Kartini dan Islam:Dari Gelap Menuju CahayaOleh: Muh. Tamim
http://mtamim.wordpress.com/2007/09/17/kartini-dan-islam/

Waktu SMP dulu saya pernah membaca buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang 
berisi kumpulan surat-surat Kartini (sekarang buku itu entah dimana L). Meski 
dulu saya belum begitu faham benar dengan isi buku itu, ada beberapa isi surat 
yang waktu itu agak ‘mengganggu’ pikiran saya ketika Kartini bersinggungan 
dengan Islam.
Saya baru-baru ini mendapati beberapa posting yang membahas surat-surat itu 
serta transformasi spiritual Kartini, saya coba sarikan.

Persinggungan awal Kartini dengan Islam dapat dibaca dari surat-surat
 berikut:

“Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam 
melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya 
agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, 
kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak 
boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang 
mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak 
mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar 
membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti 
engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, 
tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak 
jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, 
bukankah begitu Stella?” [Surat Kartini kepada Stella, 6 November
 1899]

“Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa 
perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran, belajar 
menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti 
artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah 
kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab 
yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya. 
[Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902]

Untuk ukuran seorang perempuan dan ukuran zaman itu (bahkan ukuran zaman 
sekarang sekalipun) pendapat Kartini ini benar-benar sangat kritis dan sangat 
berani. 

Suatu ketika, takdir membawa Kartini pada suatu pengajian di rumah Bupati Demak 
Pangeran Ario Hadiningrat yang juga adalah pamannya. Pengajian dibawakan oleh 
seorang ulama bernama
 Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar(atau dikenal Kyai Sholeh Darat) tentang 
tafsir Al-Fatihah. Kartini tertarik sekali dengan materi yang disampaikan (ini 
dapat dipahami mengingat selama ini Kartini hanya membaca dan menghafal Quran 
tanpa tahu maknanya). Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk 
menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Berikut ini dialog-nya (ditulis oleh 
Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat). 

“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang 
berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?”
Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara 
diplomatis itu.
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?”. Kyai Sholeh Darat balik bertanya, 
sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah 
terlintas dalam pikirannya.
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat 
pertama,
 dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka 
bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak 
habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan 
dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab 
pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Setelah pertemuan itu nampaknya Kyai Sholeh Darat tergugah hatinya. Beliau 
kemudian mulai menuliskan terjemah Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada pernikahan 
Kartini , Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Quran 
(Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, 
mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini 
mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Tapi sayang, tidak lama setelah 
itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga Al-Quran tersebut belum selesai 
diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa
 Jawa.

Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang telah 
membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan 
Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur 
yang berarti dari gelap kepada cahaya karena Kartini merasakan sendiri proses 
perubahan dirinya, dari kegelisahan dan pemikiran tak-berketentuan kepada 
pemikiran hidayah (how amazing…).
Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat 
“Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. (Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” 
yang dalam Bahasa Belanda adalah “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan 
maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah “Habis Gelap 
Terbitlah Terang”).

Nampaknya masa-masa ini terjadi transformasi spiritual bagi Kartini. Pandangan 
Kartini tentang Barat-pun mulai
 berubah, setelah sekian lama sebelumnya dia terkagum dengan budaya Eropa yang 
menurutnya lebih maju dan serangkaian pertanyaan-pertanyaan besarnya terhadap 
tradisi dan agamanya sendiri.
Ini tercermin dalam salah satu suratnya;

“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu 
benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi 
apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu 
menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak 
hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?” [Surat Kartini 
kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902]

“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang 
setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan” (surat Kartini kepada Ny. 
Abandanon, 10 Juni 1902)

Kartini juga
 menentang semua praktek kristenisasi di Hindia Belanda :

“Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada 
rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka 
kristenisasi? …. Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk 
agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan 
Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan?” [Surat 
Kartini kepada E.E. Abendanon, 31 Januari 1903]

Bahkan Kartini bertekad untuk berupaya untuk memperbaiki citra Islam yang 
selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Dengan bahasa halus Kartini 
menyatakan :

“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain 
memandang agama Islam patut disukai.” [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 
Juli 1902].

Di
 surat-surat lain :

“Astaghfirullah, alangkah jauhnya saya menyimpang” (Surat Kartini kepada Ny. 
Abandanon, 5 Maret 1902)

“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdulloh).” 
(Surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 1 Agustus 1903)

“Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Alloh, tidak ada yang dapat 
membantu kami dan hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan.” (surat Kartini kepada 
Nyonya Abandanon, 1 Agustus 1903)

“Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri 
kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang 
mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia punm ia 
sebenar-benarnya bebas” (Surat kepada Ny. Ovink, Oktober 1900)

Sumber:
http://hasdiputra.blogspot.com/2007/04/kartini-ingin-menjadi-muslimah-sejati.html
http://prabu.telkom.us/2007/05/09/menelusuri-jejak-kartini/
http://assalaam.or.id/warta/detailsiroh.php?id=1
http://saveusgue.wordpress.com/category/dan-terbitlah-terang/

[ Diteruskan dari Sdr. Sutomo Y.K. ]


PH PRO
Indonesia


      Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk 
Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka 
browser. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke