---------- Forwarded message ---------- From: Hilman Gazali <[EMAIL PROTECTED]> Date: Apr 24, 2007 11:15 PM Subject: [BANK-BNI] Fwd: [resonansi] Gosip To: Muammar Aditya2 <[EMAIL PROTECTED]>, Ardhy Meilizar < [EMAIL PROTECTED]>, Wendra Tiarno <[EMAIL PROTECTED]>, Wendra Tiarno <[EMAIL PROTECTED]>, Saugi DIWAN <[EMAIL PROTECTED]>, Towoks DIWAN <[EMAIL PROTECTED]>, Bank BNI groups < [EMAIL PROTECTED]>
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com ---------- Forwarded message ---------- From: "resonansi_2002" <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 20 Feb 2007 13:01:58 -0000 Subject: [resonansi] Gosip Gosip Rima dan teman-temannya sering bergosip ria. Apalagi kalau gosipnya seru. Rima tidak merasa ada masalah. Segala sesuatu digosipkan. Dari masalah kebiasaan makan, hingga masalah selingkuh. Dari masalah penyakit hingga masalah baju. Mereka sering membicarakan berbagai gosip. Siapa yang bajunya baru, siapa yang sepatunya kotor, siapa yang terlambat ke kantor, siapa yang terlambat dijemput kemarin, siapa yang sedang jatuh cinta, siapa yang menerima bonus, dan seribu gosip lainnya. Sampai tiga hari yang lalu, kebetulan Rima membaca sebuah kisah nyata di sebuah tabloid ketika sedang makan siang dan bergosip di warung dekat kantor. Di sana dikisahkan seorang wanita yang bekerja sebagai TKI di negara tetangga. Sebut saja namanya A. Wanita tersebut bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik. Dia bekerja di bagian produksi bersama banyak buruh lainnya. Suatu hari, ternyata salah seorang buruh lain memusuhinya, entah karena merasa iri hati atau kurang suka dengannya. A sendiri tidak mengerti sebab musabab terjadinya permusuhan tersebut, karena dia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Tak berapa lama kemudian, teman yang memusuhinya tersebut mulai menyebarkan gosip yang tidak benar. Katanya, A gila. Wah, benar-benar tidak tanggung-tanggung, berani mengatakan orang lain gila. Perlahan-lahan gosip itu tersebar di antara para buruh lainnya. A juga mendengar gosip tersebut, tapi dia tidak memedulikannya. Di luar dugaan, gosip tersebut terus berkembang. Suatu hari A dipanggil oleh yayasan yang dulu mengirimnya ke luar negeri dan menyuruhnya berhenti bekerja. Bahkan, A diminta mengikuti test kesehatan untuk memastikan bahwa dia tidak gila. Dipulangkan Ternyata gosip tersebut sudah sampai ke telinga para pengurus yayasan. Akhirnya, meskipun hasil test kesehatannya baik, A tetap dikirim pulang karena pihak pengurus yayasan masih merasa kuatir mengenai kondisi mentalnya. Benar-benar gosip yang menghancurkan. Kasihan sekali. Membaca kisah itu, Rima menjadi ngeri. Memang gosip tertentu ada benarnya. Tapi tidak semua gosip itu benar. Seringkali gosip diceritakan ulang dengan ditambah bumbu atau dibesar-besarkan agar terdengar seru dan menarik. Semakin lama gosip menjadi semakin besar, seru dan hebat. Semua orang menambahkan sedikit bumbu. Suatu hari Kiki, rekan sekantornya, pernah digosipkan sakit kaki parah. Entah penyakit apa, pokoknya parah, gawat lagi. Kalau sedang kumat, sakit sekali dan bisa pingsan. Semua karyawan membicarakan penyakit kaki yang diderita Kiki. Ternyata ketika Rima menanyakan masalah penyakit kaki tersebut kepada yang bersangkutan, Kiki sangat kaget. "Sakit kaki apa?", tanyanya terkejut. Ternyata Kiki tidak sakit apa-apa. Kakinya sehat kok. Setelah diingat-ingat, memang Kiki dulu pernah beberapa kali mengeluh kakinya sakit ketika mengurus suatu event di kantor yang memang merupakan tugasnya. Rupanya dia terlalu banyak berdiri dan berjalan padahal dia mengenakan sepatu hak tinggi. Seharian dia hampir-hampir tidak pernah istirahat. Memang setiap kali sibuk mengurus event, kakinya terasa sakit. Sampai senut-senut. Tapi keesokan harinya sudah sembuh dan sakitnya timbul karena terlalu banyak berdiri dengan mengenakan sepatu hak tinggi, bukan karena penyakit. Apalagi penyakit parah! Ada-ada saja. Jono juga pernah digosipkan tidak makan daging sama sekali. Dia alergi berat terhadap daging, sehingga hanya makan sayur saja. Malah katanya, dia sempat masuk rumah sakit karena alergi daging. Dalam acara gathering, Rima siap mengatur agar untuk Jono disiapkan makanan khusus vegetarian. Makan sayur Untungnya Rima menyempatkan diri bertanya kepada yang bersangkutan. Ternyata Jono bukan vegetarian. Memang minggu lalu dia pernah tidak mau makan banyak karena sedang sakit perut. Menurut dokter, perbanyak makan sayur. Jadi selama dua hari, setiap makan siang, Jono hanya makan nasi dan sayur saja. Setelah sembuh, dia makan seperti biasa lagi. Memang dia tetap banyak makan sayur, tapi bukannya tidak makan daging. Bukannya vegetarian. Apalagi alergi! Amit-amit! ekarang Rima ingin lebih berhati-hati. Karena itu, Rima berinisiatif untuk membedakan antara gosip dan informasi. Rima ingin lebih berhati-hati dalam memilah-milah dan membedakan antara gosip dan informasi. Ketika anak kedua Pak Tarmo, karyawan bagian gudang, menderita penyakit demam berdarah, maka Rima tidak menganggapnya sebagai gosip, tapi sebagai informasi yang perlu diketahui oleh karyawan lain. Informasi ini perlu disampaikan kepada karyawan yang lain agar mereka bisa membantu. Paling tidak, mereka bisa membantu menghibur, menguatkan, mendoakan atau menengok ke rumah sakit. Malah, kemudian para karyawan berinisiatif mengumpulkan uang sumbangan sukarela bagi anak Pak Tarmo. Lumayan, bisa membantu meringankan beban Pak Tarmo. Rima akan mencoba mengurangi gosip yang dibesar-besarkan. Mulai sekarang, dia akan menanyakan kepada orang yang digosipkan. Tentunya untuk masalah yang berhubungan dengan pekerjaan dan tempat kerja. Bukan untuk masalah yang terlalu pribadi. Paling tidak, dia bisa mengurangi risiko negatif. Be careful! Gossip can be wrong! Be positive! Sumber: Gosip oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting & Training Specialist -- Lanny Delima Bestari