*Bicara Dengan Burung Kutilang* By Syarif Niskala (also blogged at syarifniskala.com)
Assalamualaikum . Assalamualaikum . Assalamualaikum . Selamat pagi . Selamat pagi . Selamat pagi . Apa kabar ?. Apa kabar ?. Apa kabar ?. Awal-awal saya menempati rumah baru, setiap pagi saya sering terkecoh. Pada awalnya, saya menduga bahwa Pak Rudi (36 tahun) sangat ramah sehingga selalu menyapa setiap orang yang lewat depan rumahnya. Tapi keramahan yang berlebihan mengundang kecurigaan. Kurang dari seminggu menjadi warga baru, saya memperoleh kesimpulan. Ternyata, Pak Rudi setiap pagi menyapa burung kutilang kesayangannya. Dengan sangat telaten, setiap pagi Pak Rudi mengajari burungnya berbicara. Kata Pak RW 05 di salah satu desa di Kecamatan Cibeunying Kidul Bandung, Pak Rudi pernah punya burung kutilang yang laku terjual 5 juta rupiah! Katanya, burung itu sudah bisa menjawab salam, memberikan salam, menegur yang datang, dan meledek pada pedagang keliling. Ilmu berbicara dengan hewan, memang tidak hanya menjadi hak Nabi Sulaiman as saja. Banyak sekali Pak Rudi-Pak Rudi di dunia ini. Hanya saja, karena Pak Rudi tidak berderajat istimewa dihadapan Tuhan, maka diperlukan upaya yang keras, konsisten, sabar, telaten, dan jangka waktu yang lama untuk dapat berkomunikasi dengan burung kutilangnya. Sebenarnya, tidak hanya menguasai ilmu bahasa binatang saja yang mensyaratkan hal-hal tadi, semua ilmu dikuasai dengan pengorbanan yang serupa. Pada serial program televisi Global TV Ayahku Hebat, saya melihat seorang pegawai Taman Impian Jaya Ancol Jakarta, mampu berkomunikasi dengan anjing laut. Super sekali! --- Yang menarik dari Pak Rudi adalah kesungguhannya untuk berkomunikasi dengan keluarganya, tidak se-telaten, se-sabar, se-berkasih sayang, se-ramah kepada burung kutilangnya. Saya menyaksikan bahwa Pak Rudi cenderung kasar, ketus, arogan, dan merendahkan. Pernah saya menyaksikan, putrinya yang masih kelas III SD, menangis tersedu-sedu. Putri mungil nan manis itu dibentak karena terlambat bangun pagi sehingga terlambat ke sekolah. Bukan hanya sekali saya memergoki Pak Rudi yang berangkat kerja tanpa pamit pada istrinya atau sekedar berkata Papa berangkat dulu ya . Dan adalah kebiasaan Pak Rudi jika mengetuk pintu seolah-olah mau mendobraknya. Dimana keramahan, kesabaran, ketelatenan, rasa kasih sayang Pak Rudi saat berkomunikasi dengan keluarganya? Dalam benak Pak Rudi, apakah burung kutilang lebih mulia dibandingkan putri dan istrinya itu? Apakah mengajari anak berkomunikasi yang baik tidak lebih bermanfaat dibandingkan mengajari burung? Sahabat-sahabat yang baik, Semua anak kita belajar berkomunikasi dari kedua orang tuanya, baik dari cara mereka berkomunikasi dengan dirinya ataupun cara berkomunikasi antara ayah dengan ibunya. Cara berkomunikasi yang kering dari kasih sayang dan empati, telah menjadi pembenar banyak remaja untuk menjauhkan diri dari bersahabat dengan kedua orang tuanya. Berjuta remaja di Indonesia, tidak menjadikan orang tua sebagai pihak yang enak untuk diajak bicara. Jutaan remaja lebih suka berbicara sesama mereka, atau bahkan dengan para pengedar narkotika. Mereka bukan tidak tahu bahaya rokok, alkohol, narkotika, shabu, dan pergaulan bebas. Mereka hanya merasa tidak enak menolak tawaran teman bicaranya untuk mencoba sesuatu yang baru. Ya . Banyak sekali permasalahan pelik remaja berawal dari komunikasi yang tidak terbangun harmonis antara dirinya dengan orang tuanya. Maaf, dalam banyak kasus yang saya temui, banyak sekali kenakalan remaja, kemunduran prestasi, penyalahgunaan narkotika, broken home, pergaulan bebas, dll berawal dari keangkuhan orang tua (terutama ayah) untuk mau komunikasi akrab dengan mereka. Padahal hanya dibutuhkan satu keterampilan saja untuk dapat meraih perhatian mereka, yakni menjadi PENDENGAR yang baik. Mengutip tulisan Anne Ahira, berikut 6 teknik mudah yang dapat dipraktekkan oleh sahabat dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik: 1. Peliharalah kontak mata dengan baik. Ini menunjukkan kepada lawan bicara tentang keterbukaan dan kesungguhan kita 2. Condongkan tubuh ke depan. Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik pembicaraan. Cara ini juga akan mengingatkan kita untuk memiliki sudat pandang yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri kita. 3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada informasi baru yang perlu kita selidiki dari lawan bicara kita. 4. Buat selingan pembicaraan yang menarik. Hal ini bisa membuat percakapan lebih hidup dan tidak monoton. 5. Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh lawan bicara kita. Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan dengan baik hingga hapal beberapa cuplikan kata. 6. Buatlah komitmen untuk memahami apa yang ia katakan, meskipun kita tidak suka atau marah. Dari sini kita akan mengetahui nilai-nilai yang diterapkan lawan bicara kita, yang mungkin berbeda dengan nilai yang kita terapkan. Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya. --- Sahabat-sahabat yang berbahagia, Satu hal yang ingin saya yakinkan pada sahabat bahwa mengajak berbicara dengan anak jauh lebih menyenangkan dan bermanfaat daripada dengan seekor burung. Selain itu, jauh lebih mudah. Buktinya, dalam waktu 3.5 tahun, telah ratusan kosakata yang mampu ditirukan oleh anak bungsu saya (3.5 tahun). Maaf, burung kutilang Pak Rudi yang laku 5 juta rupiah itu, saya yakin belum mampu mengatakan lebih dari 200 kata! Jadi ilmu bicara dengan binatang itu jauh lebih sulit dan murah dibandingkan dengan ilmu bicara dengan anak. Selamat berbicara . >From the note of Syarif Niskala -- [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ==================================================== Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam ==================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar ==================================================== website: http://dtjakarta.or.id/ ====================================================Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com mailto:daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/