Profesi sebagai ibu rumah tangga adalah profesi yang sungguh mulia. Namun ada 
kalanya dalam menjalankan tugas yang mulia ini seorang ibu rumah tangga 
merasakan adanya satu kejenuhan. Apakah kiranya penyebab kejenuhan itu dan 
bagaimanakah cara untuk mengatasinya?
Seringkali sebagai seorang ibu rumah tangga kita merasa jenuh terhadap tugas 
sehari-hari. Tugas yang harus diselesaikan rasanya banyak sekali : mengurus 
anaklah, suami, rumah, dan lain-lain. Sementara sebagai anggota masyarakat pun 
kita dituntut untuk memberikan peran positif yang tak kurang menyibukkan 
Apalagi jika ada kegiatan di luar rumah yang cukup melelahkan, seperti bekerja, 
studi, kursus bahasa, dan kegiatan lain. Sampai di rumah badan terasa penat, 
inginnya istirahat, sementara sejumlah pekerjaan yang tertunda telah menunggu. 
Semua sama-sama menuntut uluran tangan dan perhatian kita. Kita rasanya telah 
berbuat banyak, mengurus anak, suami, rumah tangga, dan lain-lain, tetapi yang 
didapat seolah-olah hanya letih. Seolah-olah tak seorangpun yang tahu kelelahan 
kita. Pekerjaan masih menumpuk, ada lagi dan ada lagi. Seolah-olah tak kunjung 
selesai, dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi. Karenanya kondisi ini 
sering membuat seorang wanita
 gampang tersinggung, suka cemberut, atau bahkan mudah marah.
Sebab-sebab kejenuhan
Bekerja dengan perasaan lelah dan jenuh sudah tentu mengakibatkan tak ada 
satupun pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan baik. Semuanya serba tanggung, 
capek, sudah pasti rapih pun tidak. Tak jarang hal ini membuat seorang ibu 
rumah tangga terperosok mengumpat pekerjaan yang dianggapnya terlalu banyak.
• Benarkah pekerjaan
 tersebut menjemukan?
• Benarkah upaya selama ini sudah maksimal dan mendapatkan hasil yang tak 
sesuai ?
• Benarkan anak dan suami banyak menuntut?
Hal ini tidak ada salahnya bila kita tela’ah dan kita koreksi kembali. Ibu 
rumah tangga tentu saja bukanlah malaikat. Banyak tugas dalam rumah yang dapat 
menjadikannya merasa jemu. Hanya malaikat yang tidak pernah mengalami degradasi 
semangat (dalam istilah bahasa arab: futur) dalam beribadah kepada Allah. 
Karena itu , jenuh merupakan hal yang wajar, hanya saja perlu diatasi dengan 
jalan yang sebaik-baiknya. Artinya, kejenuhan tidak mesti melahirkan sikap yang 
bertentangan dengan akhlak Islam.
Rasulullah saw. Bersabda : `”Bagi tiap-tiap amal itu ada masa-masa jemunya, dan 
pada tiap-tiap masa jemu itu ada peralihannya. Barang siapa yang peralihannya 
itu kepada sunahku, maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk, dan barang 
siapa yang peralihannya kepada selain sunnahku, maka sesungguhnya ia telah 
tersesat. (HR. Al Bazaar)
Beberapa unsur penyebab utama timbulnya kejenuhan dan kemalasan bagi seorang 
ibu rumah tangga antara lain :
1. Kurangnya motivasi bekerja karena Allah dan lemahnya pemahaman bahwa bekerja 
dalam rumah tangga merupakan ibadah kepada Allah yang bernilai tinggi.
Ketika motivasi kerja dalam rumah tangga bukan lagi mencari pahala disisi 
Allah, ketika itulah kemungkinan timbulnya kejenuhan menjadi besar. Motivasi 
lain yang mungkin timbul adalah, semata-mata mencari penghargaan dari suami, 
atau ingin mendapat pujian dari orang lain. Ketika tujuan-tujuan tersebut tidak 
didapat, maka kekecewaan yang timbul dapat mengakibatkan kejenuhan. Tetapi 
ketika Allah yang menjadi tujuan maka Allah tidak pernah menyia-nyiakan 
hambaNya. Kehidupan rumah tangga bagi seorang muslimah adalah bagian pengabdian 
tertingginya. Menyediakan keperluan suami, mengurus rumah
 tangga, melahirkan dan mendidik anak-anak, kesemuanya merupakan pekerjaan yang 
mulia yang berpahala. Manakala semua ini kurang dipahami, timbullah kejemuan 
dan kemalasan.
2. Bersarangnya penyakit hati Jenuh sering disebabkan adanya penyakit hati pada 
seseorang. 
Sering atau cepat merasa kesal kepada anak, teman, tetangga dan orang-orang di 
sekitar merupakan fenomena penyakit hati yang wajib segera diobati. Penyakit 
hati yang menonjol misalnya iri atau dengki serta cinta dunia seperti ingin 
hidup enak, mudah mendapatkan fasilitas dan merasa tidak senang melihat 
kemudahan yang dimiliki oleh orang lain.
3. Komunikasi antara suami dan istri yang kurang lancar Salah satu faktor 
penunjang terjalinnya hubungan antara suami dan istri yang harmonis adalah 
komunikasi yang lancar.
Hal ini dapat terwujud ketika keterbukaan dan kelapangan dada dimiliki oleh 
masing-masing pribadi. Ganjalan-ganjalan dihati, ketidakpuasan atas sikap suami 
yang tidak tersampaikan akan menumpuk menjadi kekesalan dan perseteruan yang 
tidak berkesudahan. Karena itu pekerjaan rumah tangga akan dirasakan berat.
4. Keletihan setelah melakukan kegiatan di luar rumah 
Para ibu rumah tangga yang mempunyai kegiatan lain di luar rumah, kegiatannya 
diluar tentunya sangat berpengaruh bagi rumahtangganya. Bertambahnya pekerjaan 
ekstra diluar, bukan berarti berkurangnya pekerjaan di dalam rumah. Tidak dapat 
dipungkiri kodrat wanita kurang dapat menerima kondisi ini, sehingga mudah ia 
merasa kesal dan jenuh dengan semakin banyaknya pekerjaan.
Mengatasi kejenuhan 
Memahami sebab-sebab kejenuhan sudah merupakan setengah upaya mengatasinya. 
Dari sebab-sebab yangdiuraikan diatas tampaklah bahwa seorang muslimah insya 
Allah dapat mengatasi kejenuhan dalam rumahtangga dengan kiat-kiat berikut :
1. Niatkan pekerjaan rumahtangga karena Allah semata 
Pekerjaan yang dilakukan karena Allah tidak akan pernah menjemukan. Kita 
meyakini bahwa Allah-lah yang akan membalas perbuatan kita, bukan suami, 
anak-anak atau anggota keluarga yang lain. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya 
amal itu sesuai dengan niat dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai 
dengan niatnya” (HR. Muslim)
2. Buanglah penyakit hati 
Penyakit hati dapat ditangkal dengan memperkuat benteng keimanan dan ketaqwaan 
dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dengan memperbanyak sholat sunah, 
memperbanyak membaca Al Quran, dan mengingat kehidupan di dalam kubur dan di 
akhirat nanti. Sadarilah bahwa semua yang dimiliki ada batas dan 
pertanggungjawabannya, dan kekayaan jiwa adalah
 lebih utama. Rasulullah saw. sendiri mengatakan,”Yang dinamakan kekayaan 
bukanlah banyaknya harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan 
jiwa (hati).”(HR. Abu Ya’la)
3. Rajinlah bekerja, tetapi berhematlah dalam mengeluarkan tenaga 
Pekerjaan rumahtanga, kendati merupakan kewajiban, haruslah dilakukan sesuai 
dengan kemampuan. Rasulullah saw. bersabda,”Bekerjalah kamu sesuai dengan 
kemampuanmu, karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri 
yang merasa jenuh. Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah ialah yang 
rutin meskipun hanya sedikit.”(HR. Bukhari Muslim) Setiap pekerjaan hendaknya 
dilakukan sesuai dengan kodrat manusia (yang butuh istirahat). Jangan memforsir 
diri, melainkan sempatkanlah beristirahat sesuai dengan kebutuhan.
 Istirahat hendaknya dilakukan sesuai dengan sunah Rasulullah, seperti dengan 
membaca Al Qur’an, menghadiri pengajian, silaturahim kepada keluarga dan teman, 
membaca buku yang bermanfaat, tafakur alam dll.
4. Tumbuhkan dan tingkatkan kesadaran pada seluruh keluarga bahwa pekerjaan 
rumahtangga merupakan ibadah
Rumahtangga muslim merupakan miniatur masyarakat Islam yang didalamnya terdapat 
koordinasi kerja yang baik. Pekerjaan rumah tangga yang cukup banyak dapat 
dikerjakan bersama oleh seluruh anggota keluarga. Cara yang terbaik untuk 
melibatkan mereka adalah dengan memberi pengertian dengan hikmah. Dengan 
dukungan anggota keluarga yang lain kita akan bekerja dengan penuh kegembiraan.
5. Belajar dari pengalaman ibu-ibu yang lain 
Berteori saja tentu belum cukup. Seorang muslimah tentu tidak sama dengan 
seorang ibu muda yang tidak sama pula dengan seorang ibu yang telah mempunyai 
sejumlah putra dan putri. Menimba pelajaran dan pengalaman dari ibu-ibu yang 
sudah lebih berpengalaman merupakan satu tuntutan yang tidak dapat dihindarkan. 
Dengan mengefektifkan waktu silaturahmi, kita akan dapat belajar.
Misalnya kita melihat seorang ibu dengan beberapa anak mampu membereskan rumah, 
anak-anaknya dan keperluan suaminya tidak lebih dari jam 10 pagi. (Sarapan, 
membereskan rumah, memandikan anak, masak…). Sehingga kita patut bertanya pada 
diri sendiri, “Masya Allah, dia saja bisa, kenapa saya tidak ?”. Apabila kita 
bertemu dengan keluarga yang belum dapat mengatasi problem rumahtangganya, maka 
ambillah yang positifnya saja. Lupakan yang negatif.
Demikianlah, biasanya banyak perubahan besar yang terjadi setelah melihat 
bagaimana orang lain berbuat. Kita ingat akan tuntunan ilmu yang selama ini 
didapat, baik dari buku maupun ceramah-ceramah. Dan yang tak kalah pentingnya, 
lahirnya semangat baru untuk berbuat lebih banyak dan lebih baik.

sumber 
:http://sambilminumteh.blogspot.com/2012/01/mengatasi-rasa-jenuh-menjadi-ibu-rumah.html
 

Salam,
Yuli

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to