Islam & muslim

Setiap berkunjung ke New York kami selalu menyempatkan diri untuk mampir di 
masjid di suatu gedung di Manhattan. Subhanallah, perkembangan penyebaran islam 
di Amerika sangat cepat. Masjid yang tadinya kadang-kadang tertutup, sekarang 
selalu terbuka dan bertambah ramai dan ketika suami beberapa kali mampir & 
membawa surat kabar muslim selalu saja ada surat kabar/majalah muslim yang baru 
terbit. Dari berbagai surat kabar muslim tersebut kita dapatkan informasi 
berbagai kegiatan muslim di Amerika yang semakin banyak dan semarak. Berbagai 
seminar, lecture tentang islam, kursus bahasa Arab, tempat makan halal bahkan 
berita tentang muslim di dewan kongres Amerika. Insya Allah awal September akan 
ada Moslem festival di New York. Setiap tahun insya Allah nanti akan ada 
festival muslim di New York dan kota-kota lainnya, sepeti Latino Parade setiap 
tahun di 5th Avenue.

Entah karena muslim di Amerika dan Eropa kaum minoritas, atau sifat muallaf 
yang sangat bersemangat mendalami islam, saya melihat kesungguhan mereka sangat 
tinggi dalam menjalankan dan menyebarkan islam. Begitu juga muallaf di negara 
islam, sebagian besar mereka bahkan menjalankan shalat tepat waktu, semangat 
belajar Alquran dan bersedekah yang lebih tinggi dari para muslim sendiri. 
Muallaf artinya hati yang lembut. Saya sendiri sering berharap walaupun saya 
bukan muallaf tapi diberi Allah kelembutan hati untuk selalu bersegera 
menjalankan perintah Allah.

"Kenalilah Allah dikala senang maka Dia akan mengenalimu dikala susah". Ketika 
membaca hadis diatas saya menjadi berpikir mengapa muallaf sangat cepat dan 
bersegera dalam menjalankan perintah Allah sementara kita yang sudah muslim 
sejak lahir masih susah untuk meninggalkan adat dan kebiasaan yang tidak 
diajarkan dalam islam.

Banyak rakyat yang hidup berkekurangan namun masih mempertahankan tradisi nenek 
moyang sepeti tujuh bulanan dan tahlilan,dll yang membebani mereka dengan 
hutang disana sini. Bukan ingin memperdebatkan silaturahmi atau nilai positif 
dari acara ini, namun apakah kebesaran Allah yang mereka ingat ketika mereka 
ingin membuat dan selama berlangsungnya acara tersebut? Pasti sedikit sekali, 
alasan mereka melangsungkan tradisi hanya karena adat, kebiasaan nenek moyang 
atau tidak enak dengan saudara dan tetangga..

Banyaknya kelompok pengajian di Indonesia juga membuat sebagian besar para 
pengikutnya bukan mengedepankan kekuasaan Allah atau ingin memperluas 
penyebaran ketika mengundang kita atau berdiskusi, namun mengedepankan kelompok 
mereka atau mencela kelompok/orang lain atau mengedepankan makhluk lain yang 
hanyalah ciptaan Allah.

Saya hanya merasa semakin kecil dihadapan Allah. Islam yang seharusnya rahmat 
bagi seluruh alam, yang seharusnya kita sebarkan dengan mengedepankan kebesaran 
Allah namun di negara islam sendiri islam diperdebatkan, sesama muslim saling 
meremehkan yang lain dan tradisi nenek moyang masih banyak diseluruh lapisan 
masyarakat.

Bila kita baca lagi hadis diatas, jika kebesaran Allah sangat jarang kita 
ingat, lalu apakah Allah akan mengingat kita dikala susah?

Semoga Islam juga tumbuh subur di negara-negara islam dengan mengedepankan 
kebesaran Allah, meluangkan waktu mengenal Allah melalui seminar, belajar 
Alquran,bahasa Arab, dll dan saling mendukung untuk kejayaan islam serta 
meningkatkan ketaqwaan kita sendiri. Akrab di dunia, akrab di akhirat.

43:67 Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian 
yang lain kecuali orang-oang yang bertakwa.

Wallahu 'alam bisshawaab.



Kirim email ke