Gemerlap Kota Yang Menyilaukan

"Bubar, bubar semua !! " teriak Kiayi Gaos kepada beberapa  pemuda yang sedang 
berjudi di belakang musholah Al Muhajirin menjelang sholat subuh. Para pemuda 
tersebut langsung lari berpencar tanpa memperdulikan lagi taruhan yang masih 
tergeletak berantakan diantara semak-semak. Kiayi Gaos memang terkenal sangat 
keras kepada siapa saja yang berbuat maksiat termasuk anaknya, Ustadz Ghani 
yang kakinya pincang karena dulu sewaktu masih remaja sering berbuat keonaran 
dan minum-minuman keras sehingga Kiayi Gaos memukul kakinya sampai pincang dan 
belum hilang walaupun telah di obati kesana-kemari. Setelah kakinya pincang 
Ustadz Ghani akhirnya insyaf lalu kembali mempelajari dan mendalami ajaran 
agama sampai akhirnya berhasil menyelesaikan sekolahnya di Madinah dan saat ini 
mengajar di pesantren ayahnya, Kiyai Gaos.

Di desa Jimbaran, beberapa musim panen belakangan ini dijadikan sebagai  musim 
judi bagi anak-anak mudanya. Hasil panen yang sedianya bisa buat tabungan dan 
untuk memenuhi kebutuhan lain malah di hambur-hamburkan dengan berjudi, 
sehingga pasokan pupuk sering terlambat datang karena setoran uangnya di 
pergunakan untuk hal yang tidak bermanfaat. Para orang tualah yang kemudian 
merogoh uang tabungan untuk membeli pupuk agar bisa  memulai musim tanam 
nantinya. Kiayi Gaos yang berasal dari desa Ketapang sebelah barat desa 
Jimbaran, didatangkan untuk menyadarkan anak-anak muda tersebut.

Sebenarnya disamping membantu orang tua, pemuda desa Jimbaran termasuk rajin 
bekerja. Kerajinan tangan seperti keramik pajangan dan anyaman dari bambu 
berhasil di jual sampai kekota. Namun pengaruh kota besar telah mampu mencuci 
otak mereka sehingga mereka termotivasi untuk mendapatkan sesuatu dengan cara 
instant dan malas untuk bekerja keras. Beberapa kali polisi menangkap mereka 
karena terlibat kasus perjudian dan penjualan obat-obat terlarang sampai ke 
kampung-kampung. Derasnya arus informasi ikut andil dalam mensukseskan 
perdagangan obat terlarang tersebut dengan dalih modernisasi.

Hal itulah yang mengkhawatirkan para orang tua sehingga beberapa kali mereka 
mengundang para muballig dan pemuka masyarakat untuk menyadaran anak-anak 
mereka. Kiayi Gaos dan anaknya Ustadz Ghani sudah tiga hari menetap di rumah 
Pak Samir kepala desa Jimbaran untuk melihat kegiatan dan pola kerja para 
pemuda tersebut. Mereka secara bergantian melakukan pendekatan satu persatu 
dengan cara silaturahmi kepada pemuda yang dianggap paling mempunyai andil 
dalam mempengaruhi pemuda yang lain. Walaupun sulit tapi karena kegigihan 
mereka, dalam tiga hari mereka telah mampu mengajak lebih dari sepuluh pemuda 
agar aktif di pengajian musholah Al Muhajirin yang diadakan setiap hari.

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, 
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk 
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat 
keberuntungan.(QS: Al Maa'idah ayat 90 ) " kata Ustadz Ghani membuka pengajian 
malam itu , para jama'ah yang rata-rata para pemuda dan pemudi beserta beberapa 
tokoh masyrakat memenuhi ruangan mushollah Al Muhajirin yang tidak terlalu 
besar. Selain pendekatan keluarga maka pendekatan agama adalah cara yang paling 
baik untuk menasehati masayrakat desa Jimbaran yang adat istiadatnya masih 
dekat dengan ajaran agama.


" Sesungguhnya kemiskinan itu dekat dengan kekufuran [1], sehingga banyak 
diatara kita yang menghalalkan segala cara agar bisa bertahan hidup " kata 
Ustadz Ghani disela pengajian ba'da Isya. Kiayi Gaos hanya duduk diam sambil 
terus mendawamkan dzikir disamping anaknya tersebut sambil sekali-kali keluar 
menyambut jama'ah yang baru datang. " Ustadz, bukankah Rasulullah juga pernah 
berkata bahwa yang terbanyak di syurga adalah orang miskin sedangkan yang 
terbanyak dineraka adalah wanita [2]" tanya seorang peserta. Ustadz Ghani hanya 
tersenyum " Jangan jadikan itu untuk malas berusaha ya, dimanapun Kemiskinan 
selalu menjadi ajang penghancuran aqidah, namun disisi lain memang orang kaya 
jarang yang amanah dengan hartanya dan merasa semua itu hasil dari usahanya 
sehingga melupakan kewajibannya membayar zakat dan menyantuni anak yatim maupun 
fakir miskin"  jawab Ustadz Ghani dengan bijak.

Kiayi Gaos yang tadinya hanya diam mulai angkat bicara " Jika mampu kita di 
suruh untuk kaya tapi hidup dalam kemiskinan atau paling tidak dalam 
kesederhanaan, harta yang di peroleh di peruntukan dalam membantu orang lain. 
Para sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar RA adalah pedangang, dialah yang 
menjadi motivator pedagang yang lain untuk memeluk agama Islam seperti 
Abdurrahman bin Auf, tetapi jika kita lihat hidupnya maka tidak ada yang tahu 
kalau mereka adalah saudagar kaya. Sedangkan orang kaya saat ini hanya 
menyumbang sepersekian dari hartanya dan merasa sudah paling banyak beramal , 
artinya predikat kaya masih menempel di badannya, predikat yang menyebabkan dia 
andaikata masuk surga akan berselisih lima ratus tahun dengan orang miskin yang 
masuk surga [3], sedangkan satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun untuk 
ukuran kita [4] "sahut Kiayi Gaos dari samping kanan Musholah

Kemewahan dan gemerlap kota memang telah menggelapkan mata para pemuda tersebut 
sehingga melupakan tempat kembali yang hakiki yaitu kampung akherat, kampung 
yang saat ini masih sekedar mitos bagi kaum hedonisme. Rasulullah pernah 
bersabda " Bagi tiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan 
terhadap umatku ialah harta-benda." (HR. Tirmidzi).
Banyak pekerjaan yang masih di sandang oleh Kiyai Gaos dan anaknya Ustadz Ghani 
di bantu oleh pemuka masyrakat dalam menyadarkan pemuda desa Jimbaran agar 
tidak mudah goyah oleh kehidupan metropolis yang menghalalkan segala cara untuk 
meraih kenikmatan hidup.

Salam

David

Note :

[1] di riwayatkan olh ath Thabrani
[2] di riwayatkan oleh HR Bukhari Muslim
[3] di riwayatkanoleh HR Tirmidzi dan Ahmad
[4] QS : As Sajdah ayat 5 dan Al Hajj ayat 47
Hadist diatas di ambil dari 1100 hadist terpilih oleh Dr. Muhammad Faiz Almath 
dengan penerbit  Gema Insani Press

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke