Teman-teman,


Pertanyaan tentang indigo boleh bilang secara permanen akan muncul di
mailbox saya dari waktu ke waktu. Sebegitu hebohnyakah? Kita lihat saja
yg pertama, sbb:



T = Mas Leo,



Aku ingin tahu apa sih sebenernya defnisi anak Indigo?



J = Definisi anak indigo tergantung anda sendiri. Anda mau definisikan
bagaimana, ya jadilah itu. Saya sendiri tidak suka memakai istilah
indigo selain untuk bergurau saja karena menurut pengalaman pribadi
saya, mereka yg mengaku sebagai indigo itu ternyata manusia yg memiliki
naluri lebih kuat daripada manusia lainnya.



Naluri itu instincts, bawaan dari tubuh fisik. Naluri mengatur rasa
lapar, haus, capek, birahi, pertahanan diri, dsb. Kalau lapar maka kita
makan. Tetapi ada orang yg selalu merasa lapar terus, ini orang yg
nalurinya kuat, lebih khusus lagi dalam hal mengunyah makanan. Ada
orang yg selalu merasa haus. Ada orang yg selalu merasa capek. Ada
orang yg selalu merasa konak karena naluri sex di dirinya terlalu
besar. Ada juga orang yg selalu merasa harus mempertahankan dirinya
dari serangan orang lain, semua orang dianggap sebagai berpotensi
mengancam keberadaan dirinya.



Pedahal tidak ada soal ancam mengancam itu, dan segalanya cuma ada di
dalam pikiran manusia yg terlalu naluriah itu. Istilah psikologinya
bermacam-macam, tetapi karena saya bukan seorang psikolog dan cuma
konselor biasa-biasa saja, maka saya menggunakan istilah yg juga umum,
yaitu naluriah. Kalau nalurinya terlalu besar, maka orang akan mencari
alasan apapun untuk mempertahankan keberadaan dirinya.



T = Apakah kmampuan mereka selalu bisa melihat makhluk gaib, membaca
pikiran orang, melihat masa depan dan masa lalu, dan bisa mengetahui
peristiwa yang terjadi di tempat lain?



J = Nggaklah. Itu isapan jempol belaka. Semua orang itu sedikit banyak
bisa membaca pikiran orang lain. Kalau kita memiliki empati, maka kita
bisa membaca pikiran orang. Saya sendiri bisa "tahu" orang dari melihat
tulisannya saja. Anda juga bisa "tahu" orang hanya dengan menatap
matanya. Ini kemampuan biasa-biasa saja.



Kalau melihat masa depan dan masa lalu memang suatu kelebihan
tersendiri, tapi yg dilihat itu cuma impressi saja, kesan saja, dan
tidak harus selalu persis. Sedangkan untuk mengetahui peristiwa yg
terjadi di tempat lain merupakan hal yg sangat umum juga. Kita semua
bisa, tinggal angkat telpon saja bukan?



T = Apakah saya termasuk indigo atau cuma mendekati indigo, karena
setelah saya browsing di internet tentang anak indigo, banyak kesamaan
ciri yang ada pada saya. Apakah itu cuma suatu kebetulan, seperti saya
terkadang sangat takut sekali kalo suatu saat nanti saya berpisah
dengan ortu saya, paling benci kalo menunggu, gampang sekali bosan,
suka melamun, suka menyendiri di kamar, suka memperhatikan orang dengan
pandangan yg aneh kata mereka sih, dan juga saya merasa terlalu
sensitif dengan sifat-sifat orang, dan terkadang saya juga bisa
mengetahui sifat-sifat orang dalam waktu yang singkat, jadi gak perlu
mengenal untuk waktu yang lama, bahkan kadang hanya melihat orang
tersebut saya sudah tau orang ini seperti apa, mungkin gara-gara itu
saya jadi sensitf terhadap sifat-sifat orang, walaupun saya tidak bisa
membaca secara langsung tapi saya bisa memahaminya dengan menganalisa
dalam waktu yg relatif singkat.



Saya juga susah sekali berkonsentrasi, bahkan sering juga orang yang
bilang saya telmi pedahal guru matematika saya dulu bilang kalo saya
ini anak pinter, tapi saya gak merasa kalo saya pinter gara-gara saya
susah sekali berkonsentrasi kalo sedang diajar di sekolah. Terus pernah
ada orang pinter bilang kalo saya sensitf sekali dengan hal-hal yang
gaib, terutama di bagian telinga kanan sampai sebagian leher di sebelah
kanan, dan saya juga sering mendengar hal-hal yang orang lain tidak
bisa mendengarnya, seperti ada benda jatuh suaranya terdengar keras
sekali tapi anehnya tidak ada yg mendengar, dan pernah saya mendengar
ada orang yang memangil saya dari pekarangan rumah saya saat bermain
pedahal gak ada orang sama sekali, bahkan terkadang kalo saya tidur
seringkali saya melihat ada penampakan orang-orang yang aneh atau hewan
aneh dan saya merasa pada saat itu dalam keadaan setengah sadar.



J = Menurut saya anda biasa-biasa saja. Saya juga sensitif seperti itu,
tapi saya tidak pernah menyebut diri saya indigo, untuk apa?. Mo indigo
kek, mo gak indigo kek, so what gitu lho!



T = Dulu saya pernah bermimpi, waktu itu adik saya masih kecil, saya
bermimpi pada waktu siang adik saya akan berkata begini kepada orang,
dan ternyata benar siangnya ternyata adik saya berkata demikian, tapi
mungkin cuma sekali saya bermimpi akan kejadian yang benar-bernar
terjadi, gak tau kalo ada yang saya udah lupa.



J = That's very common, sangat umum. Semua orang mengalami kejadian
seperti itu, namanya precognition, tahu sebelumnya. Bisa juga dibilang
deja vu. Kita merasa seperti telah melihat sesuatu sebelum terjadi, dan
ternyata benar-benar terjadi. Penjelasanya adalah bahwa pikiran kita
bekerja secara telepathik, sambung menyambung dengan pikiran-pikiran yg
lain. Ada juga teori yg mengatakan bahwa waktu itu illusi, dan
segalanya yg akan terjadi sebenarnya telah terjadi sehingga bisa kita
"lihat" juga kalau kita kebetulan masuk ke dalam frekwensi yg sesuai.
Ini cukup biasa, dan tidak perlu terlalu dipikirkan.



Dan berikut percakapan dengan rekan yg berbeda:



T = Yth. Mas Leo,



Terima kasih atas balasan surat dari mas dan juga atas sharingnya.
Mudah-mudahan ini dapat menjadi awal yang baik untuk diskusi
selanjutnya dan saya bisa belajar banyak dari Mas Leo.



Saya jadi merasa “telmi” (telat mikir), masalah anak indigo saja belum
paham betul… eee... sudah muncul generasi anak kristal. So, apa
perbedaan yang signifikan antara anak indigo dan anak kristal? Apa
hanya karena perbedaan temperamen saja, di mana anak kristal lebih
tenang? Kenapa disebut anak kristal (kenapa gak disebut anak berlian
atau emas, he..he..he) ? Maaf, banyak tanya.



J = Menurut saya istilah anak kristal itu muncul karena peluang bisnis.
Psikolog yg menciptakan istilah indigo itu kan sudah panen uang
gede-gedean, sehingga akhirnya ada psikolog yg bermata jeli dan melihat
another opportunity. Diciptakanlah istilah anak kristal, dan bener aja,
panen duit lagi.



Indigo is a big business in the USA, puluhan buku diterbitkan, mungkin
ada trainings segala macam, konseling, dan pengalihan label anak
bermasalah menjadi anak indigo.



T = Setelah membaca tulisan Mas Leo, jadi terpikir oleh saya
jangan-jangan fenomena indigo itu hanya sebuah rekaan manusia yang
merasa dituntut untuk selalu berkarya sesuai dengan bidang yang
diminati/digeluti, untuk menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru. So,
ada sebagian orang yang cermat melihat/mengamati adanya gejala-gejala
baru atau kecenderungan perilaku anak-anak yang muncul pada generasi
pada saat itu. Kalau tidak salah (ini cuma menurut pikiran saya, yang
orang dengan kemampuan rata-rata alias bukan pinter), sebuah asumsi
atau teori itu lahir berawal dari pengamatan terhadap suatu keajegan
yang membentuk suatu pola tertentu.



J = Ya benar, 100 untuk anda.



T = Sekali lagi, jika saya kaitkan dengan tulisan Mas Leo bahwa telah
terjadi perubahan peradaban dalam kehidupan, yang salah satu dampak
positifnya adalah perubahan cara pandang terhadap eksistensi dan
perlakuan terhadap seorang anak. Perubahan perlakuan tersebutlah yang
akhirnya berpengaruh pada perubahan pola perilaku anak, anak-anak
tumbuh semakin cerdas, semakin jujur, semakin sensitive, dan lebih bisa
berempati.



Perubahan pola perilaku atau kecenderungan perilaku anak-anak pada masa
tersebut, kemudian ditangkap/dibaca dengan jeli oleh orang-orang yang
berminat pada fenomena yang sedang terjadi tersebut dan kemudian
diterjemahkan dalam asumsi/teori, sehingga terlahirlah suatu
pengetahuan baru tentang fenomena anak indigo. Hal ini lebih diperkuat
lagi dengan kecenderungan aura yang muncul pada anak-anak tersebut
berwarna indigo.



J = Ya, memang demikian.  



T = Sekali lagi, kalau saya kaitkan dengan tulisan Mas Leo, berarti,
fenomena anak indigo sebenarnya adalah fenomena yang wajar saja
terjadi, sebagai akibat dari adanya perubahan peradaban tersebut.
Kalaupun ada ‘anak indigo’ yang mempunyai perilaku yang aneh-aneh dan
membuat orang di sekitarnya menjadi pusing, mungkin saja itu merupakan
sebagian dari proses transisi dari peradaban yang lama ke yang baru.
Kalau memang demikian, sebenarnya yang mengalami transisi adalah para
orang tuanya, dari peradaban yang dibawa oleh generasi yang lebih tua
dari si orang tua, menuju peradaban yang lebih baru yaitu masa
kehidupan yang sedang dialami oleh generasi para orang tua anak indigo.
So pasti, masa transisi atau perubahan tersebut berpengaruh pada pola
pikir para orang tua dan pola dalam memperlakukan anak. Setahu saya,
masa transisi biasanya masa yang tidak nyaman, biasanya karena aturan
mainnya masih dapat berubah-ubah.



J = Iyalah, kita semua sudah tahu itu. Anak-anak kita sudah jauh lebih
jujur dibandingkan dengan generasi kita, dan kita haruslah belajar dari
anak-anak kita dan bukan memaksakan apa yg diajarkan oleh orang tua
kita dahulu kepada generasi di bawah kita. Kita dulu dididik untuk
menjadi manusia munafik, sedikit banyak seperti itu. Tantangannya
sekarang, akankah kita juga mendidik generasi di bawah kita menjadi
manusia munafik? Kalau ya, kapan kita mau maju? 



Kemampuan anak Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan anak yg
dilahirkan di Amerika Serikat, tetapi cara mendidiknya itu beda. Mereka
di sana dididik untuk menjadi diri sendiri. Kita di sini, untuk menjadi
diri sendiri saja masih dihalangi. 



T = Apa yang saya kemukakan tadi, merupakan pikiran sederhana saya,
yang notabene bukan orang pinter, dan tanpa memperhatikan ada/tidaknya
kemampuan metafisik yang dimiliki anak indigo.



J = Kemampuan metafisik itu cuma istilah saja, kemampuan seperti apa, melihat 
hantu? 



You could let such nonsense go. Kita semua memiliki kemampuan
metafisik, there's nothing strange about that. Baik kita pakai istilah
indigo ataupun tidak, kita semua memang memiliki kemampuan non fisik,
namanya kemampuan empatik, membaca apa yg dirasakan oleh orang lain. We
use it all the time. Anda juga menggunakannya, bahkan ketika sedang
membaca tulisan ini, ya gak?



T = Kebetulan saya mempunyai teman yang dapat melihat warna aura
seseorang. Dia mengatakan bahwa warna aura manusia dapat berubah-ubah,
tergantung dari jiwanya. Jika memang demikian, bisa jadi, saat anak
lahir tidak memiliki aura warna indigo, tapi setelah mendapat perlakuan
yang kondusif untuk terbentuk karakter anak indigo, so auranya berubah
menjadi warna indigo.



J = Aura itu impressi saja. Kalau orangnya aktif secara fisik, maka
kita memperoleh impressi bahwa warna auranya merah kuning. Kalau
orangnya emosional, maka kita akan memperoleh impressi aura berwarna
hijau, dsb.



T = Setahun yang lalu, teman saya melihat aura anak saya berwarna
biru-kemerahan, kemudian sebulan yang lalu aura anak saya berwarna
merah. Saya cek ke teman yang lain, katanya juga merah. Dan teman saya
juga mengatakan bahwa anak saya mempunyai instinct yang kuat sehingga
tahu apa yang baik untuk dia lakukan dan saya disarankan untuk tidak
terlalu mengatur/mendiktenya..



J = Ya, itu benar. Dalam terminologi aura-auraan, begitulah cara
penyampaiannya. Anak anda semakin aktif secara fisik sehingga terlihat
auranya semakin merah.



T = Saya jadi bingung. Banyak karakter anak saya yang cocok dengan
karakter anak indigo, tapi auranya berwarna merah. Tambah bingung lagi,
sekarang muncul fenomena anak kristal. Mungkin untuk lebih tenangnya,
saya setuju dengan pemikiran Mas Leo bahwa revolusi pendidikan telah
membuat para orang tua, guru, dan juga masyarakat menjadi lebih beradab
dalam memperlakukan anak sehingga anak bisa tumbuh lebih sensitif,
lebih memiliki empati, lebih cerdas, berpikir lebih bijak, dan lebih
jujur. Ini terlepas dari urusan warna aura.



J = Anda tidak perlu bingung dengan istilah aura-auraan. Mau aura
berwarna indigo kek, mao merah kek, so what gitu lho. You are the
parent, and you have to responsibility to follow your child's
development, tut wuri handayani. Dan itu tanpa perlu konsultasi tentang
warna aura segala macam.



T = Mas Leo mengatakan:



"Generasi-generasi sebelumnya biasanya membebankan segalanya
kepada si anak yg harus belajar agama, harus menurut, harus bilang ya
walaupun hati kecilnya bilang tidak. Akibatnya kita memiliki generasi
yg diajar untuk munafik sejak masih kecil. Kalau masih kecil saja sudah
munafik, apalagi kalau sudah dewasa? Tapi itulah yg kita dapati
sekarang di Indonesia, generasi demi generasi yg dididik untuk menjadi
manusia munafik."



Saya S E T U J U !!



Kalau boleh saya tambahi, sejak kecil seringkali anak diajarkan untuk
tidak melihat ke dalam dirinya sendiri. Sehinga setelah dewasa,
seringkali melihat suatu kesalahan selalu ditimbulkan oleh situasi atau
orang lain alias dirinya tidak pernah salah. Dan juga tidak punya
keberanian untuk introspeksi diri sejujur-jujurnya. Nah, orang semacam
itu biasanya cuma bikin runyam suasana saja. Setuju, gak?



J = Setuju, kita memang dididik oleh generasi di atas kita yg
pendidikannya masih kurang. Untungnya kita sudah lebih maju sekarang.



T = Mas Leo mengatakan: 



“Tekan menekan adalah kata kunci di sini. Sejauh mana kita mau
menekan anak-anak kita untuk mengikuti jalan pikiran kita? Tetapi
nampaknya anda bukan jenis orang tua seperti itu.”



Jujur saja, dulu saya memang agak menekan anak saya, karena saya
menaruh harapan yang tinggi pada dia (mungkin ini warisan perlakuan
dari bapak saya yang perfectionist dan otoriter). Mungkin juga didukung
oleh sikon waktu itu, saya kuliah dan kerja (suami sempat 3 tahun
bekerja di luar kota), sehingga semua harus berjalan sesuai dengan
rencana dan aturan saya agar semua urusan bisa selesai. Akibatnya, anak
saya menjadi korban. Karena itu, saya memutuskan untuk sementara konsen
pada anak.



Saya tidak tahu banyak tentang teori psikologi anak, tapi saya meyakini
bahwa basic character building manusia terjadi sampai anak usia 10
tahun (ini cuma berdasar naluri saya sebagai seorang ibu). Tentunya Mas
Leo jauh lebih mengetahui tentang hal tsb daripada saya. Kalau sekarang
saya lebih sabar dan ibarat seperti bermain layang-layang dalam
memperlakukan anak saya. Saya belajar untuk longgar hati dan memberi
ruang gerak yang lebih luas bagi anak saya untuk menggali potensinya
dan mengekspresikan dirinya. Puji Tuhan, sekarang dia menjadi anak yang
sering membuat kami terkejut dengan kemajuan-kemajuan yang dibuatnya.



J = That's good.



T = Mas Leo bilang: 



“You care for your kid, termasuk orang tua teladan juga maybe".



Ini pujian yang berlebihan, mas. Btw, saya amini saja deh, biar menjadi ortu 
teladan beneran bukan sekedar ‘maybe’. he..he..he..



J = Amin.



T = Sebelum saya akhiri surat ini, bolehkah saya tahu, Mas Leo saat ini
aktif dimana? Apakah sebagai dosen psikologi? Terima kasih banyak atas
waktu yang diluangkan untuk sharing dengan saya.



J = Saya memberikan konseling kepada mereka yg meminta walaupun
background saya bukan psikologi. Bersama Audifax saya menulis buku
"Psikologi Tarot" (Pinus, 2008). Yg memiliki background psikologi itu
Audifax, saya kebagian peran cuap-cuap memberikan konseling kepada
anak-anak yg mengindigokan diri dan orangtuanya.





Leo

@ Komunitas Spiritual Indonesia @ 
<http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>. 






      New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke