http://www.hudzaifah.org/Article265.phtml

Taujih & Tadzkirah  

Agar Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan  

 
Oleh : Ayat Al Akrash

Engkau ingin berjuang, tapi tidak mampu menerima ujian, rusak oleh pujian,
tidak sepenuhnya menerima pimpinan dan tidak begitu setiakawan

Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup berkorban, tidak sanggup terima
cobaan dan hanya ingin jadi pemimpin agar pengikut menjadi agak segan 

Engkau ingin berjuang, tapi kesehatan dan kerehatan tidak sanggup engkau
korbankan dan waktu tidak sanggup engkau luangkan

Engkau ingin berjuang, tapi dirimu tidak engkau tingkatkan, disiplin diri
engkau abaikan, janji kurang engkau tunaikan dan kasih sayang engkau abaikan

Engkau ingin berjuang, tapi para tamu engkau abaikan, anak isteri engkau
lupakan dan ilmu berjuang engkau tinggalkan

Engkau ingin berjuang, tapi pandangan engkau tidak diselaraskan, rasa
bertuhan engkau abaikan dan iman taqwa engkau lupakan

- Qathrunnada -


Hudzaifah.org - Benarkah engkau seorang pejuang? Mengaku diri sebagai
pejuang, sebagai jundullah, sebagai aktivis, namun akhlak maupun tsaqafahnya
tidak mencerminkan hal itu. Mengaku diri sebagai mujahid, namun niat ternoda
oleh selain-Nya. Inilah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sindir di dalam Al
Qur'an, "Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan saja mengatakan 'kami
beriman' sedang mereka tidak di uji lagi?" (QS. Al Ankaabut: 2-3)

Sang Pejuang Sejati

Masing-masing kita sebaiknya mengevaluasi diri, apakah kita memang sudah
benar-benar menjadi pejuang di jalan-Nya atau jangan-jangan, baru sebatas
khayalan dan angan-angan kosong belaka. Inginkan syurga, tetapi tidak siap
menggadaikan diri, harta dan jiwa. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di
antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar." (QS. 3:142). Ya, kita
mengira akan masuk surga dengan pegorbanan yang sedikit, seakan ingin
menyamakan diri dengan hukum ekonomi kapitalis, "Mendapatkan output yang
sebesar-besarnya, semaksimal mungkin, dengan input yang seminimal mungkin." 

Aduhai., sesungguhnya hari akhir itu adalah perkara yang besar. Dan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi itu, sangat mahal harganya. Rasulullah
SAW bersabda, "Generasi awal sukses karena zuhud dan teguhnya keyakinan,
sedang ummat terakhir hancur karena kikir dan banyak berangan muluk kepada
Allah."

Saat nasyid-nasyid perjuangan dilantunkan, gemuruh di dalam dada menjadi
berkobar-kobar untuk berjuang. Tetapi sayang, ternyata hanya tersimpan di
dalam dada dan semangat itu ikut surut seiring dengan berakhirnya lantunan
nasyid. Tidak keluar dalam amaliyah yang nyata. Demi Allah., keimanan
bukanlah dilihat dari yang paling keras teriakan takbirnya, bukan pula dari
yang paling deras air matanya kala muhasabah, dan bukan pula dari yang
paling ekspresif menunjukkan kemarahan kala melihat Israel menyerang
Palestina. Bukan pula dari yang paling banyak simbol-simbol keagamaannya.
Karena itu semua hanya sesaat. Sesungguhnya keistiqomahan dalam berjuang,
itulah indikasi keimanan sang pejuang yang sebenarnya. Pejuang yang sabar
menapaki hari-hari dengan mengibarkan panji Illahi Rabbi. Yang selalu
bermujahadah mengamalkan Al Qur'an. Teguh pendirian. Tak kenal henti. Hingga
terminal akhir, surga. 

Pengorbanan

Apakah dengan memakai sedikit waktu untuk berda'wah, sudah menganggap diri
telah melakukan totalitas perjuangan? Padahal para nabi tidaklah menjadikan
da'wah ini hanya sekedarnya saja, tetapi sebagaimana dicantumkan dalam Surat
Nuh ayat 5, "....Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang
dan malam." Pun dalam surat Al Muzzamil, "Hai orang yang berkemul, bangunlah
lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah." Sejak ayat itu turun, sang
nabi akhir zaman selalu siaga dalam kehidupan. Bahkan, hingga menjelang
ajalnya, Rasulullah tengah menyiapkan peperangan untuk menegakkan Al Haq.

Sang pejuang, tetapi makanannya adalah sebaik-baik makanan, dan pakaiannya
adalah sebaik-baik pakaian. Dan dengan tanpa rasa berdosa, asyik menonton
sinetron-sinetron cinta dan acara gosip, mendengar lagu-lagu cinta,
berghibah, perut kenyang, banyak tidur, dan mengabaikan waktu, lalu berharap
mendapatkan syurga? Sangatlah jauh. bagaikan punduk merindukan rembulan.
Alangkah berbedanya dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar,
Mush'ab bin Umair dan para sahabat yang lainnya. Yang setelah mendapatkan
hidayah, mereka justru menjauhi kemewahan hidup. Mereka mampu secara
ekonomi, tetapi mereka tidak rela menikmati dunia yang melalaikan. 

Seorang pejuang harus memahami jalan mendaki yang akan dilaluinya. Sang Nabi
tak pernah tertawa keras apatah lagi terbahak-bahak. Dan hal itu dikarenakan
keimanan yang tinggi akan adanya hari akhir, akan adanya surga dan neraka.
Ada amanah da'wah yang besar di pundaknya, lantas bagaimana mungkin seorang
pejuang akan banyak bercanda? Imam Syahid Hasan Al Banna memasukkan
"keseriusan" atau tidak banyak bergurau sebagai bagian dari 10 wasiatnya.
Dan dikisahkan pula bahwa Sholahuddin Al Ayyubi tak pernah tertawa karena
Palestina belum terbebaskan. 

Keringnya suasana ruhiyah di lingkungan kita, bisa jadi karena di antara
kita -saat di luar halaqah- jarang saling bertaushiyah tentang hari akhir.
Bahkan sungguh aneh, dapat tertawa dan tidak menyimak ketika Al Qur'an
dibacakan di dalam pembukaan ta'lim. Atau saat kaset murottal diputar,
mengobrol tak mengindahkan. Yang mengindikasikan bahwa Al Qur'an itu baru
sampai di tenggorokan saja. "Akan tiba suatu masa dalam ummat ketika orang
membaca Al Qur'an, namun hanya sebatas tenggorokannya saja (tidak masuk ke
dalam hatinya)." (HR. Muslim). Dimanakah air mata keimanan? Ya Rabbi.,
ampunilah kelemahan kami dalam menggusung panji-Mu.

Kederisasi generasi sebaiknya tidak melulu tentang pergerakan dan
mengabaikan aspek keimanan. Keimanan harus senantiasa dihembuskan dimana
saja karena ia adalah motor penggerak yang hakiki. Iman adalah akar. 

20 Muwashofat Sang Pejuang 

Setidaknya, ada 20 kriteria yang harus dimiliki pejuang, yang disarikan dari
Al Qur'an dan hadits, yaitu :
1. Aqidahnya bersih (saliimul 'aqiidah)
2. Akhlaknya solid (Matiinul khuluqi)
3. Ibadahnya benar (Shohiihul I'baadah)
4. Tubuhnya sehat dan kuat (Qowiyyul jismi)
5. Pikirannya intelek (Mutsaqqoful fikri)
6. Jiwanya bersungguh-sungguh (Mujaahadatun nafsi)
7. Mampu berusaha mencari nafkah (Qaadiirun 'alal kasbi)
8. Efisien dalam memanfaatkan waktu (Hariisun 'alal waqti)
9. Bermanfaat bagi orang lain (Naafi'un lighoirihi)
10. Selalu menghindari perkara yang samar-samar (Ba'iidun 'anisy syubuhat)
11. Senantiasa menjaga dan memelihara lisan (Hifdzul lisaan)
12. Selalu istiqomah dalam kebenaran (istiqoomatun filhaqqi)
13. Senantiasa menundukkan pandangan dan memelihara kehormatan (Gaddhul
bashor wahifdul hurumat)
14. Lemah lembut dan suka memaafkan (Latiifun wahubbul 'afwi)
15. Benar, jujur dan tegas (Al Haq, Al-amanah-wasyja'ah)
16. Selalu yakin dalam tindakan (Mutayaqqinun fil'amal)
17. Rendah hati (Tawadhu')
18. Berpikir positif dan membangun (Al-fikru wal-bina')
19. Senantiasa siap menolong (Mutanaashirun lighoirihi)
20. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir (Asysyidda'u 'alal kuffar)

Penutup

Menjadi pejuang, hendaknya bukanlah angan-angan kita belaka. Menjadi
pejuang, memiliki kriteria (muwashofat) yang harus di penuhi. Jangan sampai
kita terkena hadits ini, "Akan datang suatu masa untuk ummatku ketika tidak
lagi tersisa dari Al Qur'an kecuali mushafnya dan tidak tersisa Islam
kecuali namanya dan mereka tetap saja menyebut diri mereka dengan nama ini
meskipun mereka adalah orang yang terjauh darinya." (Ibnu Babuya, Tsawab
ul-A mal).

Pejuang di jalan-Nya hendaknya bukan dari kacamata kita, tetapi dari
kacamata Allah Subhanahu wa Ta'ala. Alangkah ruginya bila kita menganggap
diri sebagai pejuang, padahal dalam pandangan Allah Subhanahu wa Ta'ala,
kita tak ada apa-apanya. Maka, bersama-sama kita memuhasabahi diri, agar
cinta kita kepada-Nya bukan hanya angan semata, agar cinta kita tak bertepuk
sebelah tangan. Karena pembuktian cinta haruslah mengikuti dengan keinginan
yang dicinta. Jika tidak, maka patut dipertanyakan kebenaran cintanya itu.
Cinta sejati, tidak hanya dimulut dan disimpan di dalam dada saja, tetapi
harus dibuktikan, agar sang kekasih percaya bahwa kita mencintainya. Kita
mencintai-Nya dan Dia pun mencintai kita. "Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya.." (QS. Al Maidah : 54 - 56). []
 
http://www.hudzaifah.org/Article265.phtml






===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke