ah, Dik Pendi,
selamat
selamat
selamat
salam,
veven
--- On Mon, 7/28/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Selamat Menempuh Hidup Baru
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Monday, July 28, 2008,
pak subagyo benar,
undang-undang nomor 23 tahun 26 tentang administrasi kependudukan bukan saja
mengakui keberadaan penghayat kepercayaan dalam kaitannya dengan KTP. [jadi
dalam kolom agama dikosongkan, namun dalam biodata kependudukan harus ditulis
nama aliran penghayat kepercayaan itu!!!]. und
kita share saja.
aku dengar berhentinya dik pendi lebih karena tak ada pembaruan kontrak dengan
pihak stasiun televisi. yang dulupun tak ada kontrak tertulis. entah benar
tidaknya. perlu tanya sana-sini.
bahwa kemudian ada alasan larangan terhadap "lapindo", bisa saja: bisa bener2
karena itu ala
sesungguhnya, tak hanya wartawan kompas yang [wajib] menolak, melainkan juga
wartawan2 lain di lingkungan kompas-gramedia, termasuk di dalamnya ya berbagai
tabloid dan berbagai majalah terbitan kompas-gramedia itu.
kesannya sombong kalau menolak amplop di antara penerbitan media yang dengan
be
apakah tulisan ini yang dibutuhkan?
Ilmu Hitam dan Realitas Sosial
Oleh: Tb Ronny Nitibaskara
-
Spiritual explanations of crime are part of general view of life in
which many events are believe to result from the influe
pak wal,
november kemarin saya ada di tana toraja dan nimbrung upacara pemakaman.
kok waktu itu kebo bule berharga mahal, ya?
salam
2008/4/1 wal.suparmo <[EMAIL PROTECTED]>:
> -Salam,
> Memang BULE itu sebenarnya konotasinya kurang baik karena tidak
> hanya JENIS tetapi juga semacam PE
dalam buku "tesaurus bahasa indonesia"-eko endarmoko, pakar dijabarkan: ahli,
biaya, eksper, empu, maesro, master, spesialis, juru.
kalau buku menjadi patokan, berarti tak ada satu pakar pun lahir dari|dalam
masyarakat adat, masyarakat lisan, masyarakat zaman megalitikum, dan sejenisnya
dan se
bung budi dharma,
anda mempertanyakan: "kalau film saja ada lembaga sensornya, kok sinetron tak
ada".
catatan saya:
1. semua tayangan televisi, kecuali berita, harus lewat lembaga sesnor film.
2. kenapa logikanya tidak dibalik atau diluruskan menjadi: apa dibutuhkan
lembaga sensor film?
maaf, adakah yang punya penjelasan historik kenapa pernah diharuskan SBKRI bagi
etnis tionghoa? penjelasan ini, pasti tak sebatas: itu kelakuan oknum. atau:
karena para tionghoa dianggap berduit sehingga sangat empuk untuk diperas
atau adakah yang bisa memberikan rujukan, entah buku entah j
kalo dibilang ngurus ktp en akta kelahiran jadi mangkin mudah stelah bang foke
jadi gupernur, itu bukan kerna bang foke nepati janji sesuai kampanyenye.
undang-undang emang ngatur gitu, terutama stelah diundangken undang-undang
nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan.
kalo ada pe
bu heni,
ada cara untuk menghadang pengaruh sinetron tersebut, yakni:
1. tak usah nonton sinetron, atau
2. jangan cuma nonton sinetron, tapi juga nonton yang lain, atau
3. nonton atau tidak, tambah pula dengan aktivitas lain sehingga tingkat
keseringan [sebagaimana ibu sebutkan: "sering"]
soal Turen, wah... tiba-tiba ndesoku itu menjadi bagian penting dari Kompas,
ya [ingat aku akan judul buku Emha Markenun Nadjib [sorry, cak!] tempoh
tahun: "Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya"].
Turen juga sempat menjadi bagian penting dari indonesia ketika tempo hari ada
kasus slaver
mas totot,
mentok [dengan sentuhan t yang tipis, bukan th yang tebal] itu beda banget
lho dibandingkan angsa.
jadi, memang ada tiga jenis unggas model ini: bebek, mentok, dan angsa
[daerah tertentu bilang 'sowang" yang dekat dengan bahasa inggris 'swan', atau
'banyak'; yang dalam hal tertent
kasus Bu Kira ini sudah dilebar-lebarkan ke mana-mana sehingga kasus itu
sendiri nyaris tertenggelamkan.
kasusnya adalah: ada suami yang tidak gentle dan elegan menalak-cerai
istrinya, ya Bu Kira itu sendiri, via sms.
pelebaran itu menjadi: Bu Kira harus mengaca alias introspeksi diri, lalu
silaken saja khusus untuk buku ini.
hehehe
salam
Aquino Hayunta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mas Anton dan Mas Veven, kebetulan saya punya bukunya, apa mau foto
copy?
Asal diperbolehkan oleh yang punya copyrightnya saja :)
Salam,
aquino
Posted by: "vev
k bila tidak hati-hati dan generasi muda tidak bangkit, maka
kelompok inilah yang memegang kekuasaan di Indonesia secara
telanjang dan terang-terangan, semoga ini tidak terjadi.
Buku ini bagus sekali, apa masih dijual di Gramedia, mas Veven?
ANTON
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, veven w
tretang Rusdi Mathari,
so'on ba'na nyebut-nyebut buku tulisanku itu: Para Superkaya Indonesia;
Sebuah Dokumentasi Gaya Hidup.
buku yang di-kata-pengantar-i Goenawan Mohamad itu pertama kali terbit tahun
1999, lalu cetak-ulang tahun 2000.
toreh, cong!
veven
Rusdi Mathari <[EMAIL PROT
lha, kalau mbak binny bintarti buchori kapan ultahnya?
salam,
veven
Binny Buchori <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Bung Agus, terima kasih banyak atas perhatiannya. Akan saya sampaikan
pada Bapak, salam, binny
_
From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] O
Romo Tulus,
kawan saya di sekolah lanjutan atas, dulu, namanya: Rudy Mohammad Yesus.
pasti ada yang hendak ditandakan oleh orangtuanya, ya...
salam,
veven
Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Oleh TULUS SUDARTO
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0711/09/utama
yang dilucukan extravaganza adalah kenapa memilih si ini dan bukan si itu.
kalau misalnya kedatangan calon orangtua asuh itu digambarkan sebagai
kedatangan yang kesekian untuk mengambil anak asuh, dan satu satu bersitan
dialog, proses lain-lain sudah ditempuh, tetap saja bisa lucu.
justru di s
dinda,
sesungguhnya perihal anak asuh ini tak hanya terjadi di "extracaganza"
trans-tv, tapi di hampir semua sinetron di semua televisi indonesia-raya, entah
yang model drama-dramaan itu, entah pula yang dilabeli sinetron relijius. jadi,
memilih anak asuh kayak memilih mangga di pasar.
pada
malam minggu, 3 november 2007, trans-tv menyiarkan acara komedi "extravaganza."
dalam salah satu episodenya, kisahnya mengenai anak asuh. dikisahkan, ada
sepasang orang tua, atau seseorang, yang datang ke sebuah panti asuhan. mereka
lalu menunjuk dan memilih seseorang untuk dijadikan anak asuh.
mas radit,
terimakasih banyak informasinya.
salam,
veven
radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mas Veven,
Aku cuplikkan dari blog ACI:
http://artculture-indonesia.blogspot.com/2007/10/ac-i-berita-duka-cita-laz-meninggal.html
19 Oktober 2007Berita Duka
kawans,
tadi malam saya dapat kabar dari seseorang yang mendapat kiriman sms [yang
tak dia kenal dari mana], yang mengabarkan bahwa penulis Lazuardi Adi Sage
meninggal pada jam 16.oo [jumat, 19 oktober 2007] di rumahsakit harapan kita.
pertanyaan saya: ada yang tahu detil kabar berita mengena
yth Pak Jimly,
untuk akses ke situs mahkamahkonstitusi.go.id harus log in dulu, ya?
saya coba membuka, ditanya username dan pass word.
terimakasih,
veven
Jimly Asshiddiqie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
waah, baik sekali kalau bu Mariana sempat membaca pertimbangan hukum dlm
pu
dalam penerbitan media, para pengelolanya cenderung pakai kata 'wanita', ya:
majalah wanita femina, majalah wanita dewi, tabloid wanita nova [lengkap dengan
slogannya: 'siapa bilang wanita tak butuh berita'], dan seterusnya.
juga ada rubrik wanita-wanita dalam tayangan televisi.
naga-naganya,
dak salah) kapan bisa menggelar lagi tulisan realis mas?
ANTON
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, veven wardhana
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> bung manneke,
> skripsi itu kutulis tahun selusin tahun lampau. tahun 1985.
setahun kemudian ada yang meminta untuk memfo
an ironisnya kampus
juga tak mampu menjawab larangan itu dengan cerdas.
salam,
halim hd. - warga kampung
--- veven wardhana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> setahuku, di ugm dulu, almarhum pak [umar] kayam
> mengajar teori marx untuk mahasiswa pasca-sarjana.
> ternyata, ada salah
ECTED]> wrote:
hebat, Bung Veven. Tidak mudah melakukan studi atas homologi antara
struktur dalam karya sastra dengan struktur sosial dalam masyarakat tempat
karya itu dilahirkan. Apakah skripsinya sempat diterbitkan?
manneke
veven wardhana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
setahuku,
setahuku, di ugm dulu, almarhum pak [umar] kayam mengajar teori marx untuk
mahasiswa pasca-sarjana. ternyata, ada salah seorang mahasiswanya yang
diam-diam merekamnya. bukan lantaran males mencatat, tapi cara merekamnya
persis laiknya intel yang sedang mendokumnetasikan perihal sesuatu yang sang
Mas Satrio,
buku Pak Kayam bukan trilogi. malah ada empat judul serial. yang keempat
berjudul "Satrio Piningit in Pingit".
salam,
veven
Deny Sidharta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mas Satrio yth,
Saya setuju dengan Mas Satrio bahwa istilah "Mak Nyusss" ditulis di bukunya Pak
Um
a ini salah satu penggemar
bangkotan anda. Saya dah tau kapasitas anda sejak Cerbung ( cerita bersambung )
"Megatrur" tampil disalah satu majalah yang juga menghasilkan banyak penulis
kondang. Jadi ga enak lah...
- Original Message
From: veven wardhana <[EMAIL PROTECT
tak ada yang berubah setahuku.
dari dulu lengkapanya adalah: PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia
"/\\/\\ o + u |_ z" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Saya setuju juga tapi setahu saya.. mereka pun menyadari hal tersebut
makanya sejak lama mereka langsung mengganti nama dan LOGO da
hehehe... tak soal kok, black ant.
tak lantas aku harus menggebuk sampeyan ala para praja itu -- sampai
terjengkang bak terkaing-kaing namun tanpa suara
salam balik
smut ireng <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
sekedar meluruskan...,komentar saya ini bukan untuk mengomentari
posti
kalau TPI harus ganti nama karena minim "pendidikan", logikanya bisa: anteve
juga harus ganti nama karena "andalas"nya samasekali tak tampak tuh.
begitu juga SCTV: mana kesan "citra matahari" alias "surya" [dulunya:
surabaya]. begitu pula yang lainnya
salam
ruri huriah <[EMAIL PROTEC
ada dua hal ingin saya sampaikan:
1. kalaulah misalnya benar "baru sekarang lapor", itu jauh lebih bagus
ketimbang terus bungkam
2. apakah pelaporan selalu sejajar dengan cari popularitas? dan apakah
popularitas senantiasa buruk rupa?
veven
Muhammad Rivai Andargini <[EMAIL PROTECTED]>
helmi,
aku juga pernah menanyakan hal ini. kata mereka, demisioner itu tak ada dalam
kamus KPI.
itulah ajaibnya negeri ini. tak tahulah aku, apakah ini karena terlalu banyak
"penyelesaian secara adat" sehingga masa tugas KPI pun terterabas hingga tahun
2007. kan uji kelayakan komisioner KPI
maaf,
bisakah dideretkan 70 nama calon itu?
atau ke mana harus search?
terimakasih,
veven
sang perempuan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
*Kriteria seleksi Calon anggota Komnas HAM*
Kepada Yth.
*Ketua Tim Seleksi Calon anggota Komnas HAM 2007-2012*
*Bpk. Soetandyo Wignyosoebroto*
"mikul dulur, mendhem jeroan"!
john simon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kalau saja tayangan Republik BBM ini di tayangkan di AS, mungkin
hasilnya lain.
Walaupun Pak Effendi dengan santun sudah minta maaf kalau ada kesalahan di
setiap akhir acara, satu hal yang perlu dicatat adalah masy
39 matches
Mail list logo