Bertawakkal Menghadapi Musibah Ceramah Agama oleh Ustadz Hasan Baharun Ibnu ?Abbas seorang sahabat Nabi yang terkenal sebagai ahli tafsir, dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Thirmidzi bercerita. Pada suatu hari yang tidak disebutkan oleh beliau tanda-tandanya bahwa:
?Aku sedang berada di belakang Rasul SAW, tiba-tiba beliau melihatku seraya berucap: ?Wahai Buyung, Aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat.? Ibnu ?Abbas yang kala itu masih belia tapi sangat cerdik, segera memasang telinga, dan dengan antusias menyimak nasihat yang akan disampaikan Rasul SAW. ?Jagalah dan peliharalah baik-baik perintah Allah, jauhilah larangannya, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah dan peliharalah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya. Niscaya Allah selalu berada di hadapanmu.? Selanjutnya beliau bersabda lagi: ?Bila engkau meminta sesuatu mintalah pada Allah, dan bila memohon sesuatu mohonlah pada Allah semata. Bahwa seandainya seluruh umat di jagad raya ini bersatu padu untuk memberi suatu manfaat apapun kepadamu, mereka tidak akan sanggup kecuali apa yang sudah dicatat oleh Allah sebelumnya kepadamu, dan seandainya seluruh umat manusia bersatu padu dan berkelompok untuk berbuat mudharat kepadamu, mereka tidak akan mampu melakukan itu kecuali yang ditakdirkan Allah kepadamu. Pena yang ditakdirkan mengurus segala yang ada di semesta ini sudah diangkat, tinta dalam lembaran tulisan itu sudah pula kering.? Hadis Shahih riwayat Turmudzi ini perlu direnungkan dan diresapi, di saat-saat kita tengah menghadapi kesibukan dan tuntutan hidup yang makin hari makin bertambah liku-likunya. Sehingga untuk mengatasi berbagai problema yang datang susul-menyusul dan demi memenuhi kebutuhan hidup di era globalisasi yang didominasi oleh budaya Barat, falsafat hidupnya yang serba materialistis dan egoistis, acapkali menimbulkan kegoncangan jiwa, menghilangkan ketenangan batin. Bahkan banyak yang sampai kehilangan tempat berpijak dan tali bergantung. Sedang jiwa yang goncang, dan batin yang tidak tenang serta resah gelisah adalah merupakan azab sengsara bagi diri seseorang yang hidup di muka bumi ini. Hadis Nabi yang telah disampaikan oleh Ibnu ?Abbas tersebut merupakan bekal dan santapan rohani bagi setiap mukmin yang ingin memperkuat mental dan membina ketahanan jiwa, sehingga dapat meneruskan perjalanan hidupnya dengan menegakkan kepala tidak merasa minder menghadapi tantangan dan kehidupan ini. Dan pasti juga ia akan menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang dengan sikap pasrah serta tawakkal kepada Allah Kholiq Robbul ?Alamin. Maka ia akan jauh daripada rasa kecewa dan frustasi, sebab ia yakin seyakin-yakinnya bahwa setiap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya -- baik itu manfaat atau mudharat, semua itu merupakan sebagian dari takdir Ilahi Rabbi secara keseluruhan yang telah ditetapkan sebelumnya bagi segenap makhluk. Sebagaimana firman Allah: 22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. Maka seorang mukmin sepatutnya tak mudah patah hati, tidak putus asa jika belum berhasil dalam usaha atau jika belum tercapai apa yang didambakan dan dicita-citakannya. Tidak bersangka buruk kepada Allah apabila suatu musibah menimpa dirinya, atau menyesali nasib dirinya manakala petaka yang di luar perhitungan manusia itu datang melandanya. Dia akan segera kembalikan semua itu kepada Allah. Karena di balik semua musibah apapun bentuknya, niscaya ada hikmahnya. Walaupun seringkali tidak terjangkau oleh akal fikiran manusia yang terbatas itu. Alangkah tepatnya apa yang dikatakan oleh tokoh sufi Ibnu ?Atho?illah: ?Siapa yang menyangka terlepasnya takdir Allah yang pahit dari anugerahnya yang manis, maka itu pertanda dangkal dan buruk sangka pendapatnya. ? Sebaliknya seorang mukmin bila berhasil dalam usahanya, dan sukses dengan gemilang, mereka tidak merasa bangga apalagi sombong. Karena tanpa pertolongan dan izin Allah jelas ia tidak akan dapat meraih prestasi hidup. Meskipun mereka yang gigih dalam berusaha, lebih terampil, paling ahli, tapi mereka belum tentu memperoleh hasil seperti yang didapatnya. Maka, usaha yang keras saja, sekalipun sudah sedemikian maksimalnya bukan jaminan dan bukan kunci sukses dalam meraih cita-cita di dunia ini. Manusia boleh berbuat, berusaha, berencana tapi Allah juga yang menentukan hasilnya. Oleh karena itu bila seseorang itu berhasil dan sukses, ia tidak tiba-tiba lupa daratan, tapi bersyukur kepada Allah. Dialah sumber segala nikmat dan anugerah. Dan apabila gagal, tidak kecewa atau putus asa. Itulah sikap mental seorang mukmin hakiki yang percaya pada Allah, yang menentukan segala sesuatu di alam semesta ini karena dialah Robbul ?Alamin. Yang menarik dan perlu diresapi pula apa yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bahwa seandainya seluruh umat kompak bersatu untuk memberi sesuatu manfaat apapun kepada seseorang, maka tidak mungkin dan tidak akan mampu berbuat demikian kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah kepadanya. Sebaliknya, andaikata seluruh umat dan segenap makhluk di dunia ini bersatu akan memberi mudharat dalam bentuk apapun, mereka tidak akan mampu melakukannya apabila belum ditakdrikan oleh Allah. Segala sesuatu sudah tertulis dan tidak siapapun dapat mengubah atau menentangnya. Demikian apa yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW, merupakan dorongan untuk mempersegar jiwa, memupuk rasa percaya diri, menjauhkan rasa takut, was-was atau khawatir menghadapi gejolak kehidupan yang terus-menerus berubah dengan cepatnya dan kejutan-kejutan yang acapkali di luar dugaan dan perhitungan kita. Sikap tawakkal ialah pasrah kepada Allah serta tunduk menyerah terhadap apapun yang ditakdirkan oleh-Nya, yang manis ataupun yang pahit. Segala macam kesulitan, kendala dan ujian hidup yang kita hadapi pasti dapat diatasi. Agar tidak jatuh terhempas digilas oleh roda kehidupan di dunia ini yang serba maju dan modern, kehidupan yang tidak mengenal kompromi, tidak mengenal ampun. Hal itu senafas dan semakna dengan hadis riwayat Ibnu ?Abbas ini tentang apa yang difirmankan oleh Allah di dalam kitab suci-Nya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Firman Allah yang lain: Artinya. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba- Nya". Ceramah ini disarikan (transkripsi) oleh Ernas Siswanto dari kaset Habib Hasan Baharun (Bondowoso) yang beredar beberapa waktu lalu. =================================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar =================================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/