Sumber: http://www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=2&id=3284 Al-Syakur
-->Penyebutan Allah sebagai Syakur terdapat dalam hadits Abu Hurairah. Sementara dalam al-Qur’an yang disebutkan adalah kata syakiran sebagaimana dalam firman Allah: “Dan Allah adalah Maha Mensukuri lagi Maha Mengetahui,” (QS. An-Nisa: 147) Allah juga disebut sebagai Syakur sebagaimana dalam ayat berikut ini, “Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun,” (QS. At-Taghabun: 17) “Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).” (QS. Al-Insan: 22). Dalam hal ini Allah menggabungkan antara dua hal: kalau syukur sudah menjadi kebiasaan manusia, maka Allah akan mengganjar mereka akan hal itu. Allah juga bersyukur kepada hambaNya kalau dia taat, dan Allah memberikan ampunan kalau dia bertaubat. Di sini Allah memadukan antara sikap syukurNya terhadap perbuatan baik hambaNya dengan ampunanNya terhadap perbuatan buruk mereka. Karena Dia Maha Pengampun dan Maha Bersyukur. Dia memberi dan mencurahkan taufiq kepada hamba karena sikap syukurNya kepada hamba. Dia juga bisa bersyukur terhadap amal dan pemberian hambaNya yang sangat minim. Dia juga mensyukuri kebaikan yang dikerjakan hambaNya dengan balasan sepuluh kali lipat dan bahkan berlipat-lipat kali lagi. Dia juga bersyukur kepada hambaNya dengan memujinya diiringi para malaikatNya dan meletakkannya dipuncak tertinggi. Allah menerapkan semua syukur ini kepada semua hambaNya dan bersyukur atas perbuatan mereka. Kalau hambaNya memberikan sesuatu bagiNya, maka Dia membalasnya dengan balasan yang lebih baik. Kalau ada hambaNya yang memberikan sesuatu bagiNya, maka Dia akan membalasnya dengan berlipatganda. Dialah yang memberikan taufiq kepada hamba untuk berinfak ataupun tidak, sekaligus Dialah yang membalasnya. Namun Dia tetap membalasnya apakah hamba itu berinfak atau tidak. Nabi Sulaiman pernah menyembelih seekor kuda. Dia marah karena kuda itu telah menyibukkannya dari dzikir kepada Allah. Dia ingin agar kuda itu tidak menyibukkannya di kemudian hari dari dzikir kepada Allah. Maka Allah menggantinya dengan balasan yang jauh lebih tinggi. Ketika para shabat harus meninggalkan kampung halaman dan keluar menuju ridhaNya, maka Allah menumpahkan balasan bagi mereka dengan menguasakan dunia dan menaklukkannya untuk mereka. Ketika Yusuf mampu menahan sempitnya ruang tahanan, maka Allah bersyukur padanya dengan mencurahkan kerajaan Mesir di tangannya sehingga dia dapat berbuat semaunya. Ketika p[ara syuhada merelakan jiwa dan raganya di cabik-cabik musuh, maka Allah bersyukur kepada mereka dengan mengubah mereka dalam wujud burung hijau. Burung hijau yang merupakan penjelmaan para syuhada ini dengan leluasa bisa terbang di kebun syurga dan minum dari sungai surga. Sekawanan burung ini juga bisa memakan buah-buahan pohon surga sampai datangnya hari kiamat. Artinya, Allah akan membalas/bersyukur kepada mereka dengan yang lebih baik, utama dan bernilai. Ketika para RasulNya harus menyerahkan jiwa dan raga untuk dicaci dan diteror oleh musuh, maka Allah membalas mereka dengan shalawatNya dan shalawat malaikatNya. Mereka dilimpahi pujian yang paling agung di langitNya dan pujian dari semua makhlukNya. Allah menetapkan mereka di puncak paling mulia. Di antara syukur Allah adalah Dia memberikan balasan setimpal bagi semua musuhNya yang mengerjakan kebaikan dankeshalihan didunia. Bahkan Allah akan meringankan beban mereka dihari kiamat karena amal ini. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan amal mereka hilang tanpa bekas. Padahal mereka adalah musuh Allah yang paling nyata. Di antara syukur Allah adalah Dia mengampuni seorang wanita pelacur karena dia telah memberikan minum kepada anjing yang kehausan sehingga hilang dahaganya. Dia juga mengampuni orang yang telah mengerjakan kebaikan dengan membuang aral melintang di tengah jalan. Allah bersyukur kepada hamba yang berbuat baik padaNya. Lebih daripada itu, Allah juga menganugerahkan limpahan kebaikan kepada makhluk yang manfaatnya kembali pada makhluk itu sendiri. Dia juga bersyukur/membalas kebaikan hamba yang mengimfakkan sedikit hartanya menjadi berkali lipat yang ini sama sekali tidak ada padanannya dikalangan hambaNya. Dialah yang paling utama dalam pemberian kebaikan dan pemberian syukur kepada para hamba-Nya. Kalau sudah begitu, mana yang lebih berhak untuk menyandang gelar Syakur ini? Mari kita renungkan firman Allah ini, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui,” (QS. An-Nisa’: 147). Dalam ayat ini anda bisa menemukan betapa syukur Allah telah menghalangi turunnya azab kepada hambaNya, sebagaimana juga mencegah penyimpangan jalan hidup mereka secara batil. Dzat Yang Maha Bersyukur ini tidak mungkin menyia-nyiakan pahal orang yang berbuat baik dan tidak akan pernah menyiksa orang yang tidak mengerjakan perbuatan tercela. Hal ini merupakan bantahan bagi mereka yang mengira bahwa Allah menetapkan taklif (beban hukum) kepada hambaNya yang tidak mungkin bisa ditanggung. Kemudian Dia mengazab hambaNya atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Sungguh Maha Suci Allah dari prasangka dusta dan keliru seperti ini. Syukur Allah ini meniscayakan bahwa Dia tidak akan menghukum orang mukmin yang bersyukur dan tidak akan membiarkan amal mereka sia-sia. Ini merupakan ketentuan sifat tersebut. Allah sangat suci dari semua kenyataan sebaliknya. Sebagaimana Dia juga sangat kudus dari semua aib dan cela yang bisa merendahkan kesempurnaan dan keagunganNya. Di antara syukur Allah adalah Dia mengeluarkan hamba dari api neraka karena adanya amal kebaikan walaupun seberat biji sawi. Kadar kebaikan ini tidak disepelekan olehNya. Diantara syukur Allah adalah kalau ada hambaNya yang menempatkan posisinya secara tepat ditengah-tengah manusia, maka Dia bersyukur padanya dengan menyebutkan kebaikannya dan mengabarkan hal itu kepada para malaikat dan semua hambaNya yang beriman. Sebagaimana Dia juga bersyukur kepada seorang mukmin dari keluarga Fir’aun karena posisinya yang sangat diridhai olehNya. Pujian dicurahkan padanya dan rahmat terhadap hamba ini terungkapkan secara jelas diantara semua hambaNya. Demikian juga syukurNya kepada orang yang membaca surat Yasin dan seruanNya padanya. Tidak ada kesengsaraan dengan adanya syukur dan ampunanNya kecuali bagi orang yang rusak. Karena Allah Maha Bersyukur dan mengampuni. Dia mengampuni berbagai keterpelesetan dan bersyukur atas amal yang sedikit. Karena Allah adalah Maha Bersyukur secara hakiki, maka mestinya makhluk yang paling dicintaiNya adalah yang paling bisa menerapkan sifat syukur ini. Dan makhluk yang paling dibenciNya adalah yang mengabaikan sifat syukur ini dan malah mengerjakan sebaliknya. Inilah penjelasan tentang Asma al-Husna. Sebab itu, Dia mencintai makhluk yang bisa meneladani Asma’ al-Husna ini dan marah kepada yang menjalankan praktek sebaliknya. Dia murka kepada orang yang kafir, zalim, bodoh, keras hati, bakhil, penakut, penghina, dan pencela. Allah Maha Indah dan menyukai keindahan, Dia Maha Penyayang dan mencintai orang-orang yang menyayangi. Dia Maha Berbuat kebaikan dan menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan pula. Dia Maha Bersyukur dan menycintai orang-orang yang bersukur. Dia Maha Bersabar dan mencintyai orang-orang yang bersabar. Dia Maha Dermawan dan mencintai orang-orang yang dermawan. Dia Maha Menutupi cela dan mencintai orang-orang yang menutupi cela orang lain. Dia Maha Esa (ganjil) dan mencintai ibadah yang jumlahnya ganjil. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semua perbuatan yang dicintaiNya merupakan pancaran dari nama dan sifatNya. Dan kebalikan dari semua ini adalah pangkal kemarahanNya.[] die *Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur* Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/vbOolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> =================================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar =================================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/