"Settlement" itu Bukanlah Terorisme !!! Dalam dunia politik tentu ada cara2 mencari dukungan. Berbagai cara dalam mencari dukungan yang tidak menggunakan cara2 teror ataupun kekerasan tentu bisa diterima.
Sama saja dalam dunia bisnis, untuk promosi produksi sebuah pabrik dilakukan teknik periklanan bukan dengan cara kekerasan dimana setiap orang dipaksa dan diancam untuk mempergunakan produk tersebut. Salah satu cara politik mencari dukungan adalah dengan cara membangun perumahan, memperluas settlement. Namun cara2 membangun perumahan atau settlement ini oleh Israel sekarang ditentang oleh pihak Palestina, dan dijadikan syarat perundingan untuk menekan penghentian settlement tersebut. Tentu saja Israel logis untuk menolaknya, karena settlement itu selain merupakan bagian dari kampanye kehidupan politik juga merupakan kebutuhan masyarakatnya yang membutuhkan perumahan dimanapun lokasinya. Padahal pihak Palestina pun juga melakukan perluasan settlement mereka dalam mengembangkan dukungan politik terhadap mereka, lalu kenapa Israel harus dilarang ??? Itulah sebabnya, Netanyahu menyanggah nya dimuka sidang UN dan mengatakan bahwa pembangunan settlement bukanlah terorisme. Justru cara menembakkan roket2 itulah yang harusnya dilarang karena hal itu juga cara2 mencari dukungan melalui kekerasan dan terorisme. Perluasan settlement sama sekali bukan terorisme melainkan bagian dari kampanye politik yang juga dilakukan semua pihak dimanapun didunia sekarang ini. Artinya, tidak bisa dilarang untuk dijadikan syarat perundingan perdamaian karena pengembangan settlement ini justru dilakukan dalam lingkungan yang penuh kedamaian bukan merupakan gerakan terorisme. Lalu apa bedanya mengirim dakwah ke Papua, membangun mesjid di Bali dll yang kesemuanya juga merupakan kampanye agama Islam yang tidak pernah dilarang oleh pihak agama lainnya ??? Oleh karena itu, tuntutan Abbas agar Israel menghentikan pembangunan settlement sebagai prasyarat untuk melanjutkan perundingan hanyalah akan merugikan dirinya sendiri dan keseluruhan Palestina yang akan makin tersudut dan terkubur cita2nya. Apa yang dilakukan Abbas di Palestina adalah cara khas Islam di Indonesia yang menteror missionaris yang mem-bagi2kan supermi dalam mempromosikan agama mereka. Bayangin deh, para missionaris bagi2 supermi itu tidak memaksa orang lain masuk ke agamanya melainkan cara mereka untuk umat agama lain ada perhatian kepada Amerika yang diharapkannya bisa masuk ke agama mereka. Lalu bagaimana bisa dibandingkan dengan cara2 Islam yang membakari mesjid2 Ahmadiah dan menjarahi harta bendanya umat Ahmadiah agar mereka bisa dipaksa untuk mengikuti akidah Islam yang dianut si pelaku pembakaran ini ???? Akhirnya, Netanyahu dan Israel memenangkan dukungan Amerika yang mulanya terpengaruh oleh usul Abbas dalam hal pemaksaan penghentian settlement, dan Netanyahu menyatakan bahwa pembangunan settlement tak perlu dihentikan karena bukan pelanggaran HAM malah sebaliknya merupakan bagian dari penegakkan HAM yang sama sekali tidak terkait cara2 teror ataupun kekerasan dalam pelaksanaannya. Lalu kenapa dunia harus mendukung Abbas??? Lalu kenapa RI harus mendukung Palestina??? Tidak, kita dan dunia tidak boleh mendukung cara2 kekerasan atau cara2 memaksakan apapun kepada masyarakat dimanapun juga. Kita tak boleh mendiskriminasi masyarakat itu dalam kotak2 agamanya seperti yang dilakukan dalam Syariah Islam yang melarang pengembangan Yahudi dan agama lainnya tetapi mendukung cuma pengembangan Islam. Policy Abbas yang mempersyaratkan penghentian settlement ini ternyata merugikan Abbas dan Palestina bahkan mengurangi dukungan dunia dan Amerika. Mana mungkin sebuah negara bisa menuntut kemerdekaan melalui kekuatan dari luar negerinya sendiri tanpa punya kekuatan dari rakyatnya sama sekali ??? Demikianlah kenyataannya, Palestina makin kehilangan dukungan luar negeri dan dukungan rakyatnya sendiri. Ny. Muslim binti Muskitawati.