To be honest .. tulisan anda dalem banget .. :-) moga2 banyak yg baca dan dpt menyimak ...
rgds ivonne --- yanri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Tak lagi berdaulat (ingat, pekik ini menyakitkan...) > > silahkan menyapih, > hamba sedang tidak membutuhkan keangkuhan gores pena > rahayat jelata sudah berdarah-darah, kaum ibu pun > sudah tak kokoh > berdiri > takkan sanggup buku panduan berhalaman seribu > mencerahi keringat > dingin ini > sekali inipun, kembali cahaya lekang bahkan terburai > berbatang-batang lilin untuk suar membaca di gulita > malam takkan > pernah hamba cukupkan > > menjijikkan.... > lihatlah mereka...lihat dengan tajam, tembus > pandangkan ceruk kedua > mata mereka, > lihat kaum ini.... > lidah mereka begitu tajam...mereka berteriak atas > hilangnya isi > periuk nasi mereka > habis liur mereka untuk tangisan haram yang karam . > jadah! > kenapa baru berteriak sekarang? > tolol ! > > mereka yang dulu dengan bau nafas seharum flamboyan > tengah malam di > musim angin barat > kini malah berjejer-jejer di depan juru tuntut > pekik mereka....kembalikan uang kami, atau kau akan > kami gantung dan > kami bakar hidup hidup > indahkan mimpi kami, atau kami akan melacur... > > fuih...tak kukira ternyata mereka kini tak sehela > nafas pun mampu > untuk bermaksiat-diri > > lihat sekali lagi wajah wajah mereka... > bandingkan dengan polah kaum pendewa keindahan > temuan buah-khayal, > persekutuan gelar, kemaha agungan akal pikiran.. > hah, sama saja.... > terlebih tajamnya mulut mereka... > > kini...mereka perlahan bergerak-gerik, > berderak-derik, sesekali > bergoyang tertempa angin dari lembah.....reyot > gubuk itu kokoh dipunggungan bukit, namun kini > kosong...(kukira > penghuninya 'lah dimakan sang raja hutan,lebih > pantas begitulah nasib > mereka) > > hamba cuma prihatin, kini bangsa ini telah > bermaklumat, kini telah > berkaum-kaum... > hamba mual, tak lebih zalimnya daripada umbak selat > melaka yang > mendera ulu hati tatkala berperahu tempuhinya.. > ini lebih lagi mualnya > tapi benarlah canda si pandita tiongkok yang baru > buang sauh di lepas > muara kampung sore kemarin, > mereka sangatlah anggun terlihat dalam kebersamaan.. > katanya bermakna canda > mereka didalam mata batinku > tinggi fikir tapi tak berakhlak.. > tinggi mimpi tapi tak keringatnya berkehendak dan > tak pula kehendaknya > berkeringat > > hamba taklah memuja sang panglima laut samodera dari > sebrang selat > hamba tak pula menafsir mimpi ratu adil > hamba hanya menikmati sedetik terakhir ini sebelum > hamba berakhir > perut berlubang dan terburai usus di padang laga > > hamba tidak memilih tapi santun hamba harus > menjalani.....tak ingin > perubahan hanya untuk sekedar merubah > seandainya tak mampu, maka kan terucapkan...sungguh > ini suar yang tak > elok didengar > > pilih johan kalian > angkat panglima kaum > bukakan mata mereka, kalau perlu nistakan > derajatnya, kembalikan > akhlak mereka ketempat semestinya mereka berada > tinggalkan mereka sekejap engkau temukan purnama > usai diufuk laut > > silahkan menyapih > yang tak hendak haraplah ambil sedepa dari nyawa > barisan ini > kirim saja doa kalian, hal kini lah mengambil wujud > yang sungguh tak > bersahaja, > kami berkehendak meluruskannya > > hai johan pahlawan, pemuda pemudi dengan baju > berbenang blacu putih > dan berselempang merah atas nama ibu > bergegas ambil yang bisa kalian bawa ke medan > perjuangan...sekali ini > jangan ada yang terlupa > tak satu hela akan tersisa di lapangan datar > sana...mereka takkan > sebodoh yang kita kira > > buang jauh jauh buku gurindam itu, bersihkan tumbak > dan keluarkan > genderang tua kita > tak pula hamba hendak menakuti, tapi demikianlah > kita telah > bermaklumat...musuh tak akan selalai dongeng pandita > tiongkok kemarin > sore > > hai pemuda pemudi dengan keringat bercampur darah, > habiskan cepat > mimpi kalian...tinggalkan persekutuan sesat ini, > maklumatkan rahayat > adalah pemilik jiwa bangsa > dan jangan lupa ... > ambil satu surat dalam alkitab kalian masing > masing...lipat dan > selipkan dibalik selempang, tepat dibalik dada kiri > kalian > > kami menunggu di garis depan... > > 1 maret 05 > ys > > >