Sepak Bola dan Nilai Rahmatan Lil 'Alamiin href="http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=255728&kat_id=49">
KH A Hasyim Muzadi Sejatinya, apa yang terjadi dan akan terjadi di bentangan dunia makro dan mikro kita ini, tak pernah lepas dari intervensi serta cetak biru yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Keteraturan tata surya kita dengan segala pergerakannya hingga kehidupan bima sakti, andromeda sampai yang paling "perkasa" seperti supercluster, juga menjadi bukti betapa Allah SWT tak pernah meninggalkan kita, dan semua ciptaan-Nya. Satu hal yang pasti adalah bahwa ada misi khusus yang melekat pada perjalanan hidup ini; yakni risalah rahmatan lil 'alamiin. Kehidupan ini bisa bertahan, juga karena misi suci tersebut. Bahkan penciptaan sari pati kehidupan ini, Baginda Muhammad Rasulullah SAW, juga karena misi luhur itu. Allah menciptakan semuanya, karena kasih dan sayang-Nya, karena sifat Rahman dan Rahim-Nya semata. Lalu pada bagian manakah dari kehidupan ini, kita bisa membawakan risalah rahmatan lil 'alamiin? Semua persoalan yang kita hadapi harus menggunakan pendekatan rahmatan lil 'alamiin ini. Satu contoh kecil yang sekarang tengah mengharubiru miliaran umat manusia di bumi ini adalah penyelenggaraan Piala Dunia. Sepak bola telah dengan sukses menyedot perhatian, menguras energi, menyita tenaga dan waktu serta yang pasti meniscayakan keterlibatan penggemarnya secara emosional bahkan spiritual. Semua ini adalah bentuk dan ragam kasih sayang. Makanya, tidak aneh jika kiper nomor satu Portugal, Ricardo, secara emosional menyatakan, Tuhan berasal dari Portugal karena di bawah asuhan pelatih Felippe Scolari, mereka bisa melaju hingga ke semifinal dengan memulangkan kesebelasan Inggris lebih cepat meski mereka akhirnya disingkirkan oleh kesebelasan Prancis. Kubu Portugal merasa, kasih sayang Tuhan terlibat dalam sukses tersebut. Tetapi sungguh tak bisa dibayangkan kalau penyelenggaraan even akbar ini, disajikan tanpa misi rahmatan lil 'alamiina. Akan kita temukan pergelaran kontak fisik yang cuma menyedot emosi bahkan "perang" fisik yang sengaja dipertontonkan kepada segenap dunia. Maka, begitu kontak fisik menyebabkan permainan keluar dari misinya sebagai penghiburan yang rahmatan lil 'alamiin, maka semua orang bisa dipastikan akan berteriak mempertanyakan misi kemanusiaan sepak bola. Ingin bukti soal ajaran rahmatan lil 'alamiin ini pada sepak bola, kita bisa lihat pada bentangan spanduk besar bertuliskan "Let's Kick Racism" --mari kita tendang jauh-jauh sikap rasisme! Bukankah ini salah satu nilai dari rahmatan lil 'alamiina? Bukan dalam kasih sayang, tak ada lagi perbedaan yang menyebabkan seseorang tidak mendapatkan hak kasih sayangnya? Mereka yang tidak sepakat dengan penghapusan secara tuntas sikap rasialis ini, tentu bukan anggota komunitas sepak bola. Maka ia bisa tertendang dari keluar komunitasnya. Dalam pandangan Allah SWT, semua yang kita lakukan, harus pula tidak meninggalkan landasan awalnya, yakni mengasihi dan menyayangi. Bahkan Islam, agama yang kita yakini kebenarannya ini, juga lahir karena kasih sayang Allah. Syahdan, dalam sebuah testimoni tertulis, Gusti Allah SWT menegaskan seputar motivasi penciptaan Baginda Rasul Muhammad SAW. Dari deretan wahyu dalam bentuk huruf-huruf magis tersebut, Allah SWT secara terang-terangan mengatakan, penciptaan Muhammad murni untuk menebarkan rasa sayang dan kasih kepada semesta alam. Untuk meyakini kebenaran tersebut, testimoni ini bisa dirujuk ke dalam Kitab Suci Alquran. "Wa Maa Arsalnaaka Illaa Rahmatan Lil 'Aalamiina" [Dan tidak Aku utus engkau kecuali sebagai rahmah --penyemai kasih dan sayang-- kepada semesta alam]. Untaian Firman Agung ini menjelaskan rahasia di balik kemunculan Nabi Muhammad SAW di atas muka bumi. Hanya satu pesan ilahiyah yang beliau bawa; menyemaikan benih-benih kasih sayang serta menyambung rantai kasih sayang yang terputus. Kata rahmatan berasal dari akar kata rahima-yarhamu-rahmatan, yang antara lain berarti mengasihi atau menyayangi. Betapa mulianya sifat tersebut, sampai-sampai Allah berkenan menamakan Diri-Nya dengan Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim. Meski Rahmatan juga bisa berarti rasa kasih dan sayang, tetapi kita terbiasa tidak memberikan padanan katanya dalam bahasa Indonesia, sehingga kita hanya memberika makna ''rahmat''. Karena tidak terbiasa menggunakan makna asalnya, maka kata rahmat seakan hanya bermakna secara materi seperti karunia, nikmat atau anugerah. Padahal kalau kita sendiri mau mengubah mindset atas pemaknaan kata ini, maka pola dasar pemikiran kita tentang misi kenabian ini juga akan semakin luas. Artinya, jika Baginda Rasul diutus sebagai penyemai benih-benih kasih dan sayang kepada semesta alam, maka umat Islam sebagai penerus risalah beliau, juga menanggung misi risalah kanabian. Siapa pun Muslim itu. Persepsi semesta alam, juga melingkupi seluruh isi alam. Isinya ada manusia, ada binatang, ada tetumbuhan dan lain-lain. Kepada segenap unsur kehidupan ini, sebagai umat Muhammad, kita harus bisa saling menyayangi dan mengasihi karena itu adalah bentuk risalah kanabian. Dalam konteks ini, sangat mudah bagi kita mencari titik-titik penghubung antara misi kenabian dengan prinsip keimanan kita kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, kalau karena satu dan lain hal lantas kita tidak saling mengasihi bahkan saling menyerang, maka kita perlu bertanya pada diri sendiri, sudah benarkan mindset keberagamaan kita. Kalau karena perbedaan pendapat, berlainan keyakinan, dan bertentangan budaya, serta beda etnis kemudian menyebabkan munculnya kekerasan, maka perlu pula kita bertanya apa benar kita sudah menjadi rahmatan lil 'aalamiina? Bahkan, kalau hanya sekadar untuk menyebutkan beberapa hadits yang menguatkan soal ini, tentu tidak sulit bagi kita. Misalnya, "Man Kaana Yu'minu Billaahi Wal Yaumil Aakhir Fal Yukrim Dloifahuu : Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka ia harus menghormati tamunya'', atau Laa Yu'minu 'Abdun Hattaa Yuhibba Li Akhiihi Maa Yuhibba Linafsihii : Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka ia harus mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri'' atau ''Man Kaana Yu'minu Billaahi Wal Yaumil Aakhir Fal Yukrim Jaarohuu: Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka ia harus menghormati tetangganya.'' Itu baru tiga hadits dan kalau kita mau, masih teramat banyak hadits lain seputar konstruksi keimanan yang berkaitan dengan misi kenabian. Makna ketiga hadits ini, gampang dicerna. Kalau kita tidak sayang tamu siapa pun dia tentulah kita bukan orang yang beriman. Kalau kita tidak sayang tetangga kita apa pun agama serta fahamnya tentu keimanan kita perlu dipertanyakan. Juga kalau kita tidak sayang sesama manusia, maka keimanan kita kepada Allah sangat perlu untuk disoal. Hadits-hadits ini menuntun kita untuk menjadi duta-duta rahmatan lil 'aalamiina, duta bagi semua. Penjelasan dalam Alquran, tentu lebih banyak lagi. Traktat paling monumental dalam dunia Islam, Piagam Madinah misalnya, memberikan peluang kepada kita agar selalu saling menghormati. Piagam ini tidak diawali dengan penyebutan Basmalah atau dinukilkan sebuah hadits atau ayat Alquran. Dalam Piagam Madinah ini, bahkan Baginda Rasulullah sudah jauh-jauh hari menjelaskan soal penghargaan terhadap properti, hak atas kehormatan diri, penghormatan terhadap HAM bahkan juga hak atas kebebasan memilih agama. Nah! Kalau Baginda Rasul saja sudah mengingatkan kita akan hal-hal penting bagi kelangsungan hidup seperti itu, lantas kenapa kita bertindak seperti seorang pejuang yang melebihi kepahlawanan beliau, figur yang dikenal memiliki empati yang teramat tinggi. Untuk itu, mari kita tegakkan Islam atas dasar-dasar misi risalah kenabian Baginda Rasul. Kalau sepak bola saja bisa, kenapa untuk urusan yang jauh lebih penting, kita tidak bisa? Wallaahu A'lamu Bishshowaab. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/vbOolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> =================================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar =================================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/