BismillaaHir Rohmaannir Rohiim
Assalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu
 
Seputar masalah sholat (Luruskan Shaf)
kategori Fiqh <http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=arsip&cat_id=3>  
Penulis: Abu Rasyid Ash-Shinkuaniy
 
Luruskan Shaf-Shaf Kalian!

Kedudukan dan Pentingnya Shalat
Rukun Islam yang paling utama setelah persaksian dengan dua kalimat
syahadat adalah mendirikan shalat. Bahkan shalat adalah amalan yang
pertama kali akan dihisab di hari kiamat nanti. Apabila baik shalatnya,
niscaya akan baik pula seluruh amalan yang lainnya akan tetapi
sebaliknya apabila shalatnya rusak/jelek, niscaya akan rusak pula amalan
yang lainnya.

Untuk itu sangatlah wajib bagi kita untuk memperhatikan permasalahan
shalat, di mulai dari rukun-rukunnya, syarat wajibnya, thaharahnya dan
lainnya yang berkaitannya dengan shalat.

Pentingnya Meluruskan Shaf & Ancaman Keras bagi yang Tidak Meluruskannya
Dan di antara hal yang berkaitan dengan shalat yang harus diperhatikan
dengan serius dan tidak boleh diremehkan adalah permasalahan lurus dan
rapatnya shaf (barisan dalam shalat).
Mengapa demikian? Karena ancamannya pun tidak sembarangan, yakni ancaman
bagi yang tidak meluruskan shaf.

Dijelaskan di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan
Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Abdillah An-Nu'man bin Basyir, beliau
berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
???????????? ???????????? ???? ?????????????? ????? ?????? ????????????
"Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka
sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan
wajah-wajah kalian berselisih)." (HR. Al-Bukhariy no.717 dan Muslim
436))

Dalam satu riwayat milik Al-Imam Muslim disebutkan,
????? ???????? ????? ???????? ??????????? ?????? ?????????? ????????
????? ????????? ?????? ????? ????? ?????? ???? ????????? ?????? ?????
?????? ??????? ??????? ?????? ????? ???? ????????? ??????? ???????
???????? ???????? ???????: ??????? ????? ???????????? ???????????? ????
?????????????? ????? ?????? ????????????
"Bahwasanya Rasulullah biasa meluruskan shaf-shaf kami seakan-akan
beliau sedang meluruskan anak panah sehingga apabila beliau melihat
bahwasanya kami telah memahami hal itu, yakni wajibnya meluruskan shaf
(maka beliaupun memulai shalatnya, pent). Kemudian pada suatu hari
beliau keluar, lalu berdiri sampai hampir-hampir beliau bertakbir untuk
shalat, tiba-tiba beliau melihat seseorang yang menonjol sedikit
dadanya, maka beliaupun bersabda, "Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar
kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka Allah sungguh
akan memalingkan antar wajah-wajah kalian."
Lihatlah wahai saudaraku, kaum muslimin, sabda beliau yang mulia, yang
mana beliau shallallahu 'alaihi wa sallam telah Allah terangkan sifatnya
kepada orang-orang beriman,
"Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan
(keimanan, kebaikan dan keselamatan) bagi kalian, dan amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (At-Taubah:128)

Tidaklah beliau bersabda demikian kecuali karena menginginkan kebaikan
bagi ummatnya, kaum muslimin.
Tidak ada satu kebaikan pun yang akan mendekatkan ke jannah kecuali
telah beliau tunjukkan kepada ummatnya agar melakukannya dan tidak ada
satu kejelekan pun yang akan mengantarkan ke neraka kecuali telah beliau
larang ummatnya agar menjauhinya.

Di dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat
menekankan agar meluruskan shaf di dalam shalat dengan sabdanya,
"Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka
sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian."
"Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian" dalam kalimat ini
terdapat tiga penekanan dan penguat yaitu: sumpah yang diperkirakan, lam
taukid dan nun taukid.
Demikian juga kalimat setelahnya, "atau sungguh Allah akan palingkan
antar wajah-wajah kalian", mengandung tiga penekanan dan penguat:
sumpah, lam taukid dan nun tukid, yakni jika kalian tidak meluruskan
shaf, maka sungguh Allah subhanahu wa ta'ala akan memalingkan antar
wajah-wajah kalian.

Makna Berpaling/Berselisihnya Wajah
Para ulama berbeda pendapat tentang makna "berpalingnya atau
berselisihnya wajah".
Sebagian mereka berpendapat, bahwasanya maknanya adalah sungguh Allah
subhanahu wa ta'ala akan memalingkan antar wajah-wajah mereka dengan
memalingkan sesuatu yang dapat dirasakan panca indera, yaitu dengan
memutar leher, sehingga wajahnya berada dibelakangnya, dan Allah
subhanahu wa ta'ala Maha Mampu atas segala sesuatu.
Dialah Allah 'Azza Wa Jalla yang telah menjadikan sebagian keturunan
Nabi Adam (yaitu Bani Israil) menjadi kera, di mana Allah subhanahu wa
ta'ala berkata kepada mereka: "Jadilah kalian kera yang hina"
(Al-Baqarah:65) maka jadilah mereka kera.
Maka Allah subhanahu wa ta'ala mampu untuk memutar leher manusia
sehingga wajahnya berada di punggungnya, dan ini adalah siksaan yang
dapat dirasakan panca indera.

Adapun ulama yang lain berpendapat, bahwa yang dimaksudkan perselisihan
di sini adalah perselisihan maknawiyyah, yakni berselisihnya hati,
karena hati itu mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat
terhadap satu arah, satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka
akan didapatkan kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila
hati berselisih maka ummat pun akan berpecah belah.
Sehingga yang dimaksud perselisihan dalam hadits ini adalah perselisihan
hati, dan inilah tafsiran yang paling shahih/benar, karena terdapat
dalam sebagian lafazh hadits, "atau sungguh Allah akan palingkan antar
hati-hati kalian."
Dengan alasan inilah, maka yang dimaksud dengan sabda beliau, "atau
sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian", yakni cara
pandang kalian, yang hal ini terjadi dengan berselisihnya hati.

Wajibnya Meluruskan Shaf
Bagaimanapun juga, di dalam hadits ini terdapat dalil akan wajibnya
meluruskan shaf, dan bahwasanya wajib atas para makmum untuk meluruskan
shaf-shaf mereka, dan kalau mereka tidak meluruskan shafnya, maka
sungguh mereka telah mempersiapkan diri-diri mereka untuk mendapatkan
siksaan dari Allah subhanahu wa ta'ala, wal'iyaadzu billaah.

Pendapat ini yaitu wajibnya meluruskan shaf adalah pendapat yang benar,
sehingga wajib atas imam-imam shalat agar memperhatikan shaf, apabila
didapatkan padanya kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau mundur,
maka para imam tersebut harus memperingatkan mereka agar meluruskan
shafnya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun kadang-kadang berjalan di antara
shaf-shaf untuk meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang
pertama sampai terakhirnya.
Ketika manusia semakin banyak di masa khilafah 'Umar Ibnul Khaththab,
'Umar pun memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah
dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah
datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus" maka 'Umar pun bertakbir untuk
memulai shalat.

Demikian juga hal ini dilakukan oleh 'Utsman bin 'Affan, beliau
menugaskan seseorang untuk meluruskan shaf-shaf manusia, maka apabila
orang tersebut datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus", beliaupun
bertakbir untuk memulai shalat.
Semuanya ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah
meluruskan shaf.

Sebagian Kaum Muslimin Susah Diatur
Akan tetapi, sungguh amat disesalkan, sekarang engkau akan dapati para
makmum tidak mempedulikan masalah meluruskan shaf, yang satu agak maju
ke depan, yang satu lagi agak mundur ke belakang, tidak peduli akan
lurusnya shaf.
Kadang-kadang mereka lurus pada raka'at pertama, kemudian ketika sujud
muncullah kesenjangan, yang satu agak maju dan yang lain agak ke
belakang, dan mereka tidak meluruskan shaf pada raka'at kedua, bahkan
mereka tetap seperti itu tidak meluruskan shaf di raka'at kedua dan
seterusnya, ini adalah kesalahan.

Yang lebih mengherankan dari semuanya itu adalah ketika ada seseorang
yang paham akan wajibnya meluruskan shaf, dia bertindak sebagai imam,
maka diapun melaksanakan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam yaitu memeriksa para makmum dan memerintahkan mereka untuk
meluruskan shaf, maka engkau akan dapati sebagian makmum tersebut
enggan, tidak mau lurus dan rapat. Bahkan ada yang menonjol maju ke
depan atau mundur ke belakang, ataupun kaki-kaki mereka tidak rapat
antara satu dengan lainnya. Dalam keadaan mereka sudah mengetahui hadits
di atas. Wallaahul Musta'aan.

Semoga Allah Tabaraka Wa Ta'ala menunjuki semua kaum muslimin agar
menjadi orang-orang yang taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya
shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana sifat orang-orang mukmin yang
baik adalah sami'naa wa atha'naa (kami mendengar dan kami taat), bukan
sami'naa wa 'ashainaa (kami mendengar dan kami melanggarnya).
Yang jelas wajib bagi imam maupun para makmum untuk meluruskan dan
merapatkan shaf.

Bila Hanya Ada Imam & Seorang Makmum
Kalau ada yang bertanya, "Apabila di sana hanya ada imam dengan seorang
makmum saja, apakah imam maju sedikit ke depan ataukah sejajar dengan
makmum?"
Jawabannya adalah hendaklah imam sejajar dengan makmum, imam berada di
sebelah kiri sedangkan makmum di sebelah kanan imam, karena apabila
hanya ada imam dan seorang makmum saja, maka berarti shaf cuma ada satu,
yang tidak mungkin makmum sendirian di belakang imam, bahkan yang benar
adalah mereka berdua berada dalam satu shaf yaitu sang imam sejajar
dengan makmum. Dengan berada dalam satu shaf akan terjadi kelurusan
dalam shaf.
Dalilnya adalah ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat
malam, datanglah Ibnu 'Abbas berdiri di sebelah kiri beliau, maka beliau
pun menarik Ibnu 'Abbas dan menjadikannya tepat di sebelah kanan beliau.
(Muttafaqun 'alaihi)

Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh sebagian ulama,
"Bahwasanya hendaklah imam maju sedikit ke depan", karena pendapat ini
tidak ada dalilnya, bahkan justru dalil menyelisihi pendapat ini, yaitu
hendaklah antara imam dan makmum sejajar apabila mereka hanya berdua.

Jangan Ada yang Menonjol Dadanya!
Kemudian dalam riwayat yang lain disebutkan, "Bahwasanya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam biasa meluruskan shaf-shaf kami (para
shahabat) seakan-akan meluruskan anak panah." Maka jadilah shaf mereka
benar-benar lurus dengan sempurna, sehingga tidak ada yang maju ataupun
mundur walaupun sedikit.
Beliau biasa meluruskan shaf seperti meluruskan anak panah, sehingga
apabila beliau melihat bahwasanya para shahabatnya telah memahaminya,
yakni mereka telah paham dan tahu bahwasanya shaf harus lurus, beliaupun
memulai shalatnya.
Kemudian pada suatu hari beliau keluar untuk melaksanakan shalat,
tiba-tiba beliau melihat seseorang yang menonjol dadanya, maka beliaupun
besabda, "Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan shaf-shaf
kalian atau (kalau tidak) maka sungguh Allah akan palingkan antar
wajah-wajah kalian."
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Benar-benar kalian
luruskan shaf-shaf kalian" sebabnya adalah semata-mata hanya karena
beliau melihat seseorang menonjol dadanya, yaitu dada orang tersebut
menonjol sedikit.

Bagaimana kalau beliau melihat shaf-shaf yang ada sekarang? Yang satu ke
depan, yang satu lagi ke belakang, shaf mereka bengkok, tidak lurus dan
tidak rapat? Bisa kita bayangkan apa yang akan diucapkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam ketika melihat keadaan seperti itu?

Imam Shalat Hendaklah Memeriksa Shaf
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwasanya di antara petunjuk Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah bahwa beliau senantiasa memeriksa
shaf, meluruskan dan merapatkan shaf. Kalau masih ada yang belum lurus
atau belum rapat maka beliaupun meluruskannya bahkan mengancam
-sebagaimana kisah di atas- kepada orang yang maju sedikit dari shafnya
dengan ancaman ini, "Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau
(kalau tidak) maka sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah
kalian."

Petunjuk ini harus diteladani oleh para imam shalat agar memeriksa,
mengatur dan meluruskan shaf para makmum.
Kesimpulannya adalah wajib atas kita untuk menerangkan masalah ini
kepada imam-imam masjid dan demikian juga kepada para makmum agar mereka
memperhatikan perkara yang sangat berbahaya ini sehingga mereka
benar-benar meluruskan dan merapatkan shafnya di dalam shalat.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala selalu membimbing kita kepada apa yang
dicintai dan diridhai-Nya. Wallaahu A'lam.

Disadur dari Syarh Riyaadhush Shaalihiin hal.453-454 cetakan Maktabah
Ash-Shafaa dengan beberapa tambahan dan perubahan.

Abu Rasyid Ash-Shinkuaniy

(Dikutip dari bulletin Al Wala' wal Bara', Edisi ke-25 Tahun ke-3 / 20
Mei 2005 M / 11 Rabi'uts Tsani 1426 H, url asli
http://fdawj.atspace.org/awwb/th3/25.htm
<http://fdawj.atspace.org/awwb/th3/25.htm> ) 
 
 
Wassalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke