Mengenai Qiblat
Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani ar-Rabbani qs 
Dari Buku Sufi Science of Self Realization
www.mevlanasufi.blogspot.com


Bismillah hirRohman nirRohim
   
Orang-orang pergi ke Timur, Barat, Utara dan Selatan,
tetapi ke mana pun mereka pergi, fokus mereka tetap
satu, yaitu qiblat.  Allah berfirman bahwa ketika
kalian ingin melakukan salat, arahkan muka kalian
menuju Rumah Allah yang suci, yaitu Kabah.
   
Sungguh Kami melihatmu (Wahai Muhammad saw)
memalingkan mukamu mencari petunjuk ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke qiblat yang kamu
sukai.  Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram
[Kabah].  Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang
diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan. [2:144]
   
Di mana pun kalian berada, arahkan muka kalian ke arah
masjid yang di dalamnya terdapat Kabah di Mekkah. 
Karena adanya Kabah, tempat di sekitarnya menjadi
suci.  Tempat itu dinamakan haram, artinya terlarang. 
Itu adalah tempat di mana dosa-dosa tidak
diperkenankan. Itu adalah tempat yang suci, bahkan
niat buruk pun akan ditulis sebagai amal buruk kalian.
 Ia disebut masjid, tetapi Allah membuatnya lebih dari
itu.  Pada kenyataannya, tempat itu adalah tempat di
mana dosa-dosa tidak dapat diterima.  Itulah sebabnya
nama masjid itu dalam bahasa Arab disebut Masjidil
Haram, artinya “Masjid Terlarang” (juga diterjemahkan
sebagai “Masjid yang Suci”).
   
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. [17:1]
   
Di mana pun tempat ini disebutkan, ia selalu Masjid
al-Haram.  Nama Masjid al-Haram berarti bahwa
seseorang tidak diperkenankan melakukan perbuatan
berdasarkan hasrat buruknya—bahkan tak seorang pun
diperkenankan mempunyai niat buruk di sana.  Hanya
keinginan yang baik dan pikiran yang baik yang
diperbolehkan masuk, bukannya karakteristik binatang. 


Binatang bertindak tanpa batas pada perilaku mereka. 
Jadi “Masjid al-Haram” berarti masjid di mana perilaku
rendah tidak diterima.  Simbol terbaik untuk kelalaian
adalah keledai.  Bila orang mempunyai karakter seperti
ini, kita katakan bahwa mereka menampilkan perilaku
keledai.  Kini, orang-orang membawa karakteristik ini.
Kelalaian mereka membawa mereka ke perilaku buas, dan
mereka melakukan segala macam perbuatan yang tidak
dapat diterima.  
   
Setiap orang mempunyai tujuan dan harapan untuk
mencapai tempat suci, dan bagi Muslim, tempat itu
adalah Masjid al-Haram. Yang menjadi fokus bagi Muslim
adalah untuk meraih level karakter yang sempurna,
belajar darinya, dan mendapat pencerahan darinya. 
Allah mengetahui isi hati kita.  Menurut ketulusan dan
pencapaian kalian, Allah menghubungkan kalian dengan
tujuan kalian.
   
Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, Kami akan
tunjukkan mereka pada jalan-jalan Kami, jalan-jalan
yang sesuai bagi mereka. [29:69]
   
Ada level-level pencapaian. Kita harus maju
meninggalkan kelalaian kita, belajar dan mendidik diri
kita dengan menjaga hubungan dengan seorang yang telah
mendapat pencerahan.  
   
Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (dalam kata dan perbuatan)".
[9:119]. Hati yang mengkilap dari orang yang tulus dan
jujur (shiddiq) adalah bak penampung cahaya surgawi
dan berkah Ilahi agar termanifestasi. Orang seperti
itu bagi kita adalah bagaikan matahari. 

Ketika matahari bersinar, seluruh dunia bersinar dari
sumber energi itu yang membuat segalanya menjadi
terlihat.  Sebelumnya gelap, kemudian terang.  Menurut
kepribadian kalian dan sesuai dengan berapa banyak
kalian membebaskan diri kalian dari perilaku “keledai”
kepada level-level yang lebih tinggi yang telah
diberikan oleh Allah.    
   
Fokus setiap orang seharusnya adalah tempat yang suci.
 Kita mulai membayangkan bahwa kita tahu sesuatu. 
Jika kita tahu sesuatu, kita harus berbuat berdasarkan
pengetahuan itu dan mengikutinya sesuai dengan
pemahaman kita. 

Wa min Allah at Tawfiq
Wassalam, arief hamdani
HP. 0816 830 748, 0888 133 5003

Note : dapatkan Ceramah Mawlana Syaikh Hisham Kabbani
dalam bentuk DVD, VCD, CD dan buku-buku Best Seller di
www.mevlanasufi.blogspot.com  


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke