RELEVANSI MODEL-MODEL PENILAIAN DAN PENGUKURAN LABA AKUNTANSI KONVENSIONAL TERHADAP AKUNTANSI SYARI'AH (Studi Kualitatif Terhadap Konsep Laba Dengan Pendekatan Historical Cost dan Business Income Dalam Akuntansi Syari'ah).
BAB II 2.2 Konsep Laba Akuntansi dan Ekonomik 2.2.1 Konsep Laba Akuntansi Konsep laba akuntansi adalah perbedaaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Harahap 1997, 147; Belkaoui 1997, 233). Dari definisi tersebut, Belkaoui (1997, 233) mengemukakan lima ciri khas laba akuntansi : 1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh sebuah perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut). 2. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu tertentu. 3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan. 4. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya historis bagi perusahaan, yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada prinsip biaya. 5. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat atau sepadan (prinsip matching). Definisi laba atau profit dalam akuntansi konvensional oleh para akuntan merupakan kelebihan pendapatan (surplus) dari kegiatan usaha, yang dihasilkan dengan mengaitkan (matching) antara pendapatan (revenue) dengan beban terkait dalam suatu periode yang bersangkutan (biasanya dalam waktu tahunan). Selanjutnya laba ditentukan setelah proses tersebut terjadi. Proses pengkaitan (matching) menyebabkan timbulnya kewajiban untuk mengalokasikan beban yang belum teralokasikan ke dalam neraca. Beban-beban yang belum teralokasikan (aset non moneter) bersama-sama dengan aset moneter (misal kas, persediaan, dan piutang) setelah dikurangkan dengan kewajiban yang timbul menghasilkan nilai sisa yang disebut accounting capital atau residual equity. Laba akuntansi berhubungan dengan pengukuran modal dan dalam kenyatannya digunakan sebagai analisa terhadap perubahan modal secara temporer. Definisi laba akuntansi tersebut masih mengandung berbagai macam pertanyaan, antara lain apakah laba tersebut memasukkan pendapatan yang diterima secara insidental oleh perusahaan (yang diterima bukan dari aktivitas operasi) ?. apakah laba ini sudah memasukkan keuntungan yang diperoleh oleh adanya peningkatan atas penilaian aset perusahaan. Financial Accounting Standard Board (1980) mengemukakan sebuah konsep laba komprehensif (comprehensive income) yang diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Konsep tersebut menyatakan bahwa comprehensive income memasukkan semua perubahan dalam ekuitas kecuali perubahan akibat investasi yang dilakukan oleh pemilik. Hal ini menjadi lebih luas jika dibandingkan dengan karakteristik laba akuntansi menurut Belkaoui diatas. Konsep laba akuntansi sendiri didukung oleh berbagai tokoh antara lain : Yuri Ijiri, Kohler, Littleton, dan Mautz (Belkaoui 1997, 233). Argumen-argumen yang mendukung konsep laba akuntansi ini antara lain : 1. Argumen pertama menyatakan bahwa laba akuntansi telah bertahan terhadap pengujian sang waktu. Sebagian besar pemakai data akuntansi percaya bahwa laba akuntansi berguna dan bahwa ia merupakan faktor penentu dalam praktek dan pola pikir bagi para pengambil keputusan. 2. Karena didasarkan pada transaksi aktual dan faktual, maka laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektif dan oleh karena itu pada hakekatnya dapat diperiksa (diaudit). Obyektifitas pada umumnya diperkuat oleh keyakinan para penyokong penggunaan laba akuntansi bahwa akuntansi harus melaporkan fakta, bukan nilai. 3. Dengan mengandalkan prinsip realisasi dalam pengakuan pendapatan, laba akuntansi memenuhi kriteria konservatisme. Dengan kata lain, kehati-hatian yang sangat besar dilakukan dalam pengukuran dan pelaporan laba dengan mengabaikan perubahan-perubahan nilai dan hanya mengakui keuntungan yang telah direalisasi. 4. Laba akuntansi dianggap berguna untuk tujuan pengendalian, khususnya untuk melaporkan tanggung jawab manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laba akuntansi menyampaikan latar belakang cerita tentang bagaimana cara manajemen melaksanakan tanggung jawabnya. Walaupun keberadaan laba akuntansi tersebut didukung oleh berbagai macam argumen yang kuat, namun masih banyak yang mengkritik karena berbagai keterbatasannya. Ada beberapa argumen yang menyatakan kelemahan laba akuntansi ini (Belkaoui 1997, 234). Argumen pertama menyatakan bahwa laba akuntansi gagal mengakui kenaikan yang belum direalisasi dalam nilai aktiva yang ditahan dalam periode tertentu karena penerapan prinsip historical cost dan prinsip realisasi. Hal ini menghambat pengungkapan informasi yang berguna dan memungkinkan pengungkapan campuran keuntungan heterogen dari periode sebelum dan yang sedang berjalan. Argumen kedua menyatakan bahwa pengandalan laba akuntansi dengan prinsip historical cost dapat menyulitkan pembandingan dengan adanya metode penghitungan biaya yang dapat diterima dan berbagai metode pengalokasian biaya yang dapat diterima yang dianggap arbriter dan tidak dianggap salah. Argumen lain yang mengungkapkan kelemahan laba akuntansi menyatakan bahwa laba akuntansi yang menganut prinsip realisasi, prinsip biaya historis, dan prinsip konservatisme bisa menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak dapat dimengerti yang tidak relevan dengan para pemakainya. Yang perlu dikemukakan disini bahwa kurangnya kegunaan rasio-rasio yang didasarkan pada ikhtisar-ikhtisar keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut. 2.2.2 Konsep Laba Ekonomik Selain konsep laba akuntansi, juga dikenal konsep laba ekonomik yang dikemukakan oleh para ekonom. Smith (1980) mengungkapkan bahwa laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan, dan dikaitkan dengan praktek bisnis. Mereka memisahkan antara modal tetap dan modal kerja, antara modal fisik dan laba, dan menekankan realisasi sebagai pengujian pengakuan laba. Gagasan-gagasan mengenai konsep laba ekonomik juga diungkapkan oleh beberapa ekonom lain. Fisher (1912) seperti yang dikutip oleh Belkaoui (1997, 235) mendefinisikan laba ekonomik sebagai deretan peristiwa yang dihubungkan dengan tahapan-tahapan berbeda yaitu : penikmatan laba psikis, laba nyata, dan laba uang. Laba psikis adalah konsumsi pribadi aktual atas barang dan jasa yang menghasilkan kenikmatan psikis dan pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Laba nyata adalah suatu pernyataan mengenai peristiwa-peristiwa yang meningkatkan kenikmatan psikis, biasanya diukur dengan biaya hidup. Sedangkan laba uang mencerminkan semua uang yang diterima dan dimaksudkan akan digunakan untuk menutup biaya hidup. Walaupun laba psikis bukan merupakan tingkat laba yang paling fundamental dan laba uang adalah tahapan laba yang paling sering dikenal sebagai laba, namun terlihat bahwa laba nyata adalah tingkat yang paling praktis, mengingat bahwa setiap orang berusaha untuk memenuhi biaya hidupnya. Konsep laba ekonomik juga banyak dikaitkan dengan bunga (Lindahl, 1919) yang dihubungkan dengan peningkatan (apresiasi) barang modal selama waktu tertentu (Belkaoui 1997, 235). Selisih antara bunga dan konsumsi yang diantisipasi untuk suatu periode tertentu dianggap sebagai tabungan. Sedangkan Hicks (1946) mengemukakan bahwa laba pribadi seseorang sebagai jumlah maksimum yang dikonsumsikan selama seminggu dan pada akhir minggu diharapkan ia masih sekaya pada awal minggu. Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep yang dikemukakan oleh Fisher (1912) dan Lindahl (1919). Konsep laba ekonomik yang diungkapkan oleh para ekonom tersebut jika dilihat lebih lanjut ternyata berbeda dengan konsep laba akuntansi. Hal ini terlihat dari penekanan yang diberikan. Pada konsep laba akuntansi lebih ditekankan pada proses menghasilkan laba, dikaitkan dengan penandingan (matching) antara pendapatan dan beban. Sedangkan konsep laba ekonomik lebih menekankan laba berdasarkan kenaikan kapital. Berlanjut ke konsep pemeliharaan modal (capital maintenance) dan konsep pengukuran laba. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> What would our lives be like without music, dance, and theater? Donate or volunteer in the arts today at Network for Good! http://us.click.yahoo.com/Tcy2bD/SOnJAA/cosFAA/GEEolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Bantu Aceh! Klik: http://www.pusatkrisisaceh.or.id Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/