Nah kan...??!!
Masalahnya ternyata ada pada SKULL itu...
Masalahnya ada di PERSONnya atau di KITAB-KITABnya?
Jika mau belajar dari Quran, kalangan yang bergulat dengan kitab-kitab
itulah yang sebenarnya di sebut *ahli-kitab*...
Banyak peringatan Pencipta Semesta kepada mereka...(sila baca Quran)

Para ahli Quran jangan seneng dulu...
Karena ternyata Quran itu juga disebut Kitab dan Al Kitab di dalam Quran itu
sendiri...
Ahli Quran juga Ahli Kitab juga..., jika mereka hanya bergelut-gelut dengan
kitab itu saja, tanpa melakukan apa-apa dari situ...
Kitab (yang isinya tulisan atau kata-kata) memiliki kemampuan yang sangat
terbatas dalam mengungkapkan fakta yang sebenarnya (ACTUAL FACTS)...
Dalam pengertian lain, ilmu yang bisa didapat dari kitab lebih terbatas
daripada ilmu yang didapatkan oleh si pelaku di lapangan...

Si pembaca kitab hanya menggunakan sensor mata, lalu otaknya dalam memahami
suatu objek...
Si pelaku lapangan menggunakan segala sensornya, juga otaknya dalam
memproses informasi dari sensor-2 tersebut, lalu berinteraksi langsung
dengan objek tersebut...
Pintaran mana orang yang cuma tau seupil teori dari kitab dengan yang mampu
melaksanakannya (SKILL)?
Tentunya para ahli kitab tidak betul-betul ahli kitab lagi jika mereka juga
melakukannya di lapangan...
Bolehlah disebut "ahli-kitab plus", atau bahkan "knowledgefull actor" jika
mau mau menamakannya begitu...

Dalam konteks agar terjadi "SCHOOL & FIELD Synchronization",
kenapa perguruan tinggi (lebih tepatnya pemerintah & DPR) tidak mencoba
meniru Eropa (juga Amerika?) yang dari dulu memiliki program "magang" dalam
orde tahunan di perusahaan atau dunia praktis lainnya bagi para dosen-dosen
dan guru sekolah mereka...
Sebaliknya juga bisa begitu, "orang-orang lapangan masuk kampus"...
Dengan harapan, terjadinya "INTEGRASI SEMPURNA antara TEORI & SKILL,
antara WRITTEN PARTIAL FACTS & REAL LIFE FACTS"...
Semoga...!
Alhamdulillah...!

Semoga ada perjabat berwenang yang membaca tulisan singkat ini...
Atau, ada yang mem-forwardnya kepada mereka...

Salam Z'81



2010/1/21 CHPStar <chp...@yahoo.com>

> *Cooperative CHP:*
> Lulusan PT Isi Gap Antara Sektor Publik dan Swasta
> Kamis, 21 Januari 2010 | 07:08 WIB
>
http://edukasi.kompas.com/read/2010/01/21/07081162/Lulusan.PT.Hanya.Jadi.Pencari.Kerja

>
>
> *
> *
>
> *JAKARTA, KOMPAS.com* - Sistem pendidikan nasional yang tidak selaras atau
> sinkron dengan dunia kerja menyebabkan banyaknya lulusan sekolah menengah
> atas dan perguruan tinggi yang menjadi penganggur terbuka. Masalah
> pengangguran tidak akan pernah selesai apabila lulusan terdidik hanya
> menjadi pegawai, karyawan, atau buruh di suatu perusahaan.
>
> Demikian dikemukakan Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
> Bidang SDM dan Kebudayaan Bappenas Nina Sardjunani dalam seminar Daya Tawar
> Pemuda dalam Dunia Kerja: Menghubungkan Pendidikan, Ketenagakerjaan, dan
> Kewirausahaan, Rabu (20/1/2010) di Jakarta.
>
> Berdasarkan hasil survei angkatan kerja nasional atau Sakernas 2009,
> mayoritas lulusan perguruan tinggi (74 persen) dan lulusan SMA (64 persen)
> menjadi pegawai, karyawan, atau buruh. Hasil ini menunjukkan lulusan
> terdidik—terutama lulusan perguruan tinggi—rela menganggur hanya untuk
> menunggu kesempatan menjadi pegawai atau karyawan apa pun, tidak mau mencoba
> terjun ke dunia usaha.
>
> Pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), Ciputra,
> mengatakan, jika ingin mempercepat pertumbuhan ekonomi, idealnya Indonesia
> membutuhkan setidaknya 4,4 juta pengusaha. Untuk mencapai jumlah ideal itu,
> dari jumlah sekarang sekitar 400.000 pengusaha, kuncinya ada pada dunia
> pendidikan, terutama kalangan pendidik (guru atau dosen).
>
> Menurut Ciputra, sistem pendidikan Indonesia saat ini tidak sinkron dengan
> dunia kerja karena sekolah hanya mencetak para pencari kerja, bukan lulusan
> yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
>
> Secara terpisah, Mira Kusumarini, Ashoka Indonesia Representative,
> mengatakan, pendidikan kita belum mampu membawa ke arah berkembangnya budaya
> kebebasan berpikir dan berkreasi dalam diri tiap anak. ”Anak-anak yang
> berpikir berbeda justru diprotes dan tidak didukung oleh guru, teman-teman,
> orangtua, serta masyarakat,” ujar Mira Kusumarini, seusai acara Ashoka Young
> Changemakers Award 2009 atau pembaru muda kepada 20 anak muda berusia 10-25
> tahun di Jakarta, Rabu. (*LUK/ELN*)
>
> http://ap2i.blogspot.com/
>


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com
http://capresindonesia.wordpress.com
http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ekonomi-nasional-dig...@yahoogroups.com 
    ekonomi-nasional-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ekonomi-nasional-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke