#############################################

Pesantren Virtual - "Pondok Pesantren era Digital"
Website: http://www.pesantrenvirtual.com
Informasi: i...@...
Konsultasi: konsult...@...
#############################################

Pengajian: Mulianya Memaafkan Ù�


Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Ø®Ù�Ø°Ù� الÙ'عَÙ�Ù'ÙˆÙŽ ÙˆÙŽØ£Ù'Ù…Ù�رÙ' بÙ�الÙ'عÙ�رÙ'Ù�Ù� 
وَأَعÙ'رÙ�ضÙ' عَنÙ� الÙ'جَاهÙ�Ù„Ù�ينَ

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan 
pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A'raf 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

ÙˆÙŽÙ„Ù'يَعÙ'Ù�Ù�وا ÙˆÙŽÙ„Ù'يَصÙ'Ù�ÙŽØ­Ù�وا أَلَا 
تÙ�Ø­Ù�بÙ`Ù�ونَ Ø£ÙŽÙ†Ù' يَغÙ'Ù�Ù�رَ اللÙ`ÙŽÙ‡Ù� Ù„ÙŽÙƒÙ�Ù…Ù' 
وَاللÙ`ÙŽÙ‡Ù� غَÙ�Ù�ورٌ رَحÙ�يمٌ

"....dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka 
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An 
Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan 
orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang 
diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan 
adalah lebih baik:

يَا Ø£ÙŽÙŠÙ`Ù�هَا الÙ`ÙŽØ°Ù�ينَ آمَنÙ�وا Ø¥Ù�Ù†Ù`ÙŽ Ù…Ù�Ù†Ù' 
أَزÙ'وَاجÙ�ÙƒÙ�Ù…Ù' ÙˆÙŽØ£ÙŽÙˆÙ'لَادÙ�ÙƒÙ�Ù…Ù' عَدÙ�ÙˆÙ`ًا 
Ù„ÙŽÙƒÙ�Ù…Ù' Ù�َاحÙ'ذَرÙ�وهÙ�Ù…Ù' ÙˆÙŽØ¥Ù�Ù†Ù' تَعÙ'Ù�Ù�وا 
وَتَصÙ'Ù�ÙŽØ­Ù�وا وَتَغÙ'Ù�Ù�رÙ�وا Ù�ÙŽØ¥Ù�Ù†Ù`ÙŽ اللÙ`ÙŽÙ‡ÙŽ 
غَ��ورٌ رَح�يمٌ

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, 
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat 
memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an :

الÙ`ÙŽØ°Ù�ينَ ÙŠÙ�Ù†Ù'Ù�Ù�Ù‚Ù�ونَ Ù�Ù�ÙŠ السÙ`َرÙ`َاءÙ� 
وَالضÙ`َرÙ`َاءÙ� وَالÙ'كَاظÙ�Ù…Ù�ينَ الÙ'غَيÙ'ظَ 
وَالÙ'عَاÙ�Ù�ينَ عَنÙ� النÙ`َاسÙ� وَاللÙ`ÙŽÙ‡Ù� 
ÙŠÙ�Ø­Ù�بÙ`Ù� الÙ'Ù…Ù�Ø­Ù'سÙ�Ù†Ù�ينَ

"Yaitu orang2 yang menginfakkan hartanya ketika lapang dan sempit dan menahan 
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)


Menurut Harun Yahya Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, 
kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang 
bertambah dari keping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan 
bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika 
marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya 
tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan 
terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari 
mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak 
orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, 
namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam 
hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, 
sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa 
manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang 
dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu 
memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, 
mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja 
sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu 
bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir 
tertentu, dan karena itu, mereka
 berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang 
mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang 
diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang 
yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar 
memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga 
jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, 
gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress 
[tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada 
orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan 
sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang
Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin 
menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan 
kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya 
keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan 
mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. 
Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati 
pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah 
kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. 
Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda 
tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran 
adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya 
sulit berpikir jernih â€" memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing 
Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 
1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa 
menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional 
bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang 
menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan 
kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil 
langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan 
dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari 
hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri 
mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan 
pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, 
meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, 
yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang 
tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, 
tujuan sebenarnya dari memaafkan â€"sebagaimana segala sesuatu lainnya â€" 
haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak 
seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah 
dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber 
kearifan yang dikandungnya.

Mulai saat inilah tidak ada kata terlambat bagi kita untuk selalu introspeksi 
diri, sejauh mana dada dan hati kita memaafkan kesalahan orang lain atau 
meminta maaf atas segala kesalahan kita. Hindari sikap egoisme dalam diri yang 
membuat setiap manusia lupa akan hakikat jati dirinya. Karena manusia yang 
besar adalah manusia yang dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak mudah marah, 
lapang dada dan hatinya serta selalu mementingkan kemaslahatan umma.

Oleh : Ustadz Agus Handoko

--- End forwarded message ---




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke