Ditulis Oleh: Munzir Almusawa    

Friday, 01 May 2009 


Do'a Nabi SAW Mohon Perlindungan Allah SWT
Senin, 27 April 2009 

 

Úóäú ÇÈúäö ÚóÈøóÇÓò ÑóÖöíó Çááøóåõ ÚóäúåõãóÇ ÞóÇáó : ßóÇäó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì
Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó íõÚóæøöÐõ ÇáúÍóÓóäó æóÇáúÍõÓóíúäó æóíóÞõæáõ : 
Åöäøó ÃóÈóÇßõãóÇ ßóÇäó íõÚóæøöÐõ ÈöåóÇ ÅöÓúãóÇÚöíáó æóÅöÓúÍóÇÞó ÃóÚõæÐõ
ÈößóáöãóÇÊö Çááøóåö ÇáÊøóÇãøóÉö ãöäú ßõáøö ÔóíúØóÇäò æóåóÇãøóÉò æóãöäú ßõáøö
Úóíúäò áóÇãøóÉò (ÕÍíÍ ÇáÈÎÇÑí 

Dari Ibn Abbas ra anhuma, bahwa Nabi saw berdoa mohon perlindungan Allah
untuk cucu beliau saw yaitu Hasan dan Husein, seraya bersabda : “Sungguh
Ayahanda kalian (kakek moyang kalian yaitu Nabi Ibrahim as) meminta
perlindungan Allah untuk Ismail dan Ishak (putra Nabi Ibrahim as yaitu Nabi
Ibrahim dan Nabi Ishaq) dengan Doa : Aku berlindung Demi kalimat kalimat
Allah kesemuanya, dari segala syaitan, dan segala racun, dan dari segala
penyakit penyakit akal dan kegilaan” (Shahih Bukhari). 

 

ImageAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Limpahan Puji Kehadirat Allah Jalla Wa Alla yang menghimpun dan mengizinkan
kita kembali hadir bertamu kehadirat Keridhaan-Nya, kehadirat Kasih
Sayang-Nya, kehamparan Kelembutan-Nya yang kehadiran kita dengan di malam
hari ini membuka rahasia keabadian yang abadi dan kita tidak keluar dari
majelis ini terkecuali telah dihapus seluruh dosa kita. (amin)

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, 
Demikian kehadiran teragung, kehadiran bertamu kepada Allah Jalla Wa ‘Alaa
di majelis dzikir, di masjid, di majelis ta’lim dan juga ditempat – tempat
beribadah. Mereka bertamu kepada Allah Jalla Wa Alla. Dan hadirin – hadirat
jika kita keluar dari majelis ini, dari masjid ini, hendaknya jiwa kita
terus bertamu kehadirat Allah walau jasad kita keluar dari majelis. Jadikan
jiwa kita selalu bertamu kehadirat Nya dan Kasih Sayang-Nya. 
Seindah – indah lintasan pemikiran, seindah – indah renungan, adalah
renungan yang mengacu kepada keridhaan Allah, menginginkan Allah, mencintai
Allah, merindukan Allah dan tentunya tanpa lupa mencintai Sang Nabi utusan
Allah yaitu Sayyidina Muhammad Saw. 

Manusia yang menjadi perantara Kasih Sayang Ilahi. “Wamaa arsalnaaka illa
rahmatan lil a’lamin” Ku-utus engkau (wahai Muhammad) untuk membawa Kasih
Sayang-Ku untuk sekalian alam. (QS. Al Anbiyaa : 107).

Hadirin – hadirat, maka kenal dan sampailah kita pada Kasih Sayang Ilahi,
Cahaya yang melebihi segenap cahaya, Cahaya yang menciptakan seluruh cahaya
melebihi terangnya cahaya yang hanya bisa dipahami oleh mata, tapi Cahaya
Allah menyejukkan jiwa. Cahaya Allah jika telah menerangi sanubari maka
tenanglah jiwa kita. Betapa jiwa yang sedang gundah dalam keadaan yang indah
secara jasadiyyah. Secara jasadnya ia dalam keadaan yang baik tetapi jiwanya
dalam keadaan gundah maka semua yang dilihatnya baik menjadi buruk, dan
semua yang buruk menjadi lebih buruk dan ia melihat keadaannya adalah
seburuk – buruk keadaan. Akan tetapi jika terbit Cahaya Ilahi pada
sanubarinya maka ia akan tenang menghadapi hari – harinya, selalu ceria dan
bersahaja melewati hari – harinya siang dan malam, yang ini semua hanyalah
detik – detik penantian untuk berjumpa dengan Yang Maha Mengakhiri segala
kehidupan, Dialah Allah Jalla Wa Alaa (Jalla wa ‘alaa : Maha Berwibawa dan
Maha Luhur).

ImageInilah detik – detik penantian kita melewati siang dan malam dan
kejadian kehidupan kita yang setelah itu kita akan menuju kehidupan yang
kekal. Dan Rasul saw selalu menuntun kita kepada keindahan kehidupan agar
kita terjaga daripada bala dan musibah dan kesusahan di dunia dan akhirat.
Demikian kehendak Allah Swt.

Sampailah kita pada hadits mulia ini, diriwayatkan oleh Sayyidina Abdullah
bin Abbas radhiyallahu anhuma bahwa dikatakan bahwa Rasul saw membacakan
Sayyidina Hasan wa Husein (cucu beliau saw) putra Sayyidatuna Fatimah
Azzahra dan Sayyidina Ali karramallahu wajhah wa radhiyallahu anhuma.
Menunjukkan bahwa bacaan ini bukan dibaca saat lahirnya bayi tetapi bacaan
ini boleh dibacakan kapan pun. Maka oleh sebab itu, simpan kertas ini untuk
kalian yang sudah punya keturunan (ataupun belum). Bacakan mulai ucapan
“Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli
a’inin lammah” demikian riwayat Shahih Bukhari. 

Rasul saw bersabda “inna abakuma yu’awwidzu biha..” sungguh ayah kalian
berdua (ayah : kakek moyang kalian berdua yaitu Nabi Ibrahim as, wahai Hasan
dan Husein) meminta perlindungan kepada Allah untuk putranya yaitu Ishaq dan
Ismail alaihimassalam. Yang dimaksud ayah kalian berdua disini adalah Nabi
Ibrahim bukannya ayah dari Hasan wa Husein tapi ayah dari nenek moyangnya
yang keberapa. Lebih dari kakek, dari kakek, dari kakeknya. Di dalam bahasa
arab ayah itu bisa bermakna kakek, bisa bermakna paman, bisa bermakna kakek
dan kakeknya lebih lagi, mengutip dari hadits ini riwayat Shahih Bukhari
terbukti “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq” sungguh ayah kalian
berdua (wahai Hasan dan Husein)…

ImageNabi Ibrahim itu membaca doa ini untuk meminta perlindungan kepada
Allah untuk putranya yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Nabi Muhammad Saw
adalah keturunan Nabi Ismail, walaupun jauh nasabnya tapi nasabnya
bersambung kepada Nabi Ismail bin Ibrahim alaihis salam. Dan Nabi – Nabi
yang lain bersambung nasabnya kepada Nabi Ishaq bin Ibrahim alaihis salam.
Jadi hadits ini luas maknanya.

Yang pertama, doa ini boleh dibacakan untuk anak kita yang baru lahir atau
yang sudah bertahun – tahun usianya pun bisa. Dan yang belum punya
keturunan, simpan saja dan niatkan kalau punya keturunan nanti bacakan ini.
Kenapa? Kita lihat isinya “Audzubikalimatillahittammah….” Aku berlindung
demi kalimat – kalimat Allah kesemuanya.. Kita tidak bisa mengupasnya satu –
persatu ucapan ini tapi sedikit saja kita buka. 

Kita pernah membahas makna kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” Dengan Nama
Allah. Nama Allah sudah mencakup seluruh kehidupan, seluruh alam semesta
mulai dicipta hingga ada hingga akan sirna seluruh kehidupan, seluruh sel,
seluruh molekul dan semua yang ada di alam semesta ini, itu sudah tercakup
dalam kalimat Bismillah. Itu adalah satu butir dari Keagungan Allah Jalla Wa
Alla. Arrahman adalah limpahan Rahmat dan Anugerah kebahagiaan, kenikmatan
untuk seluruh makhluk yang beriman, yang tidak beriman, yang baik, yang
jahat diberi oleh Allah berupa kehidupan dunia. Dan Arrahim adalah Kasih
Sayang Allah khusus untuk orang yang beriman yaitu dunia dan akhirat. Jadi
seluruh kenikmatan yang pernah ada, pada hewan, tumbuhan, manusia, jin dan
seluruh makhluk dan malaikat, mulai mereka dicipta hingga alam ini berakhir
sudah ada dalam kalimat Arrahman Arrahim bahkan sampai kenikmatan yang
abadi, semua ada dalam kalimat Arrahman Arrahim.

Kita baru bicara 3 kalimat, bagaimana dengan 6660 kalimat Alqur’anulkarim
yang mencakup sedemikian agungnya. Sang Nabi berkata
“Audzubikalimatillahittammah ..” Aku berlindung kepada Allah demi seluruh
kalimat – kalimat Allah, (Alqur’anulkarim). Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul
Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa ini juga menurut sebagian
ulama bermakna seluruh ketentuan Allah, seluruh takdir – takdir Allah,
terpadu dalam kalimat Allah : “Audzubikalimatillahittammah..”. (lalu
selanjutnya) “…min kulli syaithan wa hammah..” dari segala syaitan. Syaitan
yang dhahir, syaitan yang batin. Syaitan yang batin menggoda jiwa kita,
syaitan yang dhahir yang mengganggu, merasuki, sihir dan lain sebagainya.
Itulah syaitan yang dhahir. Kalau yang batin gangguan kesurupan dan lain
sebagainya. 

Image“…min kulli syaithan wa hammatin..”. “Hammatin” Al Imam Ibn Hajar
didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan maknanya adalah
semua racun, segala racun, apakah itu racun yang membunuh atau racun yang
tidak membunuh. Jadi si anak bayi ini diminta perlindungan Allah dari racun
– racun. Barangkali ia tidak tahu, ini masih kecil makan sesuatu yang
meracuni dirinya atau diracun orang lain maka ia terjaga dari racun. “..wa
min kulli a’inin lammah” dan dari segala hal – hal yang membawa kerusakan
akal. Apakah itu beruapa gila atau berupa hal – hal yang bersifat kerusakan
jiwa dan akal terlindungi oleh kalimat ini. Yang mengucapkan kepada bayinya
atau anaknya maka ia telah mengucapkan kalimat yang telah melindungi
Sayyidina Hasan wa Husein radiyallahu anhuma hingga dalam keridhaan Illahi
sehingga keduanya menjadi 2 pemuda pemimpin ahli surga. Dan tentunya kalimat
ini bukan pertama kalinya diucapkan oleh Sang Nabi saw tapi kalimat ini
adalah ucapan Nabiyullah Ibrahim untuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq yang
keduanya kemudian menjadi orang – orang yang mulia dan suci. Terjaga dari
penyakit akal, terjaga dari segala godaan syaitan, terjaga daripada segala
hal yang munkar. Dengan ucapan inilah Nabi Ismail alaihissalam menjadi
manusia yang mulia dengan doa keagungan kalimat – kalimat Ilahi. 

Yang kemudian dari keturunan Nabi Ismail, muncullah Sayyidina Muhammad Saw,
Sayyidatuna Fatimah Azzahra (putri Nabi Muhammad Saw) dan keturunannya
Sayyidina Hasan wa Husein, dan selanjutnya dari para Habaib dan Akramin.
Demikian agungnya kalimat ini, yang tampaknya hal yang sangat remeh tapi
kalau kita buka inilah rahasia Rahmatnya Allah yang muncul dengan
kebangkitan Sayyidina Muhammad Saw. Maka kita membaca kalimat ini sering –
sering bukan dari kalimat haditsnya (saja) tapi dari kalimat
“Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli
a’inin lammah”. Jadi Nabi saw mengajari, mendoakan, melindungi Sayyidina
Hasan wa Husein dengan doa in iagar terlindungi daripada racun, daripada
sihir dan lain sebagainya.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya tuntunan Nabi kita Rasulullah Saw, manusia yang paling
sempurna hingga tuntunan beliau. Ucapan Nabi Ibrahim itu berapa ribu tahun
sebelum Nabi Muhammad Saw. Nabi Isa saja 600 tahun sebelum Nabi Muhammad
saw. Ini Nabi Isa jauh kepada Nabi Musa, Nabi Musa jauh lagi keatas kepada
Nabi Ibrahim alaihis salam. Mungkin 4000 – 5000 tahun. Namun ucapan itu
tetap ada karena diajari oleh Yang Maha Ada. Generasi boleh berubah tapi
Allah tetap ada, kalimat agung barangkali sudah dilupakan tapi kemudian
muncul lagi (misalnya) 5000 tahun kemudian dan atau sekian tahun kemudian.
terbuka lagi rahasia kemuliaan itu, dimunculkan lagi di masa Nabiyyuna
Muhammad Saw. Kalimat ribuan tahun yang lalu, Rasulullah Saw diberi tahu
oleh Allah “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq..” ayah nenek
moyang kalian dahulu (Nabi Ibrahim) membacakan doa ini untuk Nabi Ismail dan
Nabi Ishaq. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka muncullah kota Makkah dari keberkahan Nabiyullah Ibrahim dan Nabi
Ismail dan kesabaran istrinya Nabiyullah Ibrahim alaihis salam. Hingga
dibangun kembali Ka’bah yang sudah runtuh dan jadilah kota Makkah
sebagaimana yang telah saya sampaikan beberapa waktu yang lalu mengenai
sejarah kota Makkah. 

ImageDan tentunya di masa Nabi saw, Rasul saw ketika naik ke atas gunung
Uhud sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw ketika naik
ke atas gunung uhud seraya berkata “hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh”
gunung ini mencintai kita, (mencintai aku) dan kita mencintai gunung ini.
Kita bayangkan gunung uhud yang tidak bisa bersuara, tidak bisa bergerak
atau berbuat apa – apa tapi gunung itu gema cintanya dari perasaan batu itu
terbaca dan tergema pada sanubari Sayyidina Muhammad Saw. 
Beliau saw merasakan cintanya gunung itu kepada beliau saw seraya berkata
“inna hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh” dan kita juga menjawab cintanya
dan aku mencintainya pula, kata Rasul saw. Gunung batu itu ternyata
mempunyai perasaan, semua batu, semua butir, semua debu berfikir kepada
Allah sebagaimana firman Allah “yusabbihu lillahi ma fissamawati wama fil
ardh” bertasbih kepada Allah semua apa yang ada dilangit dan di bumi. Akan
tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Walaakin laa tafqahuuna
tasbiihahum” kalian tidak memahami tasbih dan dzikir mereka. QS. Al Israa’ :
44. Alam semesta ini terus bergemuruh mensucikan Nama Allah karena dicipta
oleh Allah termasuk butiran sel tubuh kita. Tinggal jiwa kita yang sepi dari
dzikirullah.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Hingga Rasul saw berkata “hadza uhud jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh,
allahumma inna Ibrahima harrama makkah wa ana uharrimu maa bayna
laabatayhaa” wahai Allah, Nabi Ibrahim sudah menjadikan kota Makkah sebagai
kota haram (kota suci), maka aku menjadikan pula dan meminta kepada-Mu agar
Kau jadikan Madinah ini kota suci. Maka jadilah kota Madinah pun kota suci.
“Inniy uharrimu maa bayna labatayhaa” (yaitu) ini diantara 2 bukit ini, kata
Rasul, yaitu (yang diantara dua bukit) Madinah Al Munawwarah adalah kota
suci. 

Sehingga dalam riwayat lainnya, Rasul saw bersabda “Allahumma habbib ilaynal
Madinah kahubbina Makkah awa asyadd” wahai Allah jadikan kami mencintai kota
Madinah dan jadikan kami mencintainya seperti kami mencintai Makkah atau
lebih dari mencintai kota Makkah. Demikian riwayat Shahih Bukhari. 

Disini terdapat ikhtilaf para ulama, mana kota yang lebih mulia? Madinah
atau Makkah. Sebagian mengatakan Madinah lebih mulia karena Nabi Ibrahim as
adalah dibawah panji kepemimpinan Sayyidina Muhammad Saw. Nabiyullah Ibrahim
menjadikan kota Makkah sebagai kota suci, Nabi Muhammad Saw menjadikan
Madinah sebagai kota suci. Tentunya lebih tinggi derajat Sayyidina Muhammad
Saw. Karena beliau Sayyidul Awwalin wa Akhirin yaumal qiyamah (beliau saw
pemimpin seluruh manusia yang pertama dan terakhir di hari kiamat *shahih
Bukhari). (yaitu) Nabi kita Muhammad Saw. Namun pendapat yang mengatakan
kota Makkah lebih afdhal karena kota Makkah juga tanah kelahiran Sayyidina
Muhammad Saw. Jadi sudah ada Nabiyullah Ibrahim, jadi kota itu pula tanah
kelahiran Sang Nabi saw, kota Madinah tanah wafat Sang Nabi saw dan Masjid
Al Aqsa adalah tempat tanah Isra Mi’rajnya Sang Nabi saw. Ketiga tempat itu
adalah tempat suci, namun Masjid Al Aqsa dan Baitul Maqdis dan kota Makkah
sudah menjadi kota suci sebelum Sang Nabi saw lahir. Namun kota Madinah baru
menjadi kota suci di masa Nabiyyuna Muhammad Saw. 

ImageHadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itulah, rahasia kemuliaan tuntunan Ilahi sampai kepada hamba –
hambaNya melalui tuntunan Sang Nabi saw dan setelah wafatnya Sang Nabi saw,
rahasia kemuliaan, keberkahan dan kesejahteraan dan kebahagiaan terwariskan
kepada para Muhajirin dan Anshar dan diteruskan dari zaman ke zaman. Rahasia
keberkahan dan kesejahteraan itu bisa sampai kepada mereka walaupun mereka
dalam keadaan yang tidak beriman. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih
Bukhari, ketika para sahabat keluar berdakwah ke satu wilayah dan di wilayah
itu ada 1 suku (musyrikin) yang mana kepala sukunya sedang sakit maka mereka
berkata “kalian ini bisa tidak mengobati kepala suku kami , barangkali bisa
mengobati?” tentunya mereka diluar Islam, mereka belum mengenal Islam. Namun
para sahabat yang memang ingin mengenalkan Islam saling pandang satu sama
lain. Akhirnya mereka membacakan surah Al Fatihah di air. Dari sinilah
banyak riwayat Shahih Bukhari lainnya bahwa Rasul saw memperbolehkan
mengobati dengan air yang didoakan. 

Demikian terbukti Rasul saw melakukannya dan para sahabat melakukannya
bahkan memberikannya kepada yang non muslim. Menunjukkan hubungan antara
muslim dengan yang diluar Islam harus selalu baik secara Islam, secara
syari’ah wajib bagi setiap muslim berhubungan baik dengan yang diluar Islam
kecuali mereka yang memerangi muslimin maka diizinkan untuk membela diri,
maka dengan senjata sekalipun diizinkan, demi untuk membela diri. Tapi
selain dari itu, kita mengenal Nabi kita Muhammad Saw baik terhadap musuh
dan yang diluar Islam bahkan para sahabat mengobati kepala suku itu,
membacakan di air surah Al Fatihah lalu diberikan kepada orang itu dan
diminumkan kepada kepala sukunya dan langsung sembuh. (diantara) Mereka
masuk Islam, sebagian tidak masuk Islam. Para Sahabat diberilah hadiah
berupa seekor kambing, maka dibawa kepada Rasul saw. Sahabat sudah ingin
menyembelih dan memakannya tapi mereka saling bertanya “nanti dulu, jangan
dimakan dulu, hadiah dari mendoakan seperti ini boleh tidak? (juga hadiah
dari non muslim) tanya dulu pada Rasul?” Maka ketika ditanyakan kepada
Rasul, Rasul tersenyum gembira dan berkata “boleh sembelih dan berikan aku
sebagian darinya”. Al Imam Ibn Hajar berkata bukan Rasul saw ingin daripada
bagian itu tapi Rasul ingin menghilangkan syak wasangka daripada pribadi
para sahabat terhadap barang pemberian (hadiah itu). 

Hadirin – hadirat, demikian indah dan agungnya keberkahan dari bibir orang
yang beriman membacakan surah Al Fatihah di air bisa menyembuhkan bahkan
kepada yang diluar Islam. Ternyata hal itu terbukti secara ilmiah bahwa air
bereaksi pada ucapan (orang) yang ada di depannya. Air itu berubah dan
bereaksi dengan getaran jiwa orang yang dihadapannya. Apakah dengan tulisan
atau dengan ucapan. Air yang dihadapannya di caci – maki, diperdengarkan
ucapan – ucapan emosi maka dilihat dalam skala tertentu pada mikroskop maka
akan terlihat bahwa air itu berubah menjadi buruk bentuknya. Demikian ucapan
Prof. Masaru Emoto dari Jepang. Dan ia berkata jika diucapkan dari ucapan
orang yang baik, ucapan yang polos, ucapan terima kasih, pujian, ia (prof
tsb) tidak mengenal Islam hingga ia tidak berkata hanya doa saja ucapan yang
baik. Tentunya doa lebih baik lagi karena merupakan kalimat – kalimat Allah
tentunya. Maka air itu jika dilihat dengan skala tertentu berubah bentuknya
menjadi indah. Air itu bereaksi dengan getaran jiwa. Hadirin – hadirat,
lebih – lebih lagi kalimat Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi, Maha Suci
Allah Swt yang telah memuliakan kita untuk hadir di majelis agung ini di
dalam rahasia kemuliaan Allah Yang Maha Tinggi. Maha Tinggi Keluhurannya
bukan dengan jarak dan bukan dengan ukuran tapi Maha Tinggi dengan
ketinggian yang abadi mengungguli segala keunggulan karena bersumber darinya
segalanya keluhuran.

ImageHadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang sahabat yang saling
percaya karena Allah, Kita berbicara seputar Keagungan Allah dari mulai
kalimat – kalimat doa yang menyelamatkan anak – anak kita barangkali bisa
dibaca juga untuk kita tentunya boleh. Doa tadi yang dituliskan di hadits
sampai membuka keselamatan kita dari segala gangguan syaitan, sihir, racun
dan segala – galanya daripada penyakit – penyakit lainnya. Ini seringlah
diulang – ulang untuk diri kita, untuk anak kita dan untuk keturunan kita.

Hadirin – hadirat, lantas kita berbicara tentang keagungan surah Al Fatihah
dan keagungannya dibacakan kepada orang yang sakit, lalu kita berbicara
tentang air yang bereaksi tapi tentunya bukan hanya air tapi alam semesta
ini bereaksi dengan getaran jiwa. Karena apa? Karena jiwa yang beriman, jiwa
yang suci dengan Nama Allah merubah keadaan. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika dua sahabat bertemu dan berkata “aku ingin pinjam uang padamu sebesar
1000 dinar” maka sahabatnya punya uang dan berkata “iya, aku setuju”.
Jaminannya apa? “Jaminannya Allah”. Maka orang yang punya uang juga orang
yang cinta kepada Allah, maka ia berkata “ya sudah jaminannya Allah, tapi
saksinya siapa?” temannya berkata “saksinya Allah” jadi dengan saksi, jangan
tanpa saksi ia berkata “saksinya Allah”. Sekarang batin ini orang yang
sangat cinta kepada Allah ini berkata “saksi manusia saja saya terima
apalagi saksinya Allah” maka ia pun memberikan uang 1000 dinar. “kapan mau
dikembalikan?” “tanggal anu, hari anu” lalu ia memberikan 1000 dinar. Sampai
waktu yang sudah mulai ditentukan. Temanku tadi pergi menyeberangi laut, ia
datang hampir tepat waktunya berdiri di pinggir laut, sepertinya tidak ada
kapal yang merapat. “ia belum datang”. Dalam hatinya ia berkata “wahai Allah
salahkah aku percaya engkau sebagai penjamin dan salahkah aku wahai Allah
jika aku percaya engkau sebagai saksi?”. Temannya disana rupanya sudah siap
pulang, namun disana tidak bisa menyeberang karena tidak ada kapal yang
menyeberang ke pulau itu. “wahai Allah salahkah aku sudah mengambil engkau
sebagai penjamin dan menjadikan engkau sebagai saksi? Aku sudah berbuat
seperti ini?” maka ia pun memasukkan uangnya kedalam kayu kemudian
menutupnya dan mengikatnya serta menuliskan surat didalamnya yang kemudian
menghanyutkannya ke air. “wahai Allah yang sudah kuambil saksi dan sebagai
jaminan, kuberikan dan kutitipkan kepada-Mu”. Maka orang itu menunggu, sudah
harinya, tanggalnya, tidak ada sesuatu (kapal atau perahu) yang datang.
Kapal (tak ada) apalagi manusia, namun ia melihat sepotong kayu yang menarik
perhatiannya. Ini kayu jangan – jangan dari potongan perahu, barangkali ada
yang kecelakaan. Ia mengambil kayu itu ternyata terikat, dibuka ikatannya,
surat dari temannya (dan uang berisi 1000 dinar) bahwa aku sudah jadikan
Allah sebagai penjamin dan saksi. Entah Allah menyampaikannya atau tidak,
aku pasrahkan kepada Allah tepat pada waktunya. Demikian jiwa yang
bertawakal kepada Yang Maha Mengatur segala keadaan.

Hadirin – hadirat, tentunya barangkali (sebagian dari) kita belum mampu
mencapai derajat seperti ini. Paling tidak kita mendengar kejadian seperti
ini sebagai penyejuk jiwa bahwa Yang Maha Ada tetap ada, Yang Maha Berkuasa
tetap berkuasa, Dia akan melihat segala kejadian dan menjadikan segala
kesulitan kita penghapus dosa dan mengangkat derajat kita.

ImageHadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu kita lihat kejadian tsunami yang belum lama, lalu di situ
gintung, masjid tidak runtuh juga. Masjid itu perlu diperdalami, apa
sejarahnya, masjid itu pasti bekas ada orang shalih (atau dahulu banyak
orang shalih di masjid itu) disitu yang pernah melakukan ibadah sehingga
masjid itu menjadi benteng dari musibah hingga runtuh wilayah lainnya dan
masjid ini tidak disentuh air. Hadirin – hadirat, sudah terjadi di Aceh,
terjadi lagi dan lagi di banyak wilayah, menunjukkan Allah ingin
menyempaikan pesan kepada penduduk bumi bahwa permukaan bumi masih milik-Ku,
kata Allah. Seakan ada pesan bahwa setiap jengkal di permukaan bumi yang
Ku-kehendaki sampai padanya musibah akan sampai musibah dan setiap jengkal
bumi yang tidak Ku-kehendaki tidak terkena musibah tidak akan disentuh
musibah. Tsunami sebesar apapun, koq bias air sedahsyat itu mengenali pagar
– pagar masjid. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikianlah daripada rahasia keagungan Ilahi. Ada hal yang ingin saya
sampaikan dari pertanyaan yang muncul pada saya tentang petasan di maulid,
majelis maulid. Apakah hal itu bertentangan dengan sya’riah?. Hal seperti
itu mubah karena ada dalil penguatnya tapi terikat kepada situasi dan
kondisinya. 

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang dari kaum wanita
anshar sedang meniup seruling dan disaat itu ada Rasul saw sedang menutup
dirinya dengan selimut. Datang Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq, disitu ada
istrinya Rasul saw yaitu Sayyidatuna Aisyah radiyallahu anha. Sayyidina Abu
Bakar Ashshiddiq datang dan menghardik “di tempat seperti ini, dirumahnya
Rasulullah kalian buat keributan, sana jangan bikin keributan disini ini
tempatnya Rasulullah..!”. Maka Rasul saw keluar dari dalam selimut dan
berkata “wahai Abu Bakar sudah diamkan saja, inikah hari ied (hari raya)”.
Padahal hari itu bukan hari raya tapi hari Mina, bukan hari idul adha bukan
hari idul fitri. Maka menunjukkan ucapan Rasul saw “ini hari raya” maksudnya
hari Mina juga hari kegembiraan. Maka tentunya munasabah – munasabah yang
padanya terdapat syiar Islam boleh saja dipakai sesuatu yang untuk lebih
mensyiarkan Islam berupa mercon (petasan) misalnya. Tapi dilihat apakah
mengganggu wilayah sekitar atau tidak. Kalau tidak mengganggu masyarakat
memang suka begitu maka tentunya ada dalilnya sebagaimana yang saya sebutkan
riwayat Shahih Bukhari, (dan jelas pada shahih Bukhari dijelaskan bahwa itu
bukan hari Idul fitr dan idul adha, tapi hari Mina) Tapi kalau seandainya
masyarakat tidak suka dan mengganggu masyarakat maka jangan dilakukan. Kalau
saya pribadi tentunya bagi saya kalau di majelis taklim tidak pakai mercon
karena majelis taklim, tapi kalau majelis tahunan mau untuk juga syiar
masyarakat sekitar, boleh – boleh saja tapi jangan terlalu banyak,
(demikian) kalau bagi pribadi saya. Kalau terlalu banyak mengganggu banyak
orang, asapnya (mungkin) mengganggu, dan saya juga terganggu karena saya
punya penyakit asma. 

Hadirin – hadirat, oleh sebab itu yang saya sampaikan himbauan pertanyaan
tentang petasan di acara – acara maulid atau munasabah Islam, bagaimana
hukumnya? Hukumnya secara ringkas dalil shahih dari Shahih Bukhari bahwa
berbuat sesuatu untuk mensyiarkan hari raya diperbolehkan walaupun bukan
hari idul fitri atau hari idul adha. Dan gembira atas hari kelahiran Sang
Nabi saw adalah tentunya kelahiran beliau mengawali semua hari raya ada
dalilnya, tapi dilihat kondisinya? Masyarakat sekitar suka atau tidak? kalau
terganggu jangan dipakai karena mengganggu orang, (maka akan) terkena dosa
juga kita (dosa mengganggu orang lain). Demikian hadirin – hadirat yang
dimuliakan Allah, jadi hukumnya terlihat kepada kondisinya. Bisa berubah
dari mubah menjadi sunnah, atau berubah menjadi makruh atau berubah menjadi
haram. Dilihat dengan kondisinya. Demikian hadirin – hadirat.

ImageAlhamdulillah acara kita di Istiqlal sukses dan Guru Mulia kita gembira
dan saya memohon maaf kepada jamaah dan semua hadirin – hadirat yang hadir
di Istiqlal penyampaian saya barangkali tidak sampai kesemua yang hadir di
Istiqlal. Dan disampaikan lewat website dan akan dimunculkan juga. Tentunya
saya mohon maaf kalau ada hal – hal yang sifatnya kekurangan dari protokoler
yang terjadi di masjid Istiqlal, hal itu tentunya semua demi kemajuan dakwah
kita, demi bersatunya ulama dan umara, dan tentunya masyarakat muslimin –
muslimat bersatu dalam doa dan Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib
Umar bin Hafidh, beliau mengatakan bahwa “acara mulia itu (yang di Istiqlal)
membawa kabar gembira bagi negeri ini, semoga membawa kemakmuran bagi kita
dan munculnya sebab berkumpulnya kita di Istiqlal hari ahad yang lalu.
Semoga Allah jadikan gerbang kebahagiaan kedamaian.

Wahai Allah Yang Maha Menjaga rahasia ribuan tahun, rahasia kebahagiaan Kau
jaga dan Kau munculkan kembali, maka munculkan kebahagiaan di hari – hari
kami, bagi bangsa kami dan negeri kami, bagi seluruh muslimin – muslimat. Ya
Allah pandanglah jiwa kami, pandanglah sanubari kami, wahai Yang Maha terang
– benderang, Cahaya yang terang – benderangnya tidak terbaca oleh pandangan
mata tapi menerangi jiwa maka terangilah jiwa kami, terangilah siang dan
malam kami, wahai Yang Menerangi hari senin, wahai Yang Menerangi tiap hari
sepanjang minggunya, wahai Cahaya Penerang sepanjang jalan (kehidupan),
wahai Yang Maha Menerbitkan matahari dan bulan, terbitkan dalam jiwa kami
cahaya keindahan-Mu, terbitkan dalam jiwa kami cahaya kerinduan
kehadirat-Mu, terbitkan dalam jiwa kami keinginan dari cahaya taubat, cahaya
istighfar, cahaya yang membuat kami jauh dari kemunkaran dan perbuatan yang
hina, cahaya yang membuat kami selalu ingin berbuat baik, cahaya yang
membuat kemakmuran dunia dan akhirat, wahai Yang Mengajari kami doa meminta
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah
Laillahailallah Muhammadurrasulullah 

Semoga terang – benderang jiwa kita dengan kebahagiaan, ketenangan,
kemuliaan. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram. Kita teruskan acara
dengan doa bersama mendoakan muslimin – muslimat sebagaimana disabdakan Nabi
kita Muhammad Saw, riwayat Shahih Muslim “barangsiapa yang berdoa untuk
saudara muslimnya maka Allah perintahkan malaikat untuk mengatakan amin
walaka mitsluh (amin dan untukmu balasan sebagaimana doamu untuk
saudaramu)”. Orang yang mendoakan muslimn – muslimat maka akan sampai
kepadanya seluruh kemuliaan dari seluruh jamaah dari seluruh muslimin –
musimat di Barat dan Timur yang hidup saat ini dan yang akan hidup kelak
sampai kemuliaannya kepada kita. Mari kita berdoa bersama – sama. 

 



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
 Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar 
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke