Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Dzulhijjah Tamu Kita Setelah Ramadhan Ramadhan, beberapa saat yang lalu telah meninggalkan kita. Tentunya kita merasa kehilangan sesuatu yang nilainya sangat utama dan mulia di sisi Allah Ta'ala. Tapi ketahuilah, kita tidak boleh berkecil hati dengan berlalunya bulan mulia tersebut. Ternyata Allah Ta'ala melalui utusanNya shalallahu 'alaihi wassalam, telah menjanjikan bulan lain yang tidak kalah utamanya dibanding dengan keutamaan bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda: "Dua bulan untuk berhari raya tidak berkurang keduanya, Ramadhan dan Dzulhijjah." (HR Muslim 1089). Sesungguhnya merupakan karunia Allah subhanahu wata'ala yang menjadikan bagi hamba-hamba-Nya yang shalih musim-musim untuk memperbanyak amal shaleh. Diantara musim-musim tersebut adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah yang keutamaannya dinyatakan oleh dalil-dalil dalam al-Kitab dan as-Sunnah. Dalil-dalil tentang keutamaan bulan Dzulhijjah 1. Firman Allah subhanahu wata'ala: "Demi fajar dan malam yang sepuluh" (QS. Al Fajr :1-2) Sebahagian besar ahli tafsir menafsirkan bahwa makna "malam yang sepuluh" adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan sumpah Allah subhanahu wata'ala atas waktu tersebut menunjukkan keagungan dan keutamaannya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:535 dan Zaadul Maad 1:56) 2. Diriwayatkan dari shahabat Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari (dari bulan Dzulhijjah)." Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, tidak pula jihad fi sabilillah?" Beliau bersabda: "Dan tidak pula jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatupun." (HR Jama'ah kecuali Muslim dan an-Nasa'i). 3. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Qurath radhiyallahu 'anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hari yang paling utama (afdhal) adalah hari raya qurban (10 Dzulhijjah)" (HSR. Ibnu Hibban) 4. Jika seseorang bertanya: "Yang manakah yang lebih afdhal sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ataukah sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah?" Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Jika dilihat pada waktu malamnya, maka sepuluh terakhir bulan Ramadhan lebih utama dan jika dilihat waktu siangnya, maka sepuluh awal bulan Dzulhijjah lebih utama." (Lihat Zaadul Ma'ad 1:57) 5. Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Fathul Baari: "Tampaknya sebab mengapa sepuluh hari Dzul Hijjah diistimewakan adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya semua ibadah-ibadah yang utama yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji dan tidak ada selainnya waktu seperti itu". Amal-amal yang Disyariatkan pada Hari-hari Tersebut 1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah. Kedua ibadah inilah yang paling utama dilaksanakan pada hari-hari tersebut, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Umrah yang satu ke umrah yang lainnya merupakan kaffarat (penghapus dosa-dosa) diantara keduanya, sedang haji mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga." (HR. Bukhari dan Muslim) 2. Berpuasa pada hari-hari tersebut atau beberapa hari diantaranya (sesuai kesanggupan) terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Tidak diragukan lagi bahwa ibadah puasa merupakan salah satu amalan yang paling afdhal dan salah satu amalan yang dilebihkan oleh Allah subhanahu wata'ala dari amalan-amalan shalih lainnya. Sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi: "Semua amalan manusia untuk dirinya kecuali puasa, maka dia adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya." (HR Muslim, Ahmad dan An Nasa'i). Dalam riwayat lain: "Sungguh dia telah meninggalkan makanan dan minumannya, serta nafsu syahwatnya demi untuk-Ku. Puasa itu adalah untuk-Ku. Akulah yang akan membalasnya, sedang kebajikan akan mendapatkan balasan sepuluh kali lipat." (HR Bukhari dan Abu Dawud). Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seseorang berpuasa satu hari di jalan Allah melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka (karena puasanya) sejauh 70 tahun perjalanan" (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Hunaidah bin Kholid dari istrinya dari sebagian istri-istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, dia berkata: "Adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, 10 Muharram dan tiga hari dalam setiap bulan." (Riwayat Imam Ahmad, Abu Daud dan Nasa'i). Imam Nawawi berkata tentang puasa selama sepuluh hari dalam bulan Dzul Hijjah: "Sangat disunnahkan". Khusus tentang puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berpuasa di hari Arafah menghapuskan dosa setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang." 3. Memperbanyak takbir dan dzikir pada hari-hari tersebut. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala: "Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang tertentu" (QS. Al Hajj: 28) Tafsiran dari "hari-hari yang tertentu" adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Oleh karena itu para ulama kita menyunnahkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut. Dan penafsiran itu dikuatkan pula dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada hari-hari yang lebih agung dan amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah padanya, melebihi sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil , takbir dan tahmid." 4. Bertaubat dan menjauhi kemaksiatan serta seluruh dosa agar mendapatkan maghfirah dan rahmat dari Allah subhanahu wata'ala. Hal ini penting dilakukan karena kemaksiatan merupakan penyebab ditolaknya dan jauhnya seseorang dari rahmat Allah subhanahu wata'ala, sebaliknya ketaatan merupakan sebab kedekatan dan kecintaan Allah subhanahu wata'ala kepada seseorang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh Allah itu cemburu dan kecemburuan Allah apabila seseorang melakukan apa yang Allah haramkan atasnya." (HR. Bukhari dan Muslim) 5. Memperbanyak amalan-amalan shalih berupa ibadah-ibadah sunnat seperti shalat, membaca Al Qur'an, bersedekah, amar ma'ruf nahi munkar dan yang semacamnya. Karena amalan tersebut akan dilipat gandakan pahalanya jika dilakukan pada hari-hari tersebut. Ibadah yang kecil pun jika dilakukan pada hari-hari tersebut akan lebih utama dan lebih dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala daripada ibadah yang besar yang dilakukan pada waktu yang lain. Contohnya jihad, yang merupakan seutama-utama amal, namun akan dikalahkan oleh amal-amal shalih lain yang dilakukan pada sepuluh hari pertama bulah Dzulhijjah, kecuali orang yang mendapat syahid. Sa'id Ibn Zubair radliyallahu 'anhu kalau sudah tiba sepuluh hari tersebut, ia benar-benar giat beramal sehingga hampir-hampir ia tidak kuasa untuk melakukannya. 6. Disyariatkan pada hari-hari tersebut bertakbir di setiap waktu, baik itu siang maupun malam, terutama ketika selesai shalat berjama'ah di masjid. Takbir ini dimulai sejak Shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji, sedang bagi jama'ah haji sejak Zhuhur hari penyembelihan (10 Dzulhijjah). Adapun akhir hari bertakbir adalah pada hari Tasyrik yang terakhir (13 Dzulhijjah). Dan Ishaq bin Rahawaih rahimahullah dari kalangan Tabi'ut Tabi'in, meriwayatkan dari salah seorang gurunya bahwa pada hari-hari tersebut dituntunkan mengucapkan: Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, Allahu Maha Besar, Allah Maha Besar dan untuk Allah-lah segala pujian. (HR Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas'ud 2/168, Shohih, Al Albani dalam Tamamul Minnah). Disunnahkan menyaringkan suara saat bertakbir, baik ketika di pasar, rumah, jalan, masjid dan tempat-tempat lainnya. Namun perlu diperhatikan bahwa takbir tidak boleh dilakukan secara berjama'ah yaitu berkumpul lalu bertakbir secara serempak (koor), karena hal tersebut tidak pernah dikerjakan oleh para ulama salaf; namun hendaknya setiap orang bertakbir, bertahmid dan bertasbih dengan apa saja yang mudah baginya secara sendiri-sendiri. Dan cara seperti ini secara umum berlaku pula pada seluruh jenis dzikir dan do'a. Imam Bukhori berkata: "Adalah Ibnu Umar dan Abu Hurairah radiallahuanhuma keluar ke pasar pada hari sepuluh bulan Dzul Hijjah, mereka berdua bertakbir dan orang-orangpun ikut bertakbir karenanya." Dia juga berkata: "Adalah Umar bin Khottob bertakbir di kemahnya di Mina dan didengar oleh mereka yang ada dalam masjid, lalu mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yang di pasar hingga Mina bergetar dengan gemuruh takbir". Dan Ibnu Umar bertakbir di Mina pada hari-hari tersebut, setelah shalat dan di atas pembaringannya, di atas kudanya, di majlisnya dan saat berjalan pada semua hari-hari tersebut. Maka hendaknya kita kaum muslimin menghidupkan sunnah yang telah ditinggalkan pada masa ini, bahkan hampir saja terlupakan hingga oleh mereka orang-orang shalih, berbeda dengan apa yang dilakukan oleh salafussalih terdahulu. 7. Memotong hewan qurban (udlhiyah) bagi yang mampu pada hari raya Qurban (10 Dzulhijjah) dan hari-hari Tasyrik (11,12,13 Dzulhijjah). Hal ini merupakan sunnah bapak kita Ibrahim 'alaihissalam ketika Allah subhanahu wata'ala mengganti anak beliau dengan seekor sembelihan yang besar. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor domba jantan yang keduanya berwarna putih bercampur hitam dan bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri sambil membaca basmalah dan bertakbir. 8. Bagi orang yang berniat untuk berqurban hendaknya tidak memotong rambut dan kukunya sejak masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai dia berqurban. Diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika kalian telah melihat awal bulan Dzulhijjah dan salah seorang diantara kalian berniat untuk menyembelih hewan qurban maka hendaknya dia menahan rambut dan kukunya." Di riwayat lain disebutkan: "Maka janganlah dia (memotong) rambut dan kuku-kukunya sehingga dia berqurban." Kemungkinan hikmah larangan tersebut agar menyerupai orang yang menggiring (membawa) qurban sembelihan saat melakukan ibadah haji, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala: " Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebelum qurban sampai di tempat penyembelihannya " (QS. Al Baqarah :196). Namun demikian tidak mengapa bagi orang yang akan berqurban untuk mencuci atau menggosok rambutnya meskipun terjatuh sehelai atau beberapa helai dari rambutnya. 9. Keutamaan hari raya kurban (tanggal 10 Dzulhijjah). Banyak orang yang melalaikan hari yang besar ini, padahal para ulama berpendapat bahwa dia lebih utama daripada hari-hari lain dalam setahun secara mutlak, bahkan termasuk pada hari Arafah. Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: "Sebaik-baik hari di sisi Allah adalah hari Nahr (hari raya qurban), dia adalah hari haji Akbar". Dalam Sunan Abu Daud, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: "Sesungguh-nya hari-hari yang paling mulia disisi Allah adalah hari Nahr, kemudian hari Qar." Hari Qar adalah hari menetap di Mina, yaitu tanggal 11 Dzulhijjah. Ada juga yang mengatakan bahwa hari Arafah (10 Dzulhijjah) lebih mulia daripada hari Nahr, karena puasa pada hari itu menghapus dosa dua tahun, dan tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan orang dari neraka kecuali hari Arafah, dan karena pada hari tersebut Allah mendekat kepada hamba-Nya, kemudian Dia membanggakan kepada para malaikat-Nya terhadap orang-orang yang sedang wukuf. Hendaklah setiap muslim, baik yang melaksanakan haji atau tidak berupaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan keutamaan hari-hari tersebut dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. 10. Melaksanakan shalat 'Ied berjama'ah sekaligus mendengarkan khutbah dan mengambil manfaat darinya, sebagai hari kesyukuran dan mengamalkan kebaikan. Karenanya janganlah seseorang menjadikan hari 'Ied untuk berbuat kejahatan dan kesombongan. Serta jangan pula menjadikannya sebagai kesempatan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata'ala dengan mendengarkan nyanyian-nyanyian dan musik-musik yang melalaikan, minuman keras dan yang semacamnya. Karena perbuatan-perbuatan seperti itu bisa menjadi penyebab terhapusnya amal-amal shalih yang telah dikerjakan pada sepuluh hari pertama bulan tersebut. Dari seluruh yang telah dipaparkan dan dijelaskan di atas maka sudah sepantasnya bagi setiap muslim dan muslimat untuk memanfaatkan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini dengan penuh ketaatan kepada Allah subhanahu wata'ala, memperbanyak dzikir dan syukur kepadaNya, melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan serta memanfaatkan musim-musim ini untuk menyambut segala pemberian Allah subhanahu wata'ala yang dengannya kita meraih keridhaan-Nya. Semoga Allah subhanahu wata'ala senantiasa menunjuki kita kepada jalan yang lurus dan memberikan taufiq agar kita termasuk orang-orang yang memanfaatkan kesempatan emas seperti ini dengan baik. Amin yaa Rabbal 'Alamin. _____ ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/vbOolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> =================================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar =================================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/