Merajut Kepingan Yang Tercecer

Siang itu cukup cerah, sepeda motor masih terparkir di depan toko buku 
sementara saya berjalan di pinggiran ruko mencari makanan kecil. Seorang anak 
kecil, pengemis yang biasa berkeliaran di sekitar toko buku, menemukan selembar 
uang lima ribu tergeletak dijalan, tukang gorengan  yang berada tepat disamping 
saya berkomentar " wah enak juga baru beroperasi udah dapat rezeki". Memang 
setiap penilaian tergantung prasangka orang yang menilainya, padahal akan 
selalu ada rangkaian kejadian yang saling bertaut. Tidak lama anak tersebut 
menggenggam uang tersebut sang kakak berusaha merebut " sini saya yang pegang, 
kemaren kamu gak dapat uang dan saya yang bayarin" teriaknya. Tapi siadik 
berusaha menolak dan hasilnya kepalanya di ketok sang kakak sambil merebut uang 
yang ada ditangannya. " Yah bukannya dapat untung malah di pentung" teriak 
tukang gorengan seperti merevisi ocehan sebelumnya.


Itulah sifat kita, selalu melihat sekeping demi sekeping kejadian disekitar 
kita, saya sendiri terpaku ditempat seperti orang bodoh yang sedang menonton 
drama pertunjukan. Seorang pria tua menenteng tas plastik berisi buku yang baru 
dibeli menarik tangan anak kecil tadi untuk diajak makan bakso, mungkin orang 
tua itu juga menyaksikan kejadian tadi, bedanya, dia bermain dalam rajutan 
cerita. " Wah masih untung seribu dong , kan harga bakso enam ribu rupiah 
permangkok" kembali tukang gorengan disamping saya nyeletuk, kali ini saya 
sudah mulai tidak suka mendengarnya dan berusaha menjauh.

Sewaktu hendak mengambil motor di tempat parkir seorang wanita berteriak karena 
kecopetan. Peristiwa tersebut berlangsung sangat cepat. Si pencopet terjatuh 
bertabrakan dengan seorang anak yang merupakan pengemis dan biasa mangkal di 
daerah itu. Sianak jatuh dan kepalanya berdarah sedangkan tas yang dijambret 
ikut terpental, sipencopet melarikan diri tanpa menghiraukan hasil jambretannya 
karena takut diamuk massa. Ternyata rajutan cerita yang saya kira telah rampung 
masih bertaut dan mungkin akan terus seperti itu, seperti jaring laba-laba yang 
kian lama kian membesar dan memperlihatkan kekokohan sang pencipta dengan 
segala kreasi ciptaanya. Anak yang terjatuh karena ditabrak sang pencopet 
ternyata adalah kakak yang memukul kepala adiknya dan merampas temuan adiknya 
tadi, sedangkan ibu yang dijambret adalah istri dari bapak yang mentraktir anak 
pengimis tadi makan bakso. 

Akan ada  balasan terhadap setiap apa yang telah atau akan kita lakukan. Tugas 
kita hanya menjadi pemain yang baik dalam panggung sandiwara kehidupan, memberi 
dengan pemberian yang baik, menerima dengan cara yang baik. Jangan mudah 
terpengaruh dengan sekeping kejadian yang ada didepan kita atau yang terjadi 
pada diri kita karena kepingan-kepingan lain akan segera merangkai membentuk 
suatu simpul. simpul yang akan menjadi bukti bahwa Allah selalu bersama kita, 
bahkan pada saat kita merasa jauh dariNya sekalipun.

Salam


David
www.sebuahtitik.blogspot.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke