Hikmah: Rasa Malu

Rasa
malu bagi seseorang merupakan daya kekuatan yang mendorongnya berwatak
ingin selalu berbuat pantas dan menjauhi segala perilaku tidak patut. Orang 
yang memiliki watak malu adalah orang yang cepat menyingkiri segala
bentuk kejahatan. Sebaliknya, yang tidak memiliki rasa malu berarti ia
akan dengan tenang melakukan kejahatan, tidak peduli omongan, bahkan,
cercaan orang lain. ''Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu,''
begitu mottonya.

Islam menilai, watak malu itu merupakan bagian
dari iman. Dengan demikian, orang yang tidak mempunyai rasa malu adalah
orang yang hilang imannya. Orang hidup bermasyarakat sudah tentu harus
mendengarkan apa kata masyarakat tentang dirinya. Masyarakat tak pelak
lagi sebenarnya mengetahui apa yang dilakukan anggotanya. Masyarakat
pula yang berhak mengoreksi apa-apa kelakuan yang tidak baik atau tak
pantas anggotanya. Bagi yang tak punya malu, omongan atau koreksi
masyarakat akan dianggapnya angin lalu.

Ada sebuah ungkapan
warisan para nabi, yang menyatakan bahwa sudah rahasia umum, orang yang
hilang perasaan malunya tak lain dari orang yang sudah terbiasa berbuat
kemungkaran dan kemaksiatan dalam segala jenis dan bentuknya. Ia mau
melakukan kejahatan, kelaliman dan kekejian.

Rasulullah
bersabda: ''Sesungguhnya, yang dapat diambil sebagai pelajaran dari
para nabi terdahulu ialah, apabila kamu sudah tidak mempunyai perasaan
malu maka berbuatlah semaumu;'' riwayat Imam Bukhari dan Muslim. Itu berarti, 
orang yang demikian sulit untuk mau mawas
diri, meski berhadapan dengan umpatan dan kecaman orang banyak pun.

Berdasar riwayat Ibnu Umar,
Rasulullah bersabda: ''Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia dan Maha
Agung, bila berkehendak menjatuhkan seseorang maka Allah cabut dari
orang itu rasa malunya. Ia hanya akan menerima kesusahan (dari orang
banyak yang marah kepadanya. Melalui ungkapan kemarahan itu, hilang
pulalah kepercayaan orang kepadanya. Bila kepercayaan kepadanya sudah
hilang maka ia akan jadi orang yang khianat. Dengan menjadi khianat
maka dicabutlah kerahmatan dari dirinya. Bila rahmat dicabut darinya
maka jadilah ia orang yang dikutuk dan dilaknati orang banyak. Dan bila
ia menjadi orang yang dilaknati orang banyak maka lepaslah ikatannya
dengan Islam.

Sumber: Republika



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke