Tidak Nyambung

Kembali fikiran terbang kemasa delapan belas tahun yang lalu, masa-masa 
sekolah. Kata orang masa itu adalah masa yang paling indah, mungkin ada 
benarnya juga karena disana ada persahabatan, cerita cinta dan lainnya yang 
susah untuk dilupakan. Goresan tinta takdir memang membuatku terdampar di suatu 
sekolah yang tidak ada dalam rekayasa cita-citaku yang melulu berhubungan 
dengan lukis melukis atau desain yang aneh-aneh lewat grafis komputer ( padahal 
waktu itu komputer grafis belum banyak beredar dimasyarakat umum selain 
aplikasi wordstar, lotus123, dan DBaseIII).

Walaupun kelas berpenghuni hampir empat puluh orang tetapi kaum adam yang hidup 
bergerombol sebagai kaum minoritas dikelasku hanya berjumlah tujuh kepala 
sewaktu kelas satu, menjadi enam kepala sewaktu kelas dua dan berakhir di lima 
kepala sewaktu kelas tiga, benar-benar termarginalkan. Proses menghilangnya 
temanku satu persatu  bukan karena tidak naik kelas tetapi karena menggelapkan 
uang sekolah dan memalsukan tandatangan dan stempel bagian administrasi. Sebuah 
kejahatan terencana, cikal bakal korupsi yang waktu itu belum negtop seperti 
sekarang.

Sebagai kaum minoritas, kebersamaan memang sangatlah penting terutama karena 
empat diantara kelima orang tersebut adalah 'fresh urban' atau anak perantauan 
yang hidup tanpa orang tua ditanah pengharapan dan yang satu lagi walupun 
sama-sama urban tapi sudah dia sudah tidak fresh lagi dan orang tuanya komplit 
menemaninya setiap hari , orang yang satu itu ya aku ini.

Seminggu sebelum ujian, kami memutuskan untuk jalan-jalan keancol dengan dana 
yang minim, maklum semua anak pekerja yang meliburkan diri sebelum pertempuran 
dimulai. Sesampai di ancol semua terlihat letih dan berusaha mencari tempat 
beristirahat dan ketemu. Sepuluh menit kemudian datang seorang petugas menegur 
kami " Mas apa tidak melihat tanda larangan di papan ini " kata petugas tadi , 
dengan mata agak melotot " Loh emang bapak tidak bisa baca pake nanya kami 
segala " kata Sugianto merasa tidak bersalah " Loh kok jadi galakan kamu, udh 
jelas salah,  lihat dan baca DILARANG MENGINJAK RUMPUT" seru pak petugas mulai 
naik darah. " Itu bapak bisa baca, kan bapak tahu kami tidak sedang menginjak 
rumput tapi kami sedang tidur diatas rumput"  kata Sugianto sambil cengengesan.


Posting  18/02/09 di  www.sebuahtitik.blogspot.com dengan judul Cerita Lama

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke