Sebelumnya saya berterima kasih dengan adanya informasi ini, dan sebelumnya 
juga nama saya Darwadi, saya sedang kuliah tingkat akhir jurusan jurnalistik di 
Voronezh State Univ. Rusia.Yang saya ingin tanyakan kepada bapak Taufik, 
darimana sumber-sumber informasi yang yang bapak sampaikan di 'siapa sebenarnya 
suharto 1, 2, 3, 4?
terima kasih dan maaf jika ada kesalahan kata
--- On Tue, 12/16/08, OK Taufik <ok.tau...@gmail.com> wrote:
From: OK Taufik <ok.tau...@gmail.com>
Subject: [ekonomi-nasional] siapa sebenarnya suharto? (4)
To: "syiar-islam" <syiar-is...@yahoogroups.com>, "Istiqlal Community" 
<komunitas_istiq...@yahoogroups.com>, keluarga-is...@yahoogroups.com, "Kajian 
Ekonomi Islami" <ekonomi-isl...@yahoogroups.com>, "Islam Net ID" 
<islamnet...@yahoogroups.com>, "Melayu-Indonesia" 
<melayu-indone...@googlegroups.com>, mvpl...@yahoogroups.com, "bmmi muslim" 
<b...@yahoogroups.com>, "Pengajian Kantor" <pengajian-kan...@yahoogroups.com>, 
pengembangan-kepribad...@yahoogroups.com, ekonomi-nasional@yahoogroups.com
Date: Tuesday, December 16, 2008, 8:04 AM










 






    
            Pada 12 Maret 1967, Jenderal Soeharto dilantik sebagai Presiden RI 
ke-2.

Tiga bulan kemudian, dia membentuk Tim Ahli Ekonomi Kepresidenan yang

terdiri dari Prof Dr. Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Ali Wardhana, Prof Dr.

Moh. Sadli, Prof Dr. Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr. Subroto, Dr. Emil

Salim, Drs. Frans Seda, dan Drs. Radius Prawiro. Seluruhnya pro kapitalisme.



Nopember 1967, Suharto mengirim tim ekonomi ini ke Swiss menemui para CEO

Yahudi Internasional. Lahirlah UU PMA 1967 yang sangat menguntungkan

imperialis Barat. Prinsip kemandirian ekonomi Indonesia yang dijaga

mati-matian Bung Karno, oleh Jenderal Suharto dihabisi dengan menjadikan

Indonesia sebagai negara yang sangat tergantung pada Barat sebagai kekuatan

kapitalis dunia.



"Indonesia Baru" yang lebih pro-kapitalisme sesungguhnya telah dirancang

sejak tahun-tahun 1950-an. David Ransom dalam artikelnya yang populer

berjudul "Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia: Kuda Troya Baru

dari Universitas- Universitas AS Masuk ke Indonesia" (Ramparts, 1970)

memaparkan jika AS menggunakan dua strategi untuk menaklukkan Indonesia,

tentu saja dengan menyingkirkan Bung Karno. Pertama, membangun satu kelompok

intelektuil yang berpikiran Barat. Dan kedua, membangun satu sel dalam tubuh

ketentaraan yang siap bekerjasama dengan AS.



Yang pertama didalangi oleh berbagai yayasan beasiswa seperti Ford

Foundation dan Rockeffeler Foundation, juga berbagai universitas ternama AS

seperti Berkeley, Harvard, Cornell, dan juga MIT. David Ransom menulis, dua

tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI), sebuah partai kecil yang berhaluan

sosialis-kanan, yakni Soedjatmoko dan Sumitro Djojohadikusumo menjadi ujung

tombak pembentukan jaringan intelektuil pro-Barat di Indonesia. Mereka,

demikian Ransom, dibina oleh AS sejak akhir tahun 1949-an.



_,_._,___
        
         
        
        




        




        
        


        
        
        




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke