================================================= 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember 2009 
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
Soetanto, Mendidik dan Menggali Kepintaran
Selasa, 17 November 2009 | 02:54 WIB
Oleh : NAWA TUNGGAL
Di balik pencapaian gelar profesor dan empat doktor sekaligus dari empat 
universitas berbeda di Jepang, Ken Kawan Soetanto punya pengalaman penuh liku. 
”Apa bisa orang Indonesia mengajar orang Jepang?” begitu ungkapan yang 
merendahkan dia sewaktu mengajukan diri menjadi dosen di salah satu universitas 
di Jepang setelah meraih gelar doktor keduanya pada 1988. 
Dengan dana beasiswa Pemerintah Jepang dan semangat belajar tinggi, Soetanto, 
panggilannya, menjadi guru besar di beberapa universitas di Jepang. Di Amerika 
Serikat, tahun 1988-1993, ia menjadi associate professor di Universitas Drexel 
dan Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia. Sejak 2005 ia menjadi guru 
besar Venice International University, Italia.
Keahlian Soetanto bisa ditelusuri dari minat studinya. Keempat gelar doktor dia 
peroleh di bidang aplikasi rekayasa elektronika dari Tokyo Institute of 
Technology (1985), ilmu kedokteran dari Universitas Tohoku (1988), ilmu farmasi 
dari Science University of Tokyo (2000), dan ilmu pendidikan dari Universitas 
Waseda (2003). ”Sejak 2003 saya memegang rekor gelar empat doktor sekaligus di 
Jepang,” katanya.
Dari pengembangan interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi, 
dia menghasilkan 29 paten di Jepang dan 2 paten di AS. Pencapaian riset dengan 
paten paling mutakhir diakui di Jepang, yakni The Nano-Micro Bubble Contrast 
Agent. Pemerintah Jepang melalui NEDO (The New Energy and Industrial Technology 
Development Organization) memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di 
Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
”Itu riset smart medicine atau obat cerdas yang mampu menelusuri sistem 
jaringan pembuluh darah untuk mencari sel-sel kanker dan melumpuhkannya,” kata 
Soetanto.
Mendidik itu menggali
”Negara tanpa riset akan lemah. Riset harus dikembangkan melalui pendidikan 
yang baik,” kata Soetanto.
Pemikiran mengenai pendidikan yang baik, menurut Soetanto, kembali pada 
pengertian to educe, yaitu untuk menggali. Pendidikan itu menggali kemampuan 
atau kepintaran diri setiap orang. Pendidikan tidak mendiskriminasikan kondisi 
fisik seseorang dan tidak membatasi kemampuan ekonominya.
Pendidikan untuk menggali kepintaran setiap orang, termasuk orang yang 
kehilangan semangat belajar atau yang dianggap bodoh. Pendidikan tidak hanya 
untuk orang kaya. Berdasarkan pengalaman Soetanto mengajar di Jepang, justru 
orang miskin memiliki kemauan belajar yang lebih tinggi.
”Berapa doktor dari Indonesia yang belajar ke luar negeri dengan membayar 
mahal, lalu pulang dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa?” sergahnya.
Soetanto dalam menjalankan proses pendidikan di Jepang tidak hanya berteori. 
Namun, ia berusaha benar-benar menggali kepintaran setiap peserta didik.
Metode Soetanto mengajar di Jepang sempat dikenal sebagai ”metode Soetanto” 
atau ”efek Soetanto”. Suatu pengajaran yang menyentuh hati setiap peserta didik 
dan mengumandangkan motivasi serta pemahaman tujuan yang ingin diraih.
”Manusia yang sebelumnya bodoh atau tak memiliki semangat belajar sama sekali 
harus didaur ulang supaya memiliki motivasi belajar dan bermanfaat bagi 
sesamanya,” ujarnya.
Pengalaman Soetanto pertama kali mengajar di Jepang adalah di Toin University 
of Yokohama pada 1993. Di universitas itu, sekitar 80 persen mahasiswa tidak 
memiliki motivasi belajar yang baik.
”Toin University of Yokohama itu universitas ’kelas bebek’, bukan universitas 
unggulan, sehingga motivasi belajar para mahasiswanya rendah,” katanya.
Soetanto berhasil mengubah keadaan. Mekanisme pengajarannya untuk pencapaian 
kesadaran penuh mengenai apa yang sedang dijalani siswa, dan mereka pun 
mengerti tujuan yang ingin diraih.
Energi tersembunyi
Berbagai penghargaan diterima Soetanto, antara lain Outstanding Achievement 
Awards in Medicine and Academia dari Pan Asian Association of Greater 
Philadelphia, AS, tahun 1990.
Ia juga meraih predikat profesor riset terbaik dan profesor mengajar terbaik 
selama tujuh tahun berturut-turut (1994-2000) di Toin University of Yokohama.
Soetanto termasuk kategori satu di antara tiga pemohon paten paling terkemuka 
di Jepang. Sejak 2003 dia menjadi guru besar di Universitas Waseda dan menjabat 
Kepala Divisi Urusan Internasional. Dia juga menjadi orang pertama dari luar 
Jepang dalam 125 tahun terakhir ini yang diajukan menduduki jabatan setingkat 
kepala divisi di Universitas Waseda.
Sampai kini lebih dari 1.100 karya ilmiah Soetanto telah dipublikasikan. Dalam 
menjalani sejumlah aktivitas tersebut, kata Soetanto, ia merasa ada hidden 
power (energi tersembunyi).
Energi tersembunyi itu
terlahir dari perasaan terhina sebagai orang Indonesia yang masih diremehkan di 
Jepang. Di Indonesia, Soetanto juga pernah merasakan terbuang.
Tahun 1965, ketika terjadi pergolakan politik menentang komunisme, hak mendapat 
pendidikan Soetanto terampas. Sekolahnya, Chung-Chung High School di Surabaya, 
ditutup untuk selamanya. Soetanto hanya menyelesaikan pendidikan sampai kelas I 
SMA.
Selama tak lagi bersekolah, dia bekerja mereparasi elektronik di toko abangnya 
di Surabaya. Setelah uang terkumpul, berangkatlah dia ke Jepang tahun 1974 
untuk belajar lebih jauh mengenai elektronika.
Pada 1977 Soetanto mengikuti ujian negara di Jepang dan berhasil menjadi 
mahasiswa Fakultas Teknik dan Pertanian Universitas Tokyo. 
***


KEN KAWAN SOETANTO ATAU CHEN WEN QUAN
• Lahir: Surabaya, 1951 
• Istri: Jennie Hermanto (58) 
• Anak: - Nerrie (32), Jun Adi (29), Ainie (25) 
• Pendidikan: 
- SD Ta Chung Surabaya (kelas I-II), SD Shi Hwa (kelas II-III), SD Ming Jiang  
  (kelas IV-VI) 
- SMP Chung-Chung - SMA Chung-Chung, sampai kelas I pada 1965 
- 1965-1974 tak bersekolah, bekerja mereparasi produk elektronik
- 1974: ke Osaka, Jepang 
- 1977: S-1 Universitas Tokyo, Fakultas Teknik dan Pertanian 
- Meraih doktor di bidang aplikasi rekayasa elektronika dari Tokyo Institute of 
  Technology (1985), doktor dalam ilmu kedokteran dari Universitas Tohoku 
  (1988), doktor ilmu farmasi dari Science University of Tokyo (2000), dan 
doktor 
  ilmu pendidikan dari Universitas Waseda (2003) 
- 1988-1993: menjadi associate professor di Drexel University dan School of 
   Medicine, Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, AS 
- 1993-kini: guru besar di Toin University of Yokohama, Jepang
- 1997-kini: Komite Evaluasi Tokyo Institute of Technology 
- 2003-kini: guru besar School of International Liberal Studies di Universitas  
   Waseda [Kompas, 17/11/09]
---------
 
Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan, keteladanan dan kerja keras 
para pahlawan khususnya di bidang edukasi, bagi masa depan bangsa Indonesia.
 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. 
 
Best Regards, 
Retno Kintoko                                                                   
                                 
 
 
Ikutilah :
Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] 
 
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] 
Sedia Bibit Ikan Patin
 




 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke