat kita, Yesus Kristus, yang telah
menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala
kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat,
kepunyaan-Nya sendiri yang rajin berbuat baik” (Titus 2:11-14).
Keledai
dan sapi—yang mempunyai semangat hanya ingin berbuat baik — hadir
di dekat palungan memberikan pesan kepada kita untuk berusaha selalu
berbuat baik di tengah-tengah keadaan nyata masyarakat dan bangsa
kita. Itulah pesan yang juga disampaikan oleh Pesan Natal Bersama PGI
dan KWI, yaitu ”untuk senantiasa menyadari kebaikan Tuhan dan
sendiri berbuat baik kepada sesama, yakni untuk tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan, melainkan mengalahkan kejahatan dengan
kebaikan”. Dengan demikian, merayakan Natal antara lain berarti
meneguhkan niat — baik sebagai pribadi maupun dalam kebersamaan — untuk
selalu berbuat baik.
Mengakhiri
renungan ini, saya kutip kata-kata indah Bunda Teresa, ”Setiap kali
kita tersenyum bersahabat kepada seseorang dan berbaik hati
kepadanya, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan
pengharapan kepada seseorang yang putus asa, kita merayakan Natal.
Setiap kali kita memberikan kesempatan Yesus lahir kembali dengan
membahagiakan orang lain, kita merayakan Natal.”
Selamat
hari raya Natal dan selamat rajin berbuat baik dan selamat menyambut
Tahun Baru. [I
Suharyo Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta]
-------Terima kasih Pastor atas renungannya, dapat sebagai bekal untuk 
menjalani dan memaknai Natal kali ini menjadi lebih berarti... 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat.Best
Regards, 

Retno
Kintoko












Kepada
seluruh umat kristiani di Indonesia

kami
mengucapkan:

SELAMAT
HARI RAYA NATAL 2009 


DAN
TAHUN BARU 2010

Kiranya
kebahagian dan sukacita Natal TUHAN ini

senantiasa
dicurahkan atas kita 

dan menyelimuti segenap hati dan jiwa
kita

di segala kehidupan kita sekalian.

Salam
damai di bumi damai di hati. 

Amien!


Salam dan doa,

Retno Kintoko 



    SONETA INDONESIA <www.soneta.org>  Retno Kintoko Hp. 0818-942644  Aminta 
Plaza Lt. 10  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan  Ph. 62 21-7511402-3  
  


      

Reply via email to