Beberapa dari kita tampaknya seringkali kebingungan untuk
memahami apa yang dimaksud dengan jumlah uang beredar (JUB), dan korelasinya
dengan harga, sehingga seringkali
bingung menyaksikan fenomena inflasi atau jatuhnya nilai uang suatu negara,
apalagi yang ekstrem. Alih-alih mencoba
Ass.Wr.Wb.
Kalau saya boleh berpendapat dan saya kira pendapat saya masih nyambung dengan
paparan sdr Bango, hanya dari sisi pandang yang lain.
Karena issue alat tukar masuk dalam kategori ekonomi, maka kembalikanlah issue
ini kepada prinsip 'dasar' ilmu ekonomi suplai vs demand.
Issue
Mas Bango, terima kasih atas uraian mengenai JUB. Saya pikir, saya mengerti apa
yang dimaksudkan JUB di sini, tapi tampaknya mas Bango belum melihat keberatan
saya atas definisi JUB ini. Begini, sekarang kita lihat Tahap 2. Di situ
disebutkan bahwa JUB adalah Rp 1900. Saya amat keberatan dengan
--- On Tue, 3/10/09, Arif Muljadi mari...@yahoo.com wrote:
Mas Bango, terima kasih atas uraian mengenai JUB. Saya
pikir, saya mengerti apa yang dimaksudkan JUB di sini, tapi
tampaknya mas Bango belum melihat keberatan saya atas
definisi JUB ini. Begini, sekarang kita lihat Tahap 2. Di
situ
Kenapa ngomong riyal atau dinar melulu sih...??
Mestinya kita diskusikan yang penting untuk pembangunan ekonomi kita di sini.
Yaitu bagaimana infrastruktur dapat dibangun dengan baik.
INVESTASI INFRASTRUKTUR PERLU STABILITAS EKONOMI MAKRO
Jakarta, 5/3/2009 (Kominfo-Newsroom) - Deputi Bidang
Menurut saya, istilah 'uang fiktif' tsb kurang tepat ya. Mungkin lebih tepat
'potensi membayar'.
Maksud saya, jika B punya rumah, mobil, tanah dan uang sebanyak 5 ribu
(rupiah/dinar/dollar/whatever). Maka jumlah kekayaan B adalah 5 ribu ditambah
nilai asset2nya.
Oleh karena itu jika si B