Mengasah Nurani Ketika bangsa Indonesia sedang carut marut sekarang,banyak diantara kita yang mengatakan bahwa nurani bangsa sedang mati. Perilaku masyarakat kita, baik pejabat,anggauta dewan bahkan rakyat di jalanan lebih didorong oleh syahwat dan hawa nafsu dibanding oleh akal sehat, apa lagi oleh nurani.. Bayangkan, apa motif perkelahian antara TNI dan polisi di Maluku hingga beberapa polisi tewas sia-sia ? politik bukan, ekonomi bukan, apalagi kalau bukan hawa nafsu ?
bayangkan antar supporter sepakbola berkelahi dan merusak rumah penduduk. Begitu gemasnya melihat perilaku bangsa yang tidak lagi mengikuti murani sampai ada tokoh yang mencari solusi dengan mendirikan Partai Hati Nurani . Tetapi betulkah Partai Hati Nurani juga di latar belakangi oleh dorongan nurani ? Jika bukan maka jangan-jangan nurani hanya dijadikan komoditas politik untuk mencari kepuasan syahwat politik. Atau kita memang belum tahu nurani itu apa ? Pengertian Nurani Nurani berasal dari bahasa Arab Nur, yang artinya cahaya, nuraniyyun, sesuatu yang bersifat cahaya. cahaya apa ? Menurut perspektip Psikologi Islam, perangkat kejiwaan manusia itu terdiri dari akal, hati,nurani, syahwat dan hawa nafsu. Akal merupakan problem solving capacity yang kerjanya berfikir, hati merupakan alat untuk memahami realita, nurani merupakan pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Syahwat merupakan penggerak tingkah laku atau motif, dan hawa nafsu merupakan kekuatan destruktip yang menguji kemampuan jiwa. Sebagai system, kelima subsistem tersebut dipimpin oleh hati, oleh karena itu jika orang hatinya baik maka perilakunya juga baik,jika hatinya busuk maka perilakunya juga busuk. Nurani lebih dekat ke hati,oleh karena itu dinamakan hati nurani. Teori Pancaran Konsep nurani berasal dari teori isyraqy atau teori pancaran yang menyatakan bahwa Tuhan adalah cahaya (Allohu nur assamawati wa alardh). Seperti matahari yang selalu memancarkan cahayanya, ia meninggalkan jejak cahayanya di bumi berupa kehidupan, kehangatan atau panas dan terang. Di malam hari, panas dan cahaya matahari itu berusaha kembali ke cahaya asal meninggalkan bumi dalam keadaan gelap dan dingin. Nah Tuhan memancarkan cahaya Nya, dan diantara jejak cahaya Tuhan adalah manusia, oleh karena itu didalam diri manusia ada cahaya ketuhanan, disebut bashirah (pandangan batin) atau nurani (sesuatu yang bersifat cahaya). Dan nurani memiliki kerinduan untuk selalu kembali kepada Tuhan sebagai cahaya asalnya. Berbeda dengan hati yang wataknya tidak konsisten; terkadang benci dilain waktu cinta, terkadang sadar dilain waktu lupa, terkadang tenang dilain waktu bergejolak, nurani yang merupakan cahaya ketuhanan bersifat konsisten, tidak mau kompromi dengan kebohongan dan kejahatan. Betapapun orang menang di pengadilan dengan cara menyuap hakim,nuraninya tetap jujur mengatakan bahwa ia lah yang bersalah. Nurani tetap konsisten dengan kejujuran. Mengapa? Karena seperti yang dikatakan dalam ilmu tasauf nurani adalah cahaya yang ditempatkan Tuhan di dalam hati manusia, nurun yaqdzifuhulloh fi al qalbi. Hanya saja sebagaimana cahaya terkadang buram dan gelap, nurani manusia juga terkadang buram,gelap atau bahkan mati, yakni ketika cahaya itu tertutupi oleh tabir. Jika nurani mati maka orangnya seperti berada di tempat gelap (dzulm) sehingga perilakunya juga seperti perilaku orang dalam kegelapan, salah tempat,salah ambil, salah persepsi, salah naroh dan salah langkah. Dari kata dzulm itu maka orang yang nuraninya tertutup atau mati disebut orang dzalim, yakni orang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Cahaya nurani bisa tertutup oleh dua hal ; keserakahan/ambisi dan perbuatan dosa. Orang yang serakah pasti nuraninya tak berfungsi, sudah jabatannya tertinggi,gajinya paling banyak,jatah orang miskin pun masih disikat juga.. Demikian juga orang yang ambisius, segala macam cara ditempuh untuk menggapai ambisinya, tak peduli benar atau salah, tak peduli merugikan Negara dan bangsa. Orang yang biasa melakukan dosa juga seperti orang berada dalam kegelapan sehingga di rumah sendiripun ia tidak bisa membedakan mana kamar isteri dan mana kamar pembantu. Nurani Politik Jika politik difahami sebagai kekuasaan,maka watak politik adalah korup. Korupsi adalah memanipulasi angka dan fakta untuk kepentingan sendiri. Jika dihubungkan dengan typologi kejiwaan, maka politisi yang lebih dipengaruhi oleh akalnya cenderung rasionil meski terkadang kering, politisi yang lebih dipengaruhi oleh hati maka cenderung hati-hati, politisi yang lebih dipengaruhi oleh syahwat cenderung mudah terdorong ke ambisi, politisi yang lebih dipengaruhi oleh hawa nafsu cenderung destruktip dan jahat,nah orang berpolitik karena panggilan nurani cenderung kepada keinginan memberi dibanding keinginan menerima. Nurani vs Syahwat Politik Syahwat adalah kecenderungan kepada apa-apa yang diingini. Tuhan menghiasi manusia dengan syahwat seksual, kebanggaan kepada anak-anaknya, menyenangi perhiasan dan barang berharga, menyukai kendaraan bagus, ladang dan ternak, pokoknya segala yang dipersepsi sebagai kelebihan,kenyamanan dan kebanggaan. Syahwat politik adalah kecenderungan orang untuk menguasai orang lain, fikirannya , seleranya bahkan kemauannya,sehingga syahwat politik mendorong orang untuk bisa menjadi orang nomor satu; ketua, direktur, lurah bahkan presiden,agar ia dapat menguasai dan mengatur orang lain. Sesungguhnya syahwat itu manusiawi, netral dan tidak mesti jelek. Jika orang menggapai syahwat dengan mengikuti prosedur dan mematuhi hokum (hokum Tuhan,hokum Negara dan hokum etika) serta jujur maka aktualisasi syahwat itu sah dan bahkan bisa bernilai ibadah. Akan tetapi karena politik itu cenderung korup maka syahwat politik pada umumnya mendorong kepada ambisi, sementara ambisi menutup nurani . Oleh karena itu mengusung nurani dalam gerakan atau manuver politik riskan tergelincir kepada manipulasi , tidak jujur dalam menilai, tidak jujur dalam mengkritik, dan lupa introspeksi. Adakah Pemimpin Yang Bernurani ? Sudah barang tentu ada. Ciri pemimpin yang digerakkan oleh nurani politik adalah tampil karena panggilan,bukan karena berhitung. Dalam suasana yang tak berpengharapan, maju kena mundur kena, bangsa berada ditubir kehancuran, pemimpin konvensional sibuk berhitung posisi berebut kamar padahal "kapal" nyaris tenggelam, nahÂ… dalam keadaan seperti itu biasanya muncul seorang pemimpin yang terpanggil nuraninya untuk menyelamatkan keadaan. Ia siap memberikan apapun yang dimiliki tanpa berhitung untung rugi. Fikiran dan hatinya bersih suci dari kepentingan-kepentingan subyektip. Ia tampil bukan karena ingin berkuasa tetapi ingin menyumbangkan potensi dirinya bagi keselamatan bangsa, dan ia bahkan dengan senang hati siap menyerahkan kepemimpinannya itu kepada orang lain yang dinilai lebih tepat. Nurani yang diiklankan pasti bukan nurani. Menurut teori Psikologi Komunikasi, jika benda-benda konsumtip diiklankan berulang-ulang maka ia akan menarik perhatian konsumen, berpengaruh dari aspek kognitip, afektip bahkan psikomotorik meski benda itu sesungguhnya tidak terlalu bermutu. Mengiklankan nurani yang bermutu secara berulang-ulang dalam waktu lama bukan saja hanya berpengaruh secara kognitip, tidak afektip dan tidak psikomotorik, justeru membuat nurani itu terasa hambar di telinga konsumen. Bagaimana Mengasah Nurani Kita ? Nurani adalah kapasitas spiritual yang sangat lembut dan tajam. Barang siapa dalam hidupnya selalu mengikuti bisikan nuraninya, dijamin pilihannya tepat dan langkahnya benar. Problemnya, cahaya nurani tidak selamanya optimal terang, terkadang buram, terkadang bahkan mati. Untuk menjaga agar nurani tetap menyala maka harus dilakukan penjagaan dan perawatan. Penjagaan nurani melalui dua cara; Pertama, jauhi segala perbuatan dosa . Dosa kecil akan menjadi debu yang membuat cahaya nurani kurang terang. Dosa besar mebuat nurani tertutup seperti cermin yang tersiram cat hitam, gelap. Mencamnpur aduk perbuatan baik dengan perbuatan dosa membuat nurani seperti cermin retak, tidak mampu menangkap realitas secara tepat sehingga keliru persepsi. Kedua; Hidup sederhana.. Sederhana adalah mengkonsumsi sesuai dengan standard kebutuhan secara universal. Orang boleh punya banyak tetapi yang dikonsumsi sekedar yang dibutuhkan. Banyakorang kaya hidupnya sederhana, tak jarang orang miskin hidupnya bermewah-mewah. Problemnya ialah bagaimana merumuskan kebutuhan. Ada orang yang sudah merasa tercukupi jika kebutuhan hari ini sudah ada, yang lain baru merasa cukupjika kebutuhan esok hari sudah ada, yang lain baru merasa cukup jika kebutuhan untuk satu tahun mendatang sudah tersedia,nah yang lain lagi batru merasa cukupjika kebutuhan untuk tujuh turunan sudah berada dalam gengaman tangannya. Sedangkan perawatan nurani agar tetap menyala terang dapat dilakukan dengan 1. charge baterai nurani; dalam hal ini dilakukan dengan mendengarkan kata-kata hikmah, membaca kitab suci dan menjalankan ritual ibadah. 2. Berakrab-akrab dengan penderitaan hidup manusia. Orang yang sering mengunjungi dan membantu orang lain yang berada dalam penderitaan (orang sakit, orang miskin papa, korban bencana alam dan orang lain yang tidak beruntung) nuraninya tersentuh seperti bateri yang di charge aliran listerik. Jika sering melakukan maka ketersentuhan itu akan menjadi potensi berupa panggilan nurani untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Wassalam, agussyafii ============================================== Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui [EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com ==============================================