BismillaaHir Rohmaanir Rohiim
Assalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu
 
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allohu Ta'ala. kita memujiNya meminta 
pertolongan kepadaNya dan memohon ampunanNya, serta berlindung kepada Alloh 
dari kejelekan diri diri kita dan dari kejahatan amalan amalan kita. 
Barangsiapa yang Alloh beri petunjuk padanya, maka tiada yang dapat 
menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Alloh sesatkan, maka tiada yang bisa 
menunjukkinya.
Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar 
kecuali Allohu Ta'alaa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa 
Muhammad adalah hamba dan RasulNya.
 
Amma Ba'du
 
MAKNA, SYARAT DAN KONSEKUENSI SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH
 
MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH
 
Yaitu : Tidak ada sesembahan yang disembah dengan haq kecuali Allah. ( Adapun ) 
selain Allah jika disembah maka pasti dengan kebathilan
 
Allah Ta'alaa berfirman : 
" Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Haq dan 
sesungguhnya apa saja yang mereka ibadahi selain Allah, itulah yang batil, dan 
sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. " ( Al Hajj : 62, 
Luqman : 30 )
 
Allah Ta'ala berfirman :
" Maka ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali 
Allah....." ( Muhammad : 19 )
 
SYARAT-SYARAT LAA ILAAHA ILLALLAH
 
SYARAT PERTAMA : Mengetahui maknanya baik dalam hal nafi ( meniadakan segala 
sesembahan selain Allah - pent ) maupun dalam hal itsbat ( menetapkan 
satu-satunya sesembahan adalah Allah - pent ) yang mana pengetahuan ini 
menafikan ( meniadakan ) kebodohan.
 

Allah Ta'ala berfirman :
" Ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali 
Allah...." ( Muhammad : 19 )
 
Dari Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu dia berkata :
Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
 
" Barangsiapa mati dalam keadaan dia mengetahui bahwasanya tidak ada sesembahan 
yang berhak disembah kecuali Alah maka dia masuk jannah." ( Riwayat Muslim no. 
26 )
 
SYARAT KEDUA : keyakinan yang menafikan keraguan.
Yaitu, hendaknya pengucapnya yakin terhadap penunjukkan kalimat ini dengan 
keyakinan yang mantap, karena tidak akan memberikan manfaat pada keimana 
kecuali ilmu yakin, bukan ilmu perkiraan, maka bagaimana kalau keimanan itu 
dimasuki keraguan ? 
 
Allah Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman 
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad 
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang 
benar." ( Al Hujurat : 15 ) 
 
Disyaratkan dalam benarnya keimanan mereka terhadap Allah dan RasulNya keadaan 
mereka tidak ragu-ragu. Adapun orang yang ragu maka ia termasuk ( kelompok ) 
orang-orang munafik, kita berlindung kepada Allah dari yag demikian- yang Allah 
Ta'ala berfirman tentang mereka : 
" Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak 
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu 
mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. " ( At-Taubah : 45 )
 
Dari Abu Hurairah radhiyalloohu 'anhu dia berkata 

Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" Barangsiapa yang kamu temui di belakang kebun ini, dia bersaksi bahwasanya 
tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali A;;ah dalam keadaan hatinya 
yakin, berilah dia kabar gembira dengan ( dimasukkannya ke dalam ) jannah." ( 
Riwayat Muslim no. 31 )
 
Disyaratkan dalam masuk jannahnya si pengucap, hatinya harus yakin tidak 
ragu-ragu tentangnya. Jika syarat telah hilang ( yakni si pengucap tidak yakin 
dengan ucapannya tersebut ) maka hilang pulalah yang ditetapkan dengan syarat 
tersebut ( maka di tidak masuk jannah )
 
SYARAT KETIGA : Menerima konsekuensi kalimat ini baik dengan hati maupun lisan, 
yang menafikan penolakan.
 
Allah Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha 
illallah"  mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya 
kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" ( 
Ash-Shoffat : 35 - 36 )
 
Dari Abu Musa Al 'Asy'ari berkata 

Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :".....maka itu adalah 
permisalan orang yang memahami agama Allah, dia mengambil manfaat dan memberi 
manfaat ( kepada orang lain ) dengan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah 
mengutusku, maka dia telah mengilmui dan mengajarkan ilmu tersebut. ( Beda 
permisalannya ) dengan orang yang tidak peduli terhadap semua itu dan tidak 
menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus." ( Riwayat Bukhori no. 79 
dan Muslim no. 2282 )
 
SYARAT KEEMPAT : Tunduk dan patuh terhadap konsekuensi kalimat Laa ilaaha 
Illallah, yang menafikan ( sikap - pent ) meninggalkan ( konsekuensi tersebut )
 
Allah Ta'ala berfirman :
" Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya ( tunduk ) kepada Allah, sedang dia 
orang yang berbuat kebaikan ( muwahhid ), maka sesungguhnya ia telah berpegang 
kepada buhul tali yang kokoh ( Laa ilaaha Illallah ). " ( Luqman : 22 )
Makna " menyerahkan diri " yaitu tunduk.
Makna"sedang dia orang yang berbuat kebaikan " yaitu seorang muwahhid ( orang 
yang mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya ).
Makna "buhul tali yang kokoh" yaitu  Laa ilaaha Illallah 
 
Allah Ta'ala berfirman :
"Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum 
datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." ( Az-Zumar : 
54 )
 
Dari Abdullah bin 'Amr secara marfu':
" Tidaklah beriman seseorang sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang kubawa ( 
ajaranku )."
An-Nawawi berkata dalam Al-Arba'in no. 41 : " Hadits hasan shohih, telah kami 
riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad shohih". Dishohihkan oleh 
Asy-Syaikh Hafizh Hakami dalam kitabnya Ma'arijul Qobul ( 2 / 422 ). Ibnu 
Katsir telah berhujjah dengannya dalam tafsir ayat : 
"Tidaklah sepantasnya bagi seorang yang beriman baik laki-laki maupun wanita, 
jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka 
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka." ( Al Ahzab : 36 )
 
SYARAT KELIMA : Kejujuran yang menafikan kedustaan
yaitu hendaknya dia mengucapkan kalimat ini dalam keadaan hatinya 
membenarkannya. Jika dia mengucapkan dengan lisannya dalam keadaan hatinya 
tidak membenarkan maka dia adalah seorang munafik lagi pendusta.
 
Allah Ta'ala berfirman :
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) 
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?  Dan 
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka 
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia 
mengetahui orang-orang yang dusta." ( Al 'Ankabut : 1-3 )
 
Allah Ta'ala berfirman :

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari 
kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman 
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya 
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.Dalam hati mereka ada 
penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya; dan mereka mendapatkan siksa yang 
pedih, disebabkan kedustaan yang mereka lakukan." ( Al Baqoroh : 8 - 10 )
 
Dari Anas bin Malik radhiyalloohu 'anhu dia berkata 
Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" Tidaklah seseorang yang bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak 
disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullaah secara jujur 
dari hatinya kecuali Allah akan mengharamkan ( dia kekal di dalam ) an-nar." ( 
Riwayat Bukhori 128 dan ini lafadz beliau: dan Muslim : 32 )



SYARAT KEENAM : Keikhlasan yang menafikan kesyirikan, kemunafikan, riya, serta 
sum'ah.
Ikhlas yaitu memurnikan amalan dengan niat yang baik dari seluruh kotoran 
syirik.
 
Allah Ta'ala berfirman :
" Maka beribadahlah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya." ( 
Az-Zumar : 2 )
 
Allah Ta'ala berfirman :
"Padahal mereka tidaklah diperintah kecuali agar mereka beribadah hanya kepada 
Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya...." ( Al- Bayyinah : 5 )
 
Dari Abu Hurairah radhiyalloohu 'anhu dia berkata : 

Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang 
yang mengucapkan Laa ilaaha Illallah ikhlas / tulus dari hatinya." ( Riwayat 
Bukhori : 99 )
 
Dari 'Utsman bin Malik radhiyalloohu 'anhu dia berkata :

Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" Sesungguhnya Allah mengharamkan ( kekekalan ) di dalam an-nar bagi orang yang 
mengucapkan Laa ilaaha Illallah dalam keadaan mengharap wajah Allah ( ikhlas 
karena Allah )". ( Riwayat Bukhori 415 dan Muslim dalam Kitab Al-Masajid wa 
Mawadhi'ush-sholah nomor khusus : 263 )
 
SYARAT KETUJUH : Mencintai kalimat yang agung dan penuh barokah ini, mencintai 
konsekuensinya, dan mencintai para pengucapnya yang beramal dengannya yang 
menetapi syarat-syaratnya; serta membenci perkara-perkara yang berlawanan 
dengannya.
 
Allah Ta'ala berfirman :
 " Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan 
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun 
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." ( Al Baqarah : 165 )
 
Allah Ta'ala berfirman : 
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari 
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai 
mereka dan merekapun mencintaiNya.." ( Al-Maidah : 54 )
 
Dari Anas bin Malik radhiyalloohu 'anhu dia berkata :
Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" Tiga perkara yang barangsiapa ketiga perkara tersebut ada pada dirinya, maka 
dia akan merasakan manisnya iman, yaitu : Allah dan RasulNya lebih ia cintai 
daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang tidaklah ia mencintainya 
kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah 
diselamatkan oleh Allah darinya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke 
an-nar." ( Riwayat Bukhori : 16 dan Muslim : 43 )
 
Penganut " laa ilaaha Illallah " mereka mencintai Allah dengan kecintaan yang 
murni. Sedangkan penganut kesyirikan mereka mencintai Allah dan juga mencintai 
selainNya, hal ini menafikan konsekuensi " laa ilaaha Illallah".
 
SYARAT KEDELAPAN : Mengingkari thaghut, yaitu sesembahan selain Allah. Dan 
beriman kepada Allah baik sebagai Rabb, Khaliq maupun sebagai sesembahan yang 
haq.
 
Allah Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena 
itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka 
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak 
akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." ( Al-Baqarah : 256 )
 
Dari Thoriq bin Asyyam radhiyalloohu 'anhu, dia berkata: " Aku mendengar 
Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : " Barangsiapa yang 
mengucapkan Laa ilaaha Illallah dan mengingkari sesembahan-sesembahan selain 
Allah maka haramlah darah dan hartanya ( tidak boleh dibunuh dan tidak boleh 
diambil hartanya tanpa haq ), dan hisabnya ( diserahkan )  kepada Allah." [ 
Riwayat Muslim no. 230 dan Ahmad ( 3/472)]
 
Aku berkata : Laa ilaaha Illallah mengumpulkan antara penafian dan penetapan. " 
Laa ilaaha " menafikan semua sesembahan selain Allah ; " illallah " menetapkan 
peribadahan hanya kepada Allah tidak ada sekutu bagiNya.
 
Kedelapan syarat ini telah terkumpul di dalam dua bait berikut ini :
 
Ilmu, keyakinan, keikhlasan dan kejujuran beserta kecintaan, ketundukan dan 
penerimaan terhadapnya
dan ditambah yang kedelapan, pengingkaranmu dari perkara-perkara yang disembah 
selain Allah
 
Tentang pembahasan syarat Laa ilaah Illallah merujuklah ke kitab Ma'arijul 
Qobul dengan syarah Sullamul Wushul ila 'ilmil ushul fit Tauhid yang dikarang 
oleh Asy-Syaikh Hifizh bin Ahmad Hakami ( 2/418-424 ) dan Ad-Durusul Muhimmah 
li'ammatil Ummah yang dikarang oleh yang mulia Asy-Syaikh Abdul 'Aziz  bin 
Abdullah bin Baz semoga Allah merahmati beliau.
 
KONSEKUENSI SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH
 
Konsekuensi syahadat Laa ilaaha Illallah adalah :
Meninggalkan peribadahan kepada seluruh sesembahan selain Allah yang ditunjukan 
oleh ( kalimat ) penafian, yaitu ucapan kita : " Laa ilaaha " dan beribadah 
kepada Allah semata tiada sekutu bagiNya yang ditunjukkan oleh kalimat 
penetapan, yaitu ucapan kita : " Illallah ".
 
Allah Ta'ala berfirman
" Rabbmu telah memerintahkan / mewasiatkan agar kamu tidak beribadah kecuali 
kepadaNya." ( Al-Israa : 23 )
 
Allah Ta'ala berfriman :
" Dan beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukanNya dengan 
sesuatu apapun." ( An-Nisa' : 36 )
 
Allohu Ta'ala A'lam
 
Untuk lebih jelasnya silahkan baca buku : Al-Qoulul Mufid ( Penjelasan Tentang 
Tauhid ), karya Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab al-Wushobiy

 

  


Walhamdulillaahi Rabbil 'Alamiin
 
Wassalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke