Assalamualaykum wr wb

Sahabat Daarut Tauhiid, ini cerita dari salah seorang sahabat muallaf yang saya 
simpan difile saya, yang mestinya saya terbitkan di awal Ramadhan, namun karena 
kesibukan saya,  baru ini saya kirimkan ke milis DT. Moga bermafaat.

Wassalam

Al Shahida
-------------





My First Ramadhan

Pertama kali aku melakukan puasa
dibulan Ramadhan adalah dua tahun lalu. – kulakukan 6 bulan sebelum aku  
memeluk agama Islam. Aku sedang studi di sebuah
universiatas di London, tepatnya pada semester terakhir . Tentu saja aku tidak 
bilang
pada teman-teman  karena aku  khawatir mereka aku mengecap  aku gila. Ini 
betul-betul sesuatu yang sangat
pribadi dan pengalaman yang sangat khusus untuk pribadiku yang telah memberiku
sebuah kekuatan, ketenangan dan kedamaian dalam hidupku.

Puasa yang kedua betul-betul  berbeda,  kali ini betul betul sangat fenomenal 
dan  mengagumkan. Ramadhan tahun  ini aku menjadi bagian dari sebuah komunitas
Muslim lokal, aku  membantu dan bekerja
sama dengan Muslim lainnya yang datang dari berbagai latar  belakang dan 
negara. Walaupun  Ramadhan kali ini membuatku sedikit kacau dan
melelahkan tapi dibalik itu  aku betul-betul
 menikmati karena aku dikelilingi oleh
orang-orang yang juga memiliki pengalaman yang sama seperti aku.

Pada minggu pertama bulan Ramadhan aku
tinggal bersama teman Muslim  yang betul-betul
sangat  religius,  namanya Zahida.Yaa…bangun ditengah malam untuk
makan sahur bersama…sungguh luar biasa indahnya. Hari-hari kami  menikmati  
lagu-lagu nasheed bersama dan mendengarkan Radio
Ramadhan, diskusi tentang agama,  lalu
disiang hari kami masak bersama menyediakan berbagai macam makanan untuk
berbuka puasa.

 

Subuh yang penuh daya magis.                                                    
                                     
Ada sesuatu yang sangat
magis dibulan Ramadhan ini.. saat kita bisa menyaksikan semburat jingga  
horizon muncul menjelang subuh,  suasananya
begitu  hening, tenang, dan damai ..lalu rasa
damai itupun  menyelusup  ke rongga dadaku hingga membuat diri ini begitu
tranquil  dan rasa damai menyelimut
relung hatiku. Sungguh selama bulan Ramadhan ini kurasakan ada magis yang begitu
kuat dan sepertinya keimanan kita menjadi lebih kuat dibanding hari hari biasa.
Untukku … menjauhkan diri dari minum dan makan teramat kecil harganya, tak ada
artinya  dibanding dengan rakhmat dan
barokahnya bulan ini.


Ada lagi nilai tambah yang kudapat
bahwa selama bulan Ramadhan pertama (yag resmi) aku sangat menyukai sikap kerja
sama dan  rasa ukhuwah  antar komunitas Muslim. Aku selalu  diundang untuk 
berbuka puasa  oleh keluarga yang berbeda-beda  dan dirumah yang berbeda pula 
disetiap akhir pekan.
Rasa ukhuwah dan kepedulian yang begitu melimpah membuat aku dan kita begitu 
sangat,
sangat  bahagianya, cuma  repotnya  aku  terpaksa harus makan lebih di bulan 
Ramadhan
ini dibanding hari hari biasa.

 

Kopi Conundum. Problem yang aku  miliki selama bulan Ramadhan  adalah kopi 
conundum yang harus kuminum setiap
saat sahur. Jika aku minum kopi  pada
waktu sahur maka aku tidak akan bisa tidur usai sholat subuh – tapi bila aku
tidak meminumnya  maka aku  akan menderita ‘ caffeine sindrom’ hingga
saatnya berbuka. Ini adalah suatu contoh bagaimana puasa melawan kelemahan dan
nafsu kita dan berupaya  untuk
mengatasinya.  Hal ini telah membuat kita
bersyukur betapa beruntungnya kita bisa makan dan minum cukup banyak disaat
sahur untuk puasa kita di esok hari.

 

Hari
Raya Eid            
Hari
Raya Eidulfitri jatuh tepat dimusim dingin yang indah dimana matahari bersinar 
dengan
teriknya dan langit begitu biru dan bening. Aku masuk ke palataran masjid 
‘Central
Mosque’ London dengan senyum yang lebar diwajahku sambil ku-ucapkan  ‘Selamat 
Hari Raya’ (Eid Mubarak’)  kepada setiap orang yan kulewati baik yang  kukenal 
atau pun tidak. Hiruk pikuk mobil
dijalanan  begitu riuhnya dan nampak sedikit
kacau dan kerepotan mencari tempat parkir.


Usai sholat Eid ..siang itu aku diundang
oleh temanku Fozia kerumahnya untuk merayakan hari Eidul Fitri yang aku fikir  
kacau dan teramat ramai.  Kacau  karena begitu besarnya keluarga Fozia. Aku
tidak terbiasa berkumpul disuatu rumah dengan keluarga semassive itu. Semua 
datang
dihari itu  bersama semua anak-anaknya
serta sanak famili. Aku  berupaya keras
untuk menyesuaikan diri dengan mereka dan aku berharap tidak mengganggu acara
kekeluargaan mereka.  



Alhamdulllah  aku betul-betul beruntung bisa menikmati hari
Raya bersama dengan keluarga Muslim hari itu. Karena aku berkulit putih dan
muallaf (revert) ah..aku malah mendapat perhatian banyak dari mereka.
Kehangatan dan pengakuan mereka layaknya seperti anggota keluarga mereka yang 
begitu
ikhlas, sangat kurasakan… membuat aku begitu terharu.  Sungguh sangat 
kontradiksi  dibanding  tahun-tahun  sebelumnya dimana aku tidak memiliki 
kenalan
atau teman satupun..dan aku tersenyum sendiri saat aku mengenang Hari Raya Eid 
pertama,
aku cuma merayakan sendirian, aku tak tahu hendak berbuat apa dan mau kemana,
lalu  memutuskan untuk  beli Pizza dan dibawa pulang…ya kumakan
sendiri.


Aku betul- betul menanti bulan Ramdhan
ini..dari pengalaman masa lalu kini  aku  bisa mengira ngira dan berharap apa 
yang bakalan
terjadi  dan tentunya aku berharap bisa
lebih memperdalam pemahamanku tentang Islam
dan meningkatkan  keimananku dibulan
Ramadhan ini yang aku anggap sangat  spesial
dan lebih baik dibanding Ramadhan tahun tahun yang lalu , insya Allah

 

Rebecca Johnson






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke