Dua Sisi Koin

" Nak sudah mau maghrib ayo cepat pulang...." Kata ibu Yuslinar kepada anaknya. 
Pian, terlihat masih asyik bermain dengan temannya. Dia melempar koin yang 
berlambang burung cendrawasih pada satu sisi dan nilai mata uang pada sisi yang 
lain. Beberapa kali melempar, Pian  selalu saja yang melihat hanya satu sisi 
koin sedang satu sisi lain tertutup. " Ayo pulang nak..." kata sang ibu yang 
ternyata sudah berada didekatnya. " Pian tahu mengapa hanya satu koin yang 
terlihat dan yang lain tertutup ? " tanya sang ibu sambil menggandeng tangan 
anaknya pulang, dan Pian hanya menggelengkan kepalanya. " Sama seperti koin itu 
yang mempunyai dua sisi , manusia juga mempunyai dua sifat yang bertolak 
belakang yaitu sifat baik dan buruk, dan ketika Pian melemparkan koin tersebut 
keatas , maka akan terlihat koin tersebut berputar-putar , begitu pula ketika 
kita berada di tengah masyarakat, suasana sekitar kita mempengaruhi perubahan 
sifat kita yang bisa berubah setiap saat, oleh sebab itu hati-hatilah dalam 
bergaul...suatu ketika nanti kamu akan mengerti lebih banyak lagi....."

Dua puluh lima tahun kemudian segalanya nampak berubah. Seperempat abad berlalu 
demikian singkat. Goresan coreng moreng dimuka tidak lagi berhiaskan lumpur dan 
noda tinta, tidak lagi bisa berlari bebas menerbangkan layangan sambil 
berteriak.."ooooiiii tunggu pesawatku akan segera terbanggg.!!!.......", tidak 
lagi bisa meninggalkan rasa malu bersama pakaian di tepi dermaga dan melompat 
berenang beramai-ramai menyaingi ikan lumba-lumba yang tertawa melihat tingkah 
anak-anak pantai. Koin itu tidak lagi berputar diatas tetapi sudah sampai di 
tanah, tempat berakhirnya kisah segala mahluk. Surat As Syams ayat kedelapan 
ini sering diperdengarkan para ustadz yang menunjukkan potensi bawaan ini 
sering membolak balik hati manusia ...fa'alhamaha fujuraha wataqwaha..... 
Permasalahannya koin itu berhenti pada sifat fujur atau sifat taqwa..."Ya 
muqaallibal qulub tsabit qalbi 'ala dinika"  kata Rasulullah.." Wahai Tuhan 
yang membolak balik hati..luruskan aku akan agamaku". Doa yang mengajarkan kita 
bahwa perputaran koin hanya akan berhenti atas kehendak Allah , sampai kita 
bersimpuh dan berteriak " La hawala wa quwwata ila billah......tiada daya dan 
upaya  selain atas kemauan dan kehendak mu ya Allah"

Hari itu Pian berada di pusara ibunya. Koin ibunya telah berhenti. 
Perlahan-lahan dibukanya kain kafan penutup muka ibunya yang terbaring miring 
menghadap arah sujud umat Islam seluruh dunia. Terakhir kali ditatap muka 
ibunya sambil menciumkan tanah kemuka jasad yang telah berpulang tersebut. Para 
pelayat masih berdiri diatas , melingkar, mengelilingi pusara sambil tertunduk 
takzim memberikan penghormatan terakhir kepada ahli kubur. Suatu hari kelak 
semua yang ada disana pun akan mengalami cerita yang sama, semua sadar, tetapi 
mengapa airmata itu tetap saja tumpah ?

Telepon berdering " bang Pian, hari sabtu di suruh ayah kerumah .." sambil 
mengiyakan tekepon ditutup, nama kecil itu memang hanya keluarga dekat yang 
masih menggunakannya dan tidak berapa lama kemudian tampak seorang teman 
menghampiri " Vid ayo kemasjid rapat panitia khitanan massal di tunda jadi hari 
ini "...saya menganggukkan kepala sambil masuk kedalam rumah mempersiapkan diri.

Koin ini masih terus berputar, terkadang iman itu naik melambung tinggi dan 
bermain dengan cerita akhirat, cerita warisan para nabi , tetapi terkadang iman 
itu terdampar pada ribuan keinginan yang mecekik leher, terlena dan hilang 
diantara kepala-kepala pecinta dunia. "Rabbanaa wala tukhammilnaa maa la thoo 
qotolanabih......wa'fuanna... wa'firlanaa... warkhamnaa ....Ya Tuhan kami 
janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya , 
maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami "

Salam

David
www.sebuahtitik.blogspot.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke