Assalamualikum wr. wb.
    Ustadz, ada teman saya non muslim menanyakan kenapa dalam Islam babi  itu 
haram dimakan? Saya hanya bisa menjawab bahwa hal itu dilarang dan  tersirat 
dalam al-Quran tapi dia kurang puas atas jawaban saya. Apakah  ada kisah atau 
riwayat yang menjelaskan sehingga babi itu haram dimakan?
  Muhamad Rahmat
rahmat1701
      Jawaban    Assalamu 'laikum warahmatullahi wabarakatuh,
 
Perbedaan  antara seorang mukmin dengan kafir dalam amal perbuatannya terutama  
didasarkan dari niatnya. Seorang yang beriman ketika mengerjakan  sesuatu atau 
meninggalkannya, selalu mendasarkan tindakannya itu atas  perintah dan larangan 
dari Allah SWT. Sebaliknya seorang kafir tidak  pernah menjadikan perintah dan 
larangan Allah SWT sebagai landasan  amalnya.
    Misalnya, ketika seorang muslim melakukan shalat dan ditanyakan  kepadanya, 
mengapa dia shalat?, maka jawabannya adalah bahwa karena  Allah SWT telah 
memerintahkannya untuk shalat. Tentang shalat itu ada  manfaatnya buat 
kesehatan atau ketenangan jiwa dan sebagainya, tidaklah  menjadi landasan dasar 
atas shalatnya. Dan di situlah peran niat yang  sesungguhnya.
    Demikian juga ketika seorang mukmin meninggalkan khamar, zina, judi  dan 
makan babi, niatnya semata-mata karena dia tunduk, taat dan patuh  kepada 
larangan dari Allah SWT. Bukan sekedar mengejar hikmah dan  tujuan yang 
bersifat duniawi. Tidak minum khamar bukan karena sekedar  tidak mau mabuk, 
melainkan semata-mata karena Allah SWT  mengharamkannya. Tidak mau zina bukan 
karena takut kena sipilis atau  HIV, tetapi karena ada larangan dari Allah SWT. 
Demikian juga, tidak  makan babi bukan karena takut ada cacing pita, melainkan 
karena Allah  SWT sudah mengharamkannya.
    Adapun orang kafir tidak pernah mendasarkan tindakannya itu karena  iman 
dan ketundukan kepada aturan yang datang dari Allah SWT. Paling  jauh, 
landasannya sekedar logika dan penemuan ilmiyah. Padahal, sesuatu  yang ilmiyah 
itu justru bersifat nisbi dan sangat mudah berubah.
    Kalau kita amati saat ini, banyak juga non muslim yang atas penemuan  
ilmiyahnya ikut-ikutan berpuasa sebagaimana seorang mukmin. Misalnya,  karena 
kesimpulan ilmiyah membuktikan bahwa dengan mengosongkan perut,  tubuh akan 
semakin sehat. Maka mereka pun berpuasa sebagaimana orang  mukmin. Tetapi 
disisi Allah SWT, puasa non muslim itu sama sekali tidak  ada nilainya.
    Mengapa?
    Karena puasanya buka lantaran taat kepada Allah SWT, melainkan semata-mata 
karena kesimpulannya sendiri.
    Penelitian ilmiyah dan beragam hikmah serta rahasia ibadah seperti  ini 
buat seorang mukmin tidak menjadi dasar mengapa dia berpuasa. Sebab  dasar 
ibadah hanyalah semata-mata karena perintah dari Allah, bukan  karena ingin 
sehat atau sebab-sebab lainnya.
    Jadi kalau teman non muslim anda itu kurang puas dengan jawaban anda  yang 
memang sudah benar itu, jangan kecewa dulu. Sebab memang hal  itulah yang 
membedakan anda dengan teman anda. Anda adalah seorang  muslim yang taat pada 
perintah dan larangan Allah SWT, sedangkan teman  anda itu orang kafir yang 
ingkar -bukan hanya pada perintah dan  larangan Allah- bahkan keberadaan dan 
kebenaran Allah SWT sebagai tuhan  pun diingkarinya. Bagaimana mungkin seorang 
yang mengingkari eksistensi  Allah bisa menerima dan memahami aturan-aturan 
dari-Nya?
    Kalau kita buat perumpamaan, seorang yang tidak mengakui eksistensi  suatu 
negara, tidak akan mungkin mau mematuhi aturan-aturan yang ada di  dalam negara 
itu. Seorang gembong pemberontak di Papua misalnya, tentu  tidak mau menerima 
dan tunduk kepada peraturan pemerintah RI. Dan  seorang yang mengingkari 
kebenaran ajaran Islam, tentu saja tidak bisa  menerima perintah puasa dan 
selalu bilang tidak puas.
    Jawaban seperti itu bukan berarti kita menafikan adanya manfaat dan  hikmah 
di balik setiap perintah dan larangan dari Allah SWT. Tentu  manfaat dan 
hikmahnya banyak sekali kalau mau diungkap, bahkan selalu  ada penemuan baru 
yang bersifat ilmiyah dan mampu membuktikan kebenaran  agama Islam. Termasuk 
hikmah di balik pelarangan makan babi. Selain  karena babi hidup lebih jorok 
dari hewan ternak lainnya, juga semua  agama samawi baik yahudi, nasrani dan 
Islam, sepakat memposisikan babi  sebagai lambang kebusukan dan kenajisan.
    Banyak orang mengungkapkan bahwa babi itu kalau terpaksa, mau makan  
kotorannya sendiri. Sementara hewan lainnya masih punya harga diri.  Mendingan 
mati dari pada makan kotorannya sendiri.Juga banyak yang  mengatkan bahwa 
daging babi terlalu banyak mengandung zat-zat yang  berbahaya bagi tubuh 
manusia. Karena makannya tidak terkontrol, apa  saja dimakannya, sehingga 
tubuhnya pun mengandung segala jenis penyakit.
    Dan masih banyak lagi rahasia dan hikmah di balik pelarangan makan  babi 
yang bisa dapatkan. Namun semua itu sekedar menambah keyakinan  yang sudah ada 
di dalam hati kita. Bukan sebagai landasan utama. Dan  buat kita, apakah di 
balik larangan makan babi itu ada hikmah atau  tidak, sama sekali tidak ada 
hubungannya dengan ketaatan kita kepada  Allah SWT yang telah melarang kita 
makan babi.
    Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,  daging babi, 
dan binatang yang disebut selain Allah. Tetapi barangsiapa  dalam keadaan 
terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak  melampaui batas, maka 
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha  Pengampun lagi Maha Penyayang. 
(QS. Al-Baqarah: 173)
    Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'laikum warahmatullahi wabarakatuh,
       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

Kirim email ke