mari kita sama-sama mencermati. barangkali inilah yg pernah dikatakan mantan 
Wakil Ketua DPR RI Zainal Maarif. sayang belum apa-apa Zaenal sdh minta maaf.

tapi isu ini perlu terus digulirkan sehingga terkuak kebenarannya.
karena permintaan maaf zaenal bisa jadi ditukar dengan uang atau lain-lain. 
Mengingat  negara kita ini negara yang "bisa diatur" dan rakyatnya pun mudah 
lupa karena sulitnya ekonomi. 

La Mindo  
demi Indonesia.....










    
            
            Subject:  SBY tidak mengakui anak kandungnya
                           
INI SEBABNYA INDONESIA SELALU DITIMPA BENCANA YANG MENYENGSARAKAN RAKYAT 
SEPANJANG SBY MENJABAT. TERNYATA SBY SESEORANG YANG MENGORBANKAN SIAPA SAJA 
UNTUK MENCAPAI APA YANG DIA INGINKAN

STOP PRESS !!!
TERBONGKARNYA SKANDAL PENIPUAN AKABRI
 Sepandai-pandai menyimpan bangkai, akhirnya pasti tercium juga. Pepatah lama 
itu, sekarang terbukti terjadi pada Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
(SBY). Rahasia yang Disimpannya dalam-dalam selama 35 tahun, kini akhirnya 
terbongkar jua. 
 Ternyata, selain istrinya Kristiani (putri mantan Komandan Kopassus Letjen 
Sarwo Edhie Wibowo) dan dua anaknya, Agus dan Ibas, yang dikenal publik selama 
ini, ia masih punya istri lain dengan dua anak pula. Istrinya itu, seorang 
wanita Filipina dan dua anaknya
 Adinda, 35 tahun, dan adiknya, Dev 33 tahun. Sang istri yang kini sudah ia 
ceraikan, kemudian menikah lagi dengan seorang warga Jerman, dan kini menetap 
di Jerman. Sedang Adinda yang sulung, sudah menikah dengan Danang, putra H.Ir. 
Luqman Hakim, mantan Kepala Divisi Produksi Pertamina, kini menetap di Jakarta. 
Sang adik, Dev, tinggal di Amerika Serikat. Terbongkarnya kasus ini, tentu saja 
membuat secara moral SBY sudah tak layak menjadi Capres. Dia harus segera 
mundur dari pencalonannya, karena terbukti selama 35 tahun
 ini, dia telah menipu AKABRI dan institusi ABRI yang selama ini ia banggakan. 
Ia juga telah menipu KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan KPK (Komisi Pemberantasan 
Korupsi), serta seluruh rakyat Indonesia, karena dalam riwayat hidup yang ia 
serahkan kepada KPU, soal istri dan dua anaknya ini, tak pernah ia cantumkan. 
Selain itu, kasus ini akan mengungkap pula seluk-beluk harta-benda yang 
dimiliki SBY yang sesungguhnya, yang tak pernah ia laporkan kepada KPK dalam 
pencalonannya sebagai Presiden. Soalnya, Adinda yang merasa dikibuli oleh ibu 
tirinya, Kristiani, dalam soal pembagian harta, telah menggugat persoalan harta 
ini ke sebuah pengadilan di Jakarta. Bila dicek di pengadilan soal harta yang 
menjadi pokok perkara gugatan itu, segera akan diketahui bahwa harta-harta itu 
tak dilaporkan SBY ke KPK, antara lain sebuah rumah di Pondok Indah dan sebuah 
lagi di kawasan Menteng. Kedua rumah itu saja sudah bernilai lebih Rp 10 
milyar, padahal SBY melaporkan nilai
 hartanya ke KPK, cuma Rp 4,5 milyar. Kasus ini jauh lebih dahsyat dibanding 
heboh kasus Jaksa Agung A.Rahman yang cuma tak melaporkan sebuah rumahnya di 
Cinere (bernilai Rp 2 milyar) dulu kepada KPKPN, yang kemudian menjadi berita 
besar di media massa.

Apa yang terjadi sesungguhnya? Kisah ini harus dimulai 35 tahun yang lalu, 
yaitu setelah SBY tamat SMA di Pacitan, Jawa Timur, pada tahun 1968. Ia 
kemudian pergi ke Surabaya, kuliah di Unair. Ternyata, di sana ia berkenalan 
dengan seorang wanita Filipina.
 Singkat cerita, keduanya lalu menikah di Catatan Sipil di Jakarta. Dari 
sinilah lahir Adinda dan Dev. Mungkin karena belajar sembari beristri, 
kuliahnya berantakan. Yang jelas ia kemudian pindah ke PGSLP (Pendidikan Guru 
SLP) di Malang.
 Lalu pada 1970, ada penerimaan siswa AKABRI, dan SBY berminat melamar ke sana. 
Tapi seperti diketahui, sekolah calon perwira TNI itu, tak menerima siswa yang 
sudah beristri. Maka SBY pun berunding dengan istrinya, maka diputuskanlah SBY 
melamar ke AKABRI, dengan status bujangan. Itu ia lakukan di Malang.
 Singkat cerita, SBY diterima ! masuk AKABRI di Magelang, sedang sang istri 
dengan dua anaknya, rela mengais hidup sendiri di Malang, demi cita-cita besar 
sang suami: menjadi jenderal, Walau pun untuk itu, SBY harus menipu institusi 
ABRI itu, dengan mengubah statusnya sebagai bujangan.

Nah, ketika itu yang menjadi Gubernur AKABRI adalah Letjen Sarwo Edhie Wibowo, 
mantan Komandan Kopassus. Rupanya, Sarwo kepincut kepada sang Taruna AKABRI 
asal Pacitan ini. Ia bertubuh tinggi, berwajah tampan, sikapnya menunjukkan 
ciri-ciri seorang priyayi Jawa. Apalagi otaknya encer, meski ia cuma anak 
seorang Peltu, Komandan Koramil. Pokoknya, di mata Sang Gubernur ini, SBY 
betul-betul seorang Arjuna yang ideal untuk disandingkan dengan putrinya, 
Kristiani. Para Taruna AKABRI yang lulus pada 1973, bersama SBY, pasti tahu 
bagaimana kagumnya Sarwo kepada anak muda ini. Dan mereka juga tahu bahwa Sarwo 
menjodohkan SBY dengan putri kesayangannya.
 Bagaimana SBY? Bukankah ia telah punya istri? Di sinilah persoalannya. SBY 
tentu tak mungkin mengungkapkan rahasianya kepada Sarwo bahwa sesungguhnya ia 
telah beristri. Kalau itu ia lakukan tentu ia dipecat sebagai Taruna, dan 
mungkin pula akan dipidana karena menipu AKABRI. Maka seperti sama diketahui, 
setelah lulus, SBY kemudian menikah dengan Kristiani. Setelah beberapa tahun 
menikahi Kristiani, ia akhirnya terpaksa mengaku bahwa ia telah punya istri 
Filipina. Tentu terjadi gonjang-ganjing di rumah tangga itu. Tapi akhirnya, 
ditemukan jalan penyelesaiannya, SBY bercerai dengan wanita Filipina itu.

Sekali pun sudah bercerai, SBY tetap mengurusi kedua anak dari istri tuanya. 
Buktinya, pada tahun 1999, ketika itu SBY menjabat Kepala Staf Teritorial 
(Kaster) TNI, di rumah dinasnya di Cilangkap, Jakarta Timur, SBY menikahkan 
putri sulungnya, Adinda, dengan pujaan hatinya, Danang. Pernikahan itu memang 
tak dilakukan dengan pesta besar-besaran, hanya sederhana. Kepada para 
kenalannya pun, SBY mengaku Adinda bukan anaknya, melainkan keponakannya. 
Inilah yang membuat Adinda kesal. Ia merasa tak diakui sebagai anak oleh SBY. 
Adinda yang tamatan Universitas Trisakti Jakarta itu, kini bekerja sebagai 
konsultan di sebuah perusahaan pertambangan. Sedangkan Danang, sang suami, 
adalah putra Ir.H.Luqman Hakim, mantan Kepala Divisi Produksi Pertamina. Adik 
Luqman adalah Dr Sofjan Sauri, mantan Kepala LIPI, yang kini menjadi Kepala 
Litbang Departemen Hankam.
 Adinda merasa tambah kesal, ketika mencalonkan diri sebagai Presiden, SBY tak 
mencantumkan namanya dan adiknya, Dev, dalam daftar riwayat hidup, yang 
kemudian tersebar luas di media massa. Lebih kesal lagi ia, karena semua harta 
dikuasai oleh Kristiani, sang ibu tirinya. Akibatnya, beberapa waktu yang lalu, 
ia menyewa pengacara menggugat SBY dalam soal pembagian harta gono-gini.
 Pengadilan kemudian memenangkan Adinda, sehingga ia memperolah, antara lain, 
sebuah rumah mewah di Menteng dan di Pondok Indah. Kedua rumah itu tidak ia 
tempati, karena Adinda dan suaminya sampai sekarang, tinggal di kawasan 
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berbagai langkah Adinda yang didukung oleh ibu dan 
para saudara suaminya, membuat gerah SBY. Apalagi sekarang ia sedang menghadapi 
pertarungan final pemilihan Presiden, menghadapi Megawati. Maka Kristiani 
berkali-kali menelepon Adinda dan ibunya yang tinggal di Jerman, agar tak usah 
ribut-ribut soal status mereka. Ia menjanjikan, sesuai Pemilu Presiden, soal 
status mereka akan diselesaikan oleh SBY. Malah sebuah sumber menyebutkan, 
Kristiani sempat mengeluarkan ancaman yang membuat Adinda sempat takut. Beres? 
Ternyata tidak. Kristiani dan SBY agaknya melupakan pesan pepatah lama tadi: 
Sepandai-pandai menyimpan bangkai, akhirnya pasti tercium juga. Walau sudah 35 
tahun rahasia ini bisa dibungkus rapi,
 ternyata sekarang mencuat ke permukaan. SBY memang bisa mengendalikan pers dan 
para wartawan di negeri ini, apakah melalui pemberian amplop, lobi para 
intelnya, dan sebagainya. Tapi betapa pun, tentu akhirnya ia tak bisa 
menyembunyikan sebuah kebenaran. 

-- 
Merdeka!!!
Tim Media Pemenangan Mega Prabowo Pro Rakyat Sumut 
                                           
 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke