http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2097



Moralitas Ilmu Ekonomi di Sumbar
Oleh Yuniwati
Oleh admin padek 1
Kamis, 30-Juni-2005, 12:04:113 klik


Nama-nama ahli ekonomi Sumatera Barat seperti Muhammad Hatta dan Hendra Esmara, 
adalah sosok yang akan selalu dikenang di dalam lembaran ahli-ahli ekonomi 
bangsa ini. Mereka memiliki karakteristik tersendiri di dalam mengaplikasikan 
teori dan praktek ilmu-ilmu ekonomi yang dimiliki. 


Dimulai dari Mohammad Hatta yang memunculkan istilah "perekonomian rakyat" 
sebagai lawan dikotomi dari "perekonomian kolonial". Hal ini senada dengan 
orientasi kerakyatan yang menjiwai kemerdekaan Indonesia untuk menggusur 
kedaulatan Penguasa dan menggantikannya dengan kedaulatan rakyat. 

Perekonomian kolonial ini yang bermula dengan kolonialisme VOC dan Hindia 
Belanda berikut cultuurstelsel, meskipun dalam kenyataannya tidak dapat 
terhapuskan dan bahkan masih berjalan sampai saat ini, sehingga memunculkan 
konglomerasi dan KKN. Namun jelas, pemikiran Mohammad Hatta menjadi pelopor 
tumbuhnya konsep ekonomi Indonesia dan melepaskan diri dari sistem ekonomi 
penjajahan serta ketergantungan. 

Demikian juga dengan Hendra Esmara yang memperkenalkan ilmu ekonometrika di 
Sumatera Barat, banyak memaparkan pendekatan ilmu-ilmu ekonomi melalui 
pendekatan matematis dan kajian-kajian serta analisanya menjadi sumber acuan 
bagi para ekonom di Indonesia pada masanya. Walaupun berdarah keturunan 
tionghoa, tapi penelitian beliau banyak membahas tentang kondisi ekonomi 
masyarakat lapisan bawah, baik di Indonesia maupun di Sumatera Barat. 

Sarjana Ekonomi di tengah Masyarakat Busung Lapar 

Kini kita seakan terlampau sulit untuk kembali melahirkan ahli-ahli ekonomi 
Sumatera Barat yang diperhitungkan baik ditingkat nasional maupun 
internasional. Sedangkan dari dulu hingga sekarang karakteristik masyarakat 
Sumatera Barat tidak terlampau bergeser yaitu jiwa pedagang, dimana transaksi 
daganglah yang merupakan cikal bakal munculnya ilmu ekonomi di dunia. Salah 
satu sebab adalah kita terlampau asyik mengkaji dan mencoba teori-teori dari 
para ahli ekonomi dunia. Padahal masih kompetenkah kita sebagai insan 
akademik-ilmiah di dalam perkembangan ilmu ekonomi, khususnya dalam kondisi 
perekonomian bangsa yang masih surut, untuk melakukan koreksi, atau 
dekonstruksi terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi konservatif-konvensional yang 
mungkin tidak sesuai dengan kondisi di negeri ini? Masihkah kita sebagai insan 
akademik-ilmiah terjerat dan terkooptasi oleh pemikiran-pemikiran ekonomi yang 
parsial dan makin compang-camping ini? Masihkah kita, atau makinkah kita, 
memberhalakan teori pasar-bebas yang neoklasikal dan menjadikan Paul Samuelson 
sebagai nabinya? 

Semua pertanyaan ini muncul untuk bahan renungan bagi mahasiswa dan siapa saja 
yang menekuni ilmu ekonomi untuk melepaskan diri dari doktrin yang selama ini 
tertanam. Pengajaran ilmu ekonomi di kampus-kampus masih berkutat terhadap 
pencapaian maksimum terhadap suatu produksi dan penekanan ongkos yang 
dikeluarkan menjadi seminimal mungkin. 

Seakan ilmu ekonomi telah kehilangan kepekaan dan sentuhan moral sebagai bagian 
ilmu sosial yang mengatur tingkah laku manusia didalamnya untuk lebih tertib 
dan beradab. Walaupun beberapa kajian dalam forum study Islam yang didirikan 
oleh mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Sumatera Barat mulai menggeser 
dogma ilmu ekonomi "dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk meraih keuntungan 
yang sebesar-besarnya" menjadi lebih sedikit beretika dan bermoral "dengan 
modal yang dikeluarkan untuk meraih keuntungan yang sesuai," tapi semua ini 
belum cukup apabila kita masih menganggap ilmu ekonomi hanya sebatas ilmu untuk 
meraih keuntungan material semata. 

Akibatnya output yang dihasilkan selama ini adalah para ahli-ahli ekonomi 
teoritis yang sibuk mengutak-atik tingkat suku bunga, berspekulasi terhadap 
inflasi dan menggambar kurva permintaan dan penawaran. Sehingga ironis, disaat 
tiap tahun kita menghasilkan ribuan sarjana-sarjana ekonomi, kondisi 
perekonomian masyarakat tidak juga terangkat. Saat ini saja kita masih sibuk 
dengan kejadian luar biasa busung lapar. Lantas dimana ahli-ahli ekonomi 
tersebut? 

Ekonomi Sebagai Ilmu Moral 

Cara Berpikir kita selama ini di dalam mempelajari ilmu ekonomi telah 
terkontaminasi oleh pemikiran ahli-ahli ekonomi barat yang menempatkan kekayaan 
dan investasi di atas segala-galanya. Lihat mahasiswa ekonomi saat ini, hal 
yang pertama mereka terima di kelas adalah tentang hukum permintaan dan 
penawaran, sedangkan penempatan moral tidak terdapat di dalam bab-bab manapun 
di dalam buku ekonomi. Sehingga sulit bagi kita untuk mengharapkan munculnya 
Muhammad Hatta-Muhammad Hatta baru yang meneruskan kejayaan ekonom Sumatera 
Barat, dengan konsep pemikiran ekonominya yang merakyat dan dapat diaplikasikan 
dengan baik di negeri ini. Karena konsep pemikiran ekonomi Muhammad Hatta 
berawal dari kondisi psikologis masyarakat yang menuntut kemandirian didalam 
berkarya dan mempertahankan hidup dalam berbangsa dan bertanah air. 

Muatan-muatan moral yang ditanamkan oleh Muhammad Hatta didalam pemikirannya 
sungguh mudah dicerna dan dilaksanakan oleh masyarakat awam. Berbeda jauh 
dengan pemikiran-pemikiran ahli ekonomi saat ini telah banyak meninggalkan 
etika moral, sehingga kebijakan yang merupakan hasil dari pemikirannya tidak 
tersentuh oleh kalangan masyarakat luas. 

Bila kita menyadari sesungguhnya bapak ekonomi yang selama ini dijadikan acuan 
oleh seluruh mahasiswa dan pihak akademika ekonomi, Adam Smith. Sebenarnya 
bukanlah ahli ekonomi murni. Ia sendiri memang mencuat setelah menerbitkan buku 
ekonomi berjudul "Wealth of Nations" tahun 1776. 

Tapi jauh sebelum itu, Tokoh yang tidak pernah terdaftar sebagai mahasiswa 
ekonomi ini menerbitkan buku dengan judul "On the Theory of Moral Sentiments" 
pada tahun 1759, yang menggambarkan tentang empati atau kecenderungan cinta 
kasih manusia kepada masyarakatnya, yaitu propensities such as fellow feeling 
and the desire to attain approval of his brethren. Untuk itu, sudah saatnya 
bagi mahasiswa-mahasiswa ekonomi Sumatera Barat yang suatu saat nanti akan 
menjadi ahli-ahli ekonomi, harus berani memasukan unsur moral sebagai bagian 
dari faktor penting setiap analisa ekonominya. Dengan menempatkan ekonomi 
sebagai ilmu moral, Penulis meyakini, Sumatera Barat hanya akan menunggu waktu 
atas kelahiran ahli-ahli ekonomi berkelas dunia yang akan menjadi acuan dan 
nara sumber kebijakan nasional dan daerah. 

Begitu pentingnya memasukkan unsur moral ke dalam pengajaran ekonomi, juga 
pernah dikemukakan oleh Prof Sri Edi Swasono dalam suatu makalahnya, yang 
mengemukakan bahwa dengan memasukkan unsur moral di dalam ilmu ekonomi, maka 
ekonomi akan mengenal keadilan (justice/fairness), peduli dengan persamaan 
(equality) dan pemerataan (equity), kemanusiaan (humanity), serta menghormati 
nilai-nilai agama (religious values). 

Sebagai suatu ilmu moral maka ilmu ekonomi mengenal dan menghormati 
kepentingan-kepentingan bersama (social/people welfare, public needs, public 
interests), dan pula mengenal dan menghormati kepentingan-kepentingan individu 
(kebebasan, the pursuit of happiness). Dengan demikian ilmu ekonomi sebenarnya 
mengemban ideologi, ilmu ekonomi menjadi bersifat normatif, yang bisa saja 
bersifat normatif berdasar paham liberalisme ataupun berdasar paham 
kolektivisme. 

Joan Robinson dalam bukunya "Economic Philosophy" tahun 1962 menyatakan 
semangat kebangsaan merupakan suatu kekuatan ekonomi. Dengan demikian pula ilmu 
ekonomi melaksanakan perannya dalam wujud economic policy dan political 
economy. Adalah suatu langkah maju ketika Universitas Negeri Padang 
memperkenalkan ilmu Ekonomi Politik bagi mahasiswanya. Setelah sekian lama 
dianggap tabu oleh pemerintah orde baru. Kini kita dapat berharap banyak daerah 
ini kembali akan memunculkan ahli-ahli ekonomi yang sangat diperhitungkan baik 
ditingkat nasional maupun internasional. 

*Penulis adalah dosen muda Fakultas Ekonomi UNP

[Non-text portions of this message have been removed]



Bantu Aceh! Klik:
http://www.pusatkrisisaceh.or.id 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke