Refleksi: Sepatutnya pemeriksaan kesehatan diadakan sebelum mencalonkan diri/dicalonkan.
http://www.harianterbit.com/artikel/fokus/artikel.php?aid=67975 Wiranto: Kami tidak sakit jiwa Tanggal : 18 May 2009 Sumber : Harian Terbit JAKARTA - Ketiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah melakukan tes kesehatan. Pasangan JK-Win, dan Mega-Prabowo melakukan tes kesehatan, Minggu (17/5), sementara SBY-Berboedi, Senin pagi (18/5). Usai melakukan tes, Jusuf Kalla sambil merentangkan tangannya berteriak,"saya sehat". Pasangannya Wiranto juga menyatakan hal sama. "Kita sehat dan saya kira sampai sekarang kita tidak termasuk yang sakit jiwa-lah," kata Wiranto kepada pers usai ia melakukan pemeriksaan kesehatannya. Sementara itu, Megawati saat ditanya hasil tes hanya tersenyum. Sedangkan pasangannya Prabowo mengaku sedang flu. "Saya sedang flu tapi tidak menganggu hasil tes," ujar bekas menantu mantan Presiden Soeharto itu. Tadi pagi, cawapres Boediono tiba lebih dulu di RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. Boediono yang mengenakan kemeja batik bercorak biru tiba sekitar pukul 06.45 WIB didampingi istrinya, Herawati. Tak lama kemudian, SBY tiba di RS tersebut didampingi Ibu Ani dengan menggunakan kendaraan pribadi Toyota Land Cruiser bernomor polisi B 1503 TJA. SBY disambut Kepala RSPAD Dr Brigjen Yudhoyono yang tampak cerah itu menyapa wartawan dengan ucapan selamat pagi dan kemudian masuk ke ruang medical check up RSPAD Gatot Subroto. "Saya masuk dulu ya, tes kesehatan dulu," ujarnya. Dihubungi terpisah, psikolog senior Prof Dr Dadang Hawari mengatakan, sangat sulit mengukur siapa paling siap secara fisik dan mental dari ketiga pasangan capres-cawapres yang bakal bersaing dalam pilpres 8 Juli mendatang. Soalnya, kata psikolog yang juga Da'i ini, soal tes kesehatan itu sudah masuk ranah politik. "Anda tentu tahu bahwa dalam politik tak ada yang konsisten dan selalu berobah-robah. Sekarang bisa A, nanti B, besok C dan seterusnya. Jadi, politik itu tak konsisten, tergantung keinginan," kata dia. Menurut Dadang, secara fisik dan mental, mereka yang bakal tampil merebut kursi RI Satu dan RI Dua pada pilpres 8 Juli nanti ketiganya siap. "Tetapi, kalau ditanya siapa yang paling siap diantara ketiga pasangan tersebut, saya tidak dapat memberikan jawabannya. Apalagi, saya tidak ikut memeriksa mereka." Seperti yang saya baca di salah satu media massa terbitan ibukota, kata Dadang, tes kesehatan untuk capres-cawapres hanya sebagai alat kelengkapan persyaratan saja. Artinya, tes kesehatan itu hanya formalitas. Memang, jelas psikolog tersebut, selama ini memang demikian. Buktinya, Abdurrachman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden 1999-2004 walau akhirnya di tengah jalan dia dijatuhkan lawan-lawan politiknya. Lebih jauh dikatakan, mungkin yang diperlukan seorang cawapres dan cawapres kesiapan moral serta etika, ini menyangkut masalah. "Saya tidak mau mengomentarinya," elak Dadang. Masalah iman ini, lanjut Dadang, masyarakat bisa memberikan penilaian sendiri siapa yang paling siap diantara mereka. "Kalau seseorang yang punya iman baik tentu dia tidak bakal melakukan apa-apa yang dilarang agama. Tidak bakal ada korupsi, penyalahgunaan wewenang atau jabatan. Jadi, ini bisa dinilai dari perkataan dan perbuatan orang itu. Rakyat juga bisa menjawabnya," demikian Dadang. Mantan Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kartono Muhammad berpendapat hal penting terkait dengan pemeriksaan kesehatan terhadap capres/cawapres tentu menyangkut fungsi organ tubuh yang vital seperti fungsi darah, otak, lever, ginjal, jantung dan kesetabilan jiwa. "Kalau dalam pemeriksaan ditemukan adanya penurunan fungsi pada salah satu organ penting tadi tentu dilanjutkan dengan diagnosa lebih mendalam. Apakah masih bisa diobati atau sudah pada tahap serius." Misalnya, kalau ditemukan gagal ginjal sampai harus cuci darah tentu termasuk penyakit serius yang dapat mengganggu presiden/wapres dalam menjalankan tugasnya lima tahun mendatang. "Tapi sepanjang penyakit tersebut masih bisa diobati dan tidak akan mengganggu tugas presiden/wapres nantinya saya kira tidak akan menjadi masalah," tamah Kartono. (lam/art/pnb