Mahluk Allah itu Bernama Anjing

Kediaman orang tuaku terletak di pinggiran jakarta. Walaupun hampir sama 
padatnya dengan Jakarta, tetapi banyaknya pohon-pohon sebagai sarana 
penghijauan dan penahan serapan air membuat beberapa warga dilingkungan 
tersebut mengembangkan hobi mereka memelihara binatang seperti burung, ayam, 
kelinci dan kambing bahkan di pinggiran rawa ada yang memelihara bebek.  
Sekitar satu setengah tahun yang lalu, di halaman rumah belakang tiba-tiba 
muncul seekor anak anjing yang baru bisa jalan, karena tampak masih 
tertatih-tatih yang bermain bersama anak kucing. Entah tersasar atau ada yang 
membuang, yang jelas sejak hari itu anak anjing tersebut seperti mengikat tali 
persaudaraan dengan anak kucing dan tinggal dengan damai di halam belakang 
rumah orang tuaku.

Satu tahun kemudian perkembangan anak anjing tersebut melampaui anak kucing, 
tetapi kemesaraan mereka tetap tidak berubah. Berbeda dengan kucing, anjing 
lebih berkarakter artinya mereka lebih spontan membela orang yang memberi 
mereka makan jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan sedangkan kucing , 
lenggang tidak mau tahu seperti mengatakan " akukan binantang, tidak ikut 
campur urusan manusia" seperti kejadian ada yang mengambil pisang di pekarangan 
belakang maka anjing ini langsung menyalak dengan keras yang membangunkan tidak 
hanya isi rumah tetapi juga tetangga.

Ayahku sebenarnya risih dengan keberadaan anjing ini karena kemanapun ayahku 
pergi dia sesalu mengikuti termasuk pergi kemasjid. Anjing ini seperti terlatih 
untuk menunggu sampai selesai sholat, atau sampai selesai berbelanja dipasar 
dekat rumah, atau sampai selesai bertamu ketetangga, sehingga para tetangga 
mengira ayahku sengaja memelihara anjing ini padahal tidak. Walaupun demikian 
ayah tetap rutin memberi makan anjing dan kucing ini sehari dua kali yaitu pagi 
dan sore hari .

Ada satu alasan mengapa ayah tidak pernah mengusir atau membuang anjing ini 
selain loyalitasnya,  yaitu tidak pernah membuang kotoran di pekarangan rumah, 
entah dimana dia membuangnya dan  juga tidak ada tetangga yang mengeluh karena 
perpindahan lokasi pembuangan tersebut. Disamping itu kebiasaaan anjing lain 
yaitu suka menjilat dan mengendus, tidak dilakukan oleh anjing ini, entah 
karena terbiasa bergaul dengan kucing atau ada faktor lain sehingga bisa 
merubah kebiasaan dari habitatnya  oleh karena itu ayah tidak pernah ragu 
dengan sandal atau sarung yang di gunakannya terkena najis.

Namun belakangan ini, ayah ingin memberikannya kepada orang lain, karena 
gunjingan tetangga semakin keras, mungkin bagi mereka tetap aneh seorang muslim 
yang taat memelihara seekor anjing walaupun anjing itu sangat jinak dan tidak 
pernah mengganggu siapapun, dan kebetulan ada tetangga lain RT yang beragama 
kristen bersedia menampung.

Pada hari ahad dua minggu yang lalu anjing itu tidak mau makan seharian, dia 
tampak murung dan ketakutan, selalu berada di pojok rumah, sekilas ayah melihat 
 pada sore itu setitik air dimatanya, dia seperti rudung suatu kesedihan, 
seperti akan berpisah sangat jauh. Pada malam harinya ayahku melihat dia masih 
berada di pojokan rumah tertidur atau hanya sekedar berbaring.

Pagi harinya tiba-tiba anjing itu menghilang entah kemana. Ayah walaupun memang 
berniat memberikannya kepada orang lain tetapi merasa seperti ada yang 
meresahkan hatinya dan itulah yang membuatkan nya mencari seharian tetapi tidak 
ketemu. Beberapa hari kemudian terdengar berita bahwa ada beberapa anjing 
jalanan yang masih muda dibunuh untuk di konsumsi bahkan setelah di potong ada 
yang diperjual belikan untuk kalangan tertentu. Mendengar berita tersebut 
ayahku cuma terdiam tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak pernah 
memegang hak kepemilikan binatang tersebut. Mata ayah nampak berkaca-kaca 
mendengar khabar tersebut.

Ada sesuatu yang hilang, yang kurang diharapkan ketika dia ada tetapi membekas 
cukup dalam ketika dia tidak ada. Binatang yang sampai tiga kali disebutkan di 
dalam surat Al Kahfi  itu seperti pelajaran dari ayat-ayat kauniyah Allah di 
alam semesta tentang suatu kasih sayang. tentang sebuah kesetiaan, tentang  
kebersamaan walau hanya dari seekor binantang yang telah bertamu satu tahun 
lebih dirumah  pinggiran Jakarta tersebut.

Dari Abu Hurairah , Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tatkala seorang lelaki 
sedang berjalan pada sebuah jalan terasalah olehnya dahaga yang sangat. Lalu ia 
mendapati sebuah sumur dan bersegeralah ia meneruninya untuk minum. Ketika 
keluar, tiba-tiba dia melihat seekor anjing menjulurkan lidah sambil 
menjilat-jilati debu karena sangat haus. Lelaki itu berkata:  anjing  ini 
sedang kehausan seperti aku tadi lalu turunlah dia kembali ke dalam sumur untuk 
memenuhi sepatu kulitnya dengan air lalu digigit agar dapat naik kembali. 
Kemudian ia meminumkan air itu kepada  anjing tersebut. Allah berterima kasih 
kepadanya lalu mengampuninya. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah 
kami akan mendapatkan pahala karena binatang-binatang seperti ini? Rasulullah 
saw. menjawab: Pada setiap yang bernyawa (mahluk hidup) ada pahalanya. (Shahih 
Muslim No.4162) didalam riwayat lain pelakunya di gambarkan seorang wanita 
pelacur ( lihat sahih Bukhari atau sahih Muslim nomor selanjutnya )

Salam


David

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke