http://www.indomedia.com/bpost/062007/6/opini/opini3.htm

Surat untuk Pemerintahku

Oleh: M Agus Salim
Mahasiswa PBSID FKIP Unlam

Di masa serba modern sekarang, bermunculan ahli di berbagai bidang seperti 
pendidikan, kedokteran, konstruksi pembuatan bangunan dan jalan. Namun di balik 
itu, kita lihat masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap sarana dan 
prasarana jalan di luar kota. Bila kita tengok Trans Kalimantan antara Kalteng 
dan Kalsel khususnya Anjir Banjar (karena masih termasuk Kalsel) yang merupakan 
akses perekonomian dan objek pajak strategis bagi kedua provinsi, tidak pernah 
berhenti mengalami kerusakan.

Bahkan akhir-akhir ini kerusakan semakin parah. Lubang yang sebelumnya kecil, 
sekarang makin membesar hampir menyamai parit di tepi jalan. Keadaan ini, tidak 
selaras dengan kondisi jalan di sekitar Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin. 
Kondisi jalan masih baik, tetapi dipoles lagi. Pada dasarnya, itu demi 
keindahan kota dan kenyamanan bersama. Tapi, jalan di Anjir Banjar pun 
memerlukan perhatian dan kenyamanan yang layak. Daerah ini merupakan lumbung 
padi untuk Banjarmasin, sehingga masyarakatnya membutuhkan jalan yang layak 
untuk mendistribusikan hasil panennya. Dengan demikian, bisa meningkatkan 
kesejahteraan masyarakatnya.

Selain itu, kelancaran Trans Kalimantan dapat meningkatkan pendapatan daerah. 
Pajak angkutan barang dan penumpang dapat dijadikan alat percepatan pembangunan 
daerah Kalsel. Kerusakan jalan Anjir Banjar, secara tidak langsung berdampak 
pada naiknya ongkos angkut barang. Juga berakibat berkurangnya permintaan 
barang untuk didistribusikan di daerah Kalteng.

Kerusakan ini juga menyebabkan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. Tidak 
sedikit pengendara sepeda motor terjatuh di lubang jalan yang cukup dalam. 
Tidak sedikit pula pula truk pengangkut sembako, bannya pecah atau terbalik 
sehingga lalu lintas menjadi macet. Hal ini jelas sangat mengganggu kenyamanan 
pengguna jalan lainnya.

Di sisi lain, segelintir orang memanfaatkan kerusakan jalan untuk mengais 
rezeki dengan memungut uang perbaikan secara sukarela. Namun, jalan yang 
diperbaiki hanya di lokasi itu tetapi pemungutannya berlangsung satu hari penuh.

Penduduk yang tinggal di tepi jalan, juga mendapat imbas. Mereka harus 
mengangkat air dua sampai tiga kali sehari untuk menyiram jalan di depan 
rumahnya, jika tidak ingin rumah atau barang dagangannya ditutup debu. 
Sebagaimana diketahui, debu dapat memicu timbulnya infeksi saluran pernapasan 
Akut (ISPA) terutama pada penduduk yang tinggal di sekitar Trans Kalimantan 
tersebut. Mereka juga berhak mendapatkan udara bersih dan bebas bergerak tanpa 
harus takut dijangkiti penyakit.

Sebenarnya kerusakan jalan ini dapat diminimalkan, dengan lebih mengoptimalkan 
operasional penimbangan barang angkutan yang dikelola Dinas Perhubungan di Desa 
Anjir. Truk dan angkutan barang lainnya yang saat ditimbang melebihi standar 
muatan barang, harus ditindak tegas. Barang yang lebih itu harus dititipkan di 
gudang penyimpanan milik Dinas Perhubungan yang disediakan dengan sewa Rp 
25.000 per hari. Selain dapat meningkatkan pendapatan pajak, hal ini memberikan 
efek jera terhadap angkutan yang sengaja melebihkan barang bawaannya demi 
kepentingan sendiri.

Selama ini, kelebihan barang masih ditoleransi. Hanya diberi teguran atau 
peringatan. Toleransi memang perlu antara sesama manusia. Tapi, apakah 
toleransi diperlukan hanya karena kasihan ada tambahan biaya untuk buruh angkut 
menurunkan barang dari mobil angkutan dan sewa gudang, Jalan terlampau rusak 
berat untuk ditoleransi. 

Tidak sedikit mobil plat merah KH dan DA berlalu-lalang di jalan Anjir Banjar. 
Mereka seakan tidak menyadari, jalan yang dilewati sudah terlampau rusak. 
Keterbatasan anggaran selalu menjadi kendala dalam pembangunan. Sebenarnya, 
kalau diusahakan dan dimusyawarahkan pada seluruh pihak terkait, tentu mudah 
mencari jalan keluarnya.

Memang perbaikan jalan Anjir Banjar memerlukan dana yang tidak sedikit. Tapi 
untuk langkah awal dapat dilaksanakan di jalan yang kondisinya sangat kritis, 
atau di kawasan yang tanahnya labil seperti daerah Anjir. Jika memungkinkan, 
dalam hal pengangkutan barang dan penumpang dapat dikoordinasikan pembangunan 
rel kereta api antara Kalteng dan Kalsel. Seperti pembangunan rel kereta api 
yang diusahakan pemerintah Kalteng. Pembangunan rel ini tanpa harus menggunakan 
anggaran APBD ataupun APBN, karena perusahaan China Oversease Engineering Group 
(COEG) membangun dengan biaya sendiri. Provinsi tetangga bisa, kenapa kita 
tidak! Ini tergantung kemampuan daerah dalam menarik dan menjalin kerjasama 
dengan investor asing untuk berinvestasi di daerahnya.

Waktu operasional angkutan barang atau truk besar perlu ditinjau ulang. Kondisi 
jalan Anjir Banjir ini sebenarnya kurang sesuai untuk dilewati truk besar 
seperti puso dan kontainer atau pengangkut alat berat, sebab kendaraan tersebut 
melebihi lebar jalan. Kalau berpapasan, kendaraan lain terpaksa harus keluar 
dari badan jalan. Ruang untuk menyalib juga hampir tidak ada ditambah kerusakan 
jalan, membuat pengendara mobil harus ekstra hati-hati.

e-mail: [EMAIL PROTECTED]




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke