Calon Isteri Seorang Lelaki
26 Apr 07 22:26 WIB

Oleh Koko Nata Kusuma

Seorang teman pernah mengatakan, kriteria calon isterinya: shalihah, cerdas, 
kaya dan cantik. Sebuah hadist juga mengemukakan, seorang perempuan dipinang 
karena kecantikannya, hartanya dan keturunannya. Tapi pinanglah perempuan 
karena keshalihannya. Itu yang utama. Saya sepakat dengan hadist tersebut. 
Perempuan yang shalihah, insya Allah cerdas. Ketika seorang perempuan cerdas, 
harta bisa dicari. Bila harta sudah di tangan, kecantikan bisa dibeli. Pilih 
satu, dapat tiga.

Namun, bila kita tinjau ulang, pemikiran akan kriteria calon isteri tersebut 
cenderung egois. Tidak memandang dari banyak sisi. Hanya memandang pernikahan 
dari segi manfaat untuk diri sendiri. Tidak untuk keluarga, sahabat dan 
lingkungan sekitar. Padahal menikah adalah penyatuan dua organisasi besar; 
keluarga, membentuk organisasi baru. Banyak pihak yang bisa terpengaruh dan 
mempengaruhi pra dan pasca pernikahan.

Jika kita berkaca, mengevaluasi. Melihat, mencari kelebihan dan kekurangan 
diri. Niscaya kita akan menemukan berbagai fakta; kita juga punya banyak 
kekurangan. Lalu, pantaskan bersibuk ria dengan segala macam kriteria? Sedang 
diri sendiri mungkin tak bisa memenuhi segala kriteria impian oleh calon 
pasangan. Seseorang berharap mendapat perempuan shalihah, namun apakah dia 
cukup shalih untuk berdampingan dengan perempuan shalihah. Ia ingin perempuan 
cerdas, tapi apakah ia cukup cerdas untuk mengimbangi kecerdasannya? Ia ingin 
perempuan berharta, tapi seberapa banyak harta yang dapat dia berikan, untuk 
'membeli' sang calon dari ayah-bundanya. Dan ketika ia ingin perempuan cantik, 
apakah ia sendiri cukup gagah, tidak jomplang, saat bersisian dengannya? 
Tidakkah keinginan si lelaki terlalu berlebih?

Dari kisah cinta para Nabi, sahabat dan para syuhada, ada sejumlah fakta: 
tangan Allah selalu bermain. Kisah cinta Muhammad-Khadijah, Yusuf-Zulaikha 
hanyalah sebagian kecil contoh. Keikhlasan menggenapkan separuh agama pasti 
akan mendapat anugerah luar biasa; seorang isteri penghuni taman surga. Segala 
hambatan pernikahan hanyut karena ibadah yang khusu, penghambaan yang sangat 
padaNya. Manusia hanya berusaha, hasilnya terserah pada Yang Kuasa.

Hendaknya seorang lelaki berusaha melihat dari banyak sisi, ketika datang 
seorang calon isteri padanya. Segala identitas standar bukan pertimbangan 
utama. Serahkan saja padaNya. Meminta petunjuk lewat shalat istikharah. Apakah 
perempuan itu orang yang tepat? Apakah si calon pasangan dunia akhirat? Hanya 
Allah yang tahu, kan?

Lelaki manapun bisa saja berharap: Semoga calon isteri yang datang padaku 
adalah perempuan shalihah. Bila belum shalihah, haruslah dia mengajak, 
meningkatkan pemahaman agama, terus memperbaiki diri. Menghiasi rumah tangga 
dengan amalan wajib dan sunnah. Menggapai sakinah. Semoga perempuan yang datang 
padaku cerdas. Jika belum cerdas, mestilah dia yang mengajar dan belajar dari 
pasangannya. Mencari ilmu baru, terutama ilmu rumah tangga. Tentang harta, 
boleh saja meminta: datangkanlah padaku calon isteri yang berharta. Tetapi 
ingatlah, harta adalah cobaan, tak banyak orang yang bisa tetap rendah hati, 
menunduk-nunduk ketika punya harta. Lagipula harta gampang dicari. Soal 
kecantikan, wajar lelaki normal ingin mendapatkan isteri cantik. Tetapi bukan 
hanya cantik lahir, batinnya juga harus cantik. Yang menjadi pertanyaan, 
standar apakah yang akan digunakan untuk menilai seorang perempuan cantik. 
Standar dunia atau standar surga? Standar dunia menekankan kecantikan maya. 
Mengandalkan costmetik. Kecantikan abadi, keindahan hingga akhir hayat dan di 
akhirat kelak, itulah yang seharusnya dicari. Terserah cantik atau tidak kata 
dunia, yang penting isteri bisa selalu menarik di mata, di hati. Menjadi telaga 
sejuk, pohon teduh di terik siang. Standar cantik ini sifatnya personal. Orang 
lain memandang biasa, tapi luar biasa menurut sang suami.

Perempuan manapun yang datang pada seorang lelaki, sudah sepatutnya ia melepas 
kacamata kekinian. Menggunakan kacamata masa depan dan kacamata banyak orang 
untuk menilai. Mungkin banyak keindahan calon pasangan yang sengaja disimpan 
olehNya. Allah ingin mengujinya, apakah dia cukup shaleh, cukup ikhlas, cukup 
bersabar untuk mendapatkan pasangan sejati.

Pasti ada keraguan saat menimbang. Maka dari itulah perlunya mengetuk nurani 
sahabat, saudara, kakak, orang tua, mereka yang lebih berpengalaman. Calon 
suami dapat bertanya, apakah perempuan begini akan begini-begini? Ia bisa minta 
tepukan tangan di pundak, pelukan, dan untaian mutiara. Agar sang lelaki yakin, 
mantap. Semoga setelah itu, dia betul-betul siap, menggenapkan separuh agama, 
mengapai sakinah. Memberatkan bumi dengan generasi yang menjunjung tinggi 
kalimat La Illa Ha Illallah.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke