Tiga Kunci Hidup yang Bahagia
   
  Apakah rahasia hidup yang bahagia itu? Banyak orang yang mengidentikkan 
kebahagiaan dengan segala sesuatu yang berada di luar kita, seperti harta benda 
yang kita miliki. Apakah Anda akan berbahagia jika mempunyai rumah yang indah, 
mobil mewah, penghasilan yang berlimpah, dan pasangan hidup dan anak-anak yang 
tampan dan cantik? Mungkin Anda akan mengatakan ''ya.'' Tapi, percayalah itu 
tidak akan berlangsung lama.
   
  Kebahagiaan yang disebabkan hal-hal di luar kita adalah kebahagiaan semu. 
Kebahagiaan itu akan segera hilang begitu Anda berhasil memiliki barang 
tersebut. Anda melihat kawan Anda membeli mobil mewah, handphone yang canggih, 
atau sekadar baju baru. Anda begitu ingin memilikinya. 
   
  Anehnya, begitu Anda berhasil memilikinya, rasa bahagia itu segera hilang. 
Anda merasa biasa-biasa saja. Bahkan, Anda mulai melirik orang lain yang 
memiliki barang yang lebih bagus lagi daripada yang Anda miliki. Anda kembali 
berangan-angan untuk memilikinya. Demikianlah seterusnya. Dan Anda tidak akan 
pernah bahagia. 
   
  Budha Gautama pernah mengatakan, ''Keinginan-keinginan yang ada pada 
manusia-lah yang seringkali menjauhkan manusia dari kebahagiaan.'' Ia benar. 
Kebahagiaan adalah sebuah kondisi tanpa syarat. Anda tidak perlu memiliki 
apapun untuk berbahagia. Ini adalah sesuatu yang sudah Anda putuskan dari awal. 
   
  Coba katakan pada diri Anda sendiri, ''Saya sudah memilih untuk bahagia 
apapun yang akan terjadi.'' Anda akan merasa bahagia walaupun tidak memiliki 
harta yang banyak, walaupun kondisi di luar tidak sesuai dengan keinginan Anda. 
Semua itu tidak akan mengganggu karena Anda tidak menempatkan kebahagiaan Anda 
disana.
   
  Kebahagiaan yang hakiki terletak di dalam diri Anda sendiri. Inti kebahagiaan 
ada pada pikiran Anda. Ubahlah cara Anda berpikir dan Anda akan segera 
mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin. 
  Ada tiga pikiran yang perlu senantiasa Anda tumbuhkan. Saya mendapatkan 
gagasan mengenai tiga kunci kebahagiaan ini setelah merenungkan arti tasbih, 
tahmid dan takbir yang kita ucapkan tiap hari tapi sering tanpa makna yang 
mendalam. Saya kira ajaran seperti ini bukan hanya kita temukan dalam Islam 
saja, tetapi juga dalam ajaran agama yang lain.
   
  Kunci pertama kebahagiaan adalah rela memaafkan. Coba renungkan kata 
subhanallah. Tuhanlah yang Maha Suci, sementara manusia adalah tempat kesalahan 
dan kealpaan. Kesempurnaan manusia justru terletak pada ketidaksempurnaannya. 
Dengan memahami konsep ini, hati Anda akan selalu terbuka untuk memaafkan orang 
lain. 
   
  Seorang dokter terkenal Gerarld Jampolsky menemukan bahwa sebagian besar 
masalah yang kita hadapi dalam hidup bersumber dari ketidakmampuan kita untuk 
memaafkan orang lain. Ia bahkan mendirikan sebuah pusat penyembuhan terkemuka 
di Amerika yang hanya menggunakan satu metode tunggal yaitu, rela memaafkan!
   
  Kunci kedua adalah bersyukur. Coba renungkan kata alhamdulillah. Orang yang 
bahagia adalah orang yang senantiasa mengucapkan alhamdulillah dalam situasi 
apapun. Ini seperti cerita seorang petani miskin yang kehilangan kuda 
satu-satunya. Orang-orang di desanya amat prihatin terhadap kejadian itu, namun 
ia hanya mengatakan, alhamdulillah. 
   
  Seminggu kemudian kuda tersebut kembali ke rumahnya sambil membawa 
serombongan kuda liar. Petani itu mendadak menjadi orang kaya. Orang-orang di 
desanya berduyun-duyun mengucapkan selamat kepadanya, namun ia hanya berkata, 
alhamdulillah.
   
  Tak lama kemudian petani ini kembali mendapat musibah. Anaknya yang berusaha 
menjinakkan seekor kuda liar terjatuh sehingga patah kakinya. Orang-orang desa 
merasa amat prihatin, tapi sang petani hanya mengatakan, alhamdulillah. 
Ternyata seminggu kemudian tentara masuk ke desa itu untuk mencari para pemuda 
untuk wajib militer. Semua pemuda diboyong keluar desa kecuali anak sang petani 
karena kakinya patah. Melihat hal itu si petani hanya berkata singkat, 
alhamdulillah.
  Cerita itu sangat inspiratif karena dapat menunjukkan kepada kita bahwa apa 
yang kelihatannya baik, belum tentu baik. Sebaliknya, apa yang kelihatan buruk 
belum tentu buruk. Orang yang bersyukur tidak terganggu dengan apa yang ada di 
luar karena ia selalu menerima apa saja yang ia hadapi.
   
  Kunci ketiga kebahagiaan adalah tidak membesar-besarkan hal-hal kecil. Coba 
renungkan kalimat Allahu akbar. Anda akan merasa bahwa hanya Tuhanlah yang Maha 
Besar dan banyak hal-hal yang kita pusingkan setiap hari sebenarnya adalah 
masalah-masalah kecil. Masalah-masalah ini bahkan tidak akan pernah kita ingat 
lagi satu tahun dari sekarang. 
   
  Penelitian mengenai stres menunjukkan adanya beberapa hal yang merupakan 
penyebab terbesar stres, seperti kematian orang yang kita cintai, kecelakaan 
lalu lintas, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini bolehlah Anda anggap sebagai 
hal yang ''agak besar.'' Tapi, bukankah hal-hal ini hanya kita alami 
sekali-sekali dan pada waktu-waktu tertentu? Kenyataannya, kebanyakan hal-hal 
yang kita pusingkan dalam hidup sebenarnya hanyalah masalah-masalah kecil.
   
  Oleh: Arvan Pradiansyah
  Dosen UI & Pengamat Manajemen SDM
  e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  faksimile: 021-7983623

Kirim email ke