Sebelum kumengerti ilmunya.

  Sebelum kumengerti ilmunya, aku selalu berharap menjemput jodoh yang sekufu, 
setara atau sebanding. Ternyata aku terjebak dalam pengertian sekufu yang salah 
sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk menjemput jodohku.

  Sebelum kumengerti ilmunya, sekufu soal latar belakang sosial, menurut aku 
paling tidak calon pendamping hidupku harus sama denganku.

  Sebelum kumengerti ilmunya, sekufu soal pendidikan, menurut aku berarti 
setingkat. Agar jika diajak bicara, calon istriku dapat mengimbangi apa yang 
kusampaikan.

  Ternyata pengertianku soal sekufu salah besar. Karena aku lebih 
menitikberatkan kepada sekufu duniawi. Padahal yang lebih penting adalah sekufu 
akhirat. Artinya, sekufu dalam ketaatan kepada Allah semata.

  Setelah kumengerti ilmunya, latar belakang sosial tidak menjadi masalah 
buatku ketika menjemput jodoh. Dulu, istriku sering naik turun gunung. 
Sedangkan aku, sering naik turun panggung. Istriku seorang pendekar silat, 
sedangkan aku seorang penari dan koreografer. Tapi justru dengan perbedaan ini, 
kami merasa unik dan bersyukur kepada Allah.

  Setelah kumengerti ilmunya, latar belakang pendidikan tidak menjadi masalah 
ketika berproses ta’aruf dengan wanita yang berbeda pendidikannya dengan 
diriku. Aku lulusan ilmu sosial sedangkan istriku lulusan ilmu pasti. Tapi 
dengan perbedaan latar belakang pendidikan, kami justru saling mengisi keilmuan 
masing-masing. Kami sangat bersyukur kepada Sang Maha Berilmu yang telah 
mengkaruniai kami ilmu yang bermanfaat.

  Tapi menurut sahabat-sahabat, sekufukah kami?

  Aku dan istriku merasa sekufu, justru karena banyaknya perbedaan diantara 
kami. Kami berprinsip, kelebihan pasangan sebagai ladang ilmu, kekurangan 
pasangan sebagai ladang amal. Alhamdulillah, setelah menikah, kami menemukan 
makna sekufu yang sebenarnya, yaitu sekufu dalam agama. Ini yang terpenting.

  Rico Atmaka – 08158018156
  Koordinator Majelis Sehati
  Daarut Tauhiid Jakarta

Kirim email ke