Taliban: Perang Afghanistan Di Balik Krisis Ekonomi AS dan Kerusuhan di Inggris
Taliban menyalahkan krisis ekonomi AS dan kerusuhan London pekan lalu  terkait 
perang di Afghanistan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan  di situsnya, 
Senin kemarin (15/8).
Pejuang Taliban mengklaim kedua situasi ini terkait dengan krisis AS  dan 
Inggris di mana kedua negara itu telah menghabiskan ratusan miliar  dolar 
selama 
perang sepuluh tahun di Afghanistan sembari menyerukan  pasukan asing untuk 
menarik diri dari Afghanistan.
"Dengan tidak diragukan lagi, alasan besar dan yang mendasar dari  krisis 
keuangan, ekonomi dan kerusuhan yang melanda Amerika Serikat  serta Inggris 
hadapi sekarang adalah karena kebijakan ofensif dan  imperialistik dari 
negara-negara ini," kata sebuah pernyataan yang  diterbitkan di situs Taliban.
"Mereka melanjutkan perang berdasarkan dan dibenarkan oleh beban  pajak rakyat 
mereka sendiri dan mereka telah merubah wajah mereka dari  masalah-masalah 
rakyat mereka."
Pernyataan itu mengulangi seruan Taliban untuk semua pasukan asing  
meninggalkan 
Afghanistan dan memperingatkan bahwa jika mereka tidak  mematuhi seruan ini, 
masalah keuangan AS akan "mendorong AS ke lembah  kehancuran seperti Uni 
Soviet."
Soviet mundur dari Afghanistan pada tahun 1989, sepuluh tahun setelah  invasi, 
dalam sebuah langkah yang sering dikaitkan oleh para sejarawan  dengan 
runtuhnya 
Uni Soviet pada tahun 1991.
Sebelumnya pada bulan Agustus, AS telah menurunkan kredit Standard  & Poor dari 
AAA menjadi AA + untuk pertama kalinya di tengah  kenaikan utang.
Di Inggris, empat malam kerusuhan melanda jalan-jalan London dan kota-kota lain 
pekan lalu.
Amerika Serikat dan Inggris adalah dua negara terbesar yang pasukan  
berkontribusinya terhadap perang Afghanistan, dengan masing-masing  negara 
menempatkan sekitar 100.000 dan 9.500 tentara.(fq/afp)

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke