Dear All
Saya tinggal di Pedalaman Kalteng 100 KM dari Pangkalan Bun. Saya tinggal baru 
setahun, sebelumnya saya tinggal di Jawa Barat. Waktu saya pertama kali pindah, 
saya sangat terkejut karena haga isi  tabung Gas Elpiji (LPG) untuk kompor gas 
ibu rumah tangga Rp. 130.000,- sementara di Pangkalan Bun Rp. 90.000 a.d Rp. 
100.000,- sedangkan di Jawa Barat harga isi tabung berkisar Rp. 60.000,-. Saya 
heran mengapa harga resmi dari Pertamina Pangkalan Bun memang sudah tinggi 
dibandingkan dengan harga di Pulau Jawa, dan tidak mengikuti harga standar 
pemerintah seperti harga BBM. 
Pada surat sdr Firdaus Cahyadi, ada kalimat yang kurang pas, seperti huruf yang 
saya tebalkan kalimat paling bawah, kriteria warga miskin tentunya bukanlah 
konsumen Gas Elpiji, tapi kompor minyak tanah atau kayu bakar.

----- Original Message ----
From: firdaus cahyadi <[EMAIL PROTECTED]>
To: forum pembaca <forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com>;
Sent: Tuesday, July 17, 2007 10:54:27 AM
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Harga gas Elpiji  akan dinaikan,Warga miskin 
menjerit


   
            Dear All,

  Tadi pagi (17/7) di Liputan 6 SCTV diberitakan bahwa Pertamina akan  
mengusulkan kenaikan harga gas Elpiji. Mengherankan memang, setelah  minyak 
tanah ditarik atau tepatnya dibikin langka di masyarakat untuk  kemudian 
dialihkan pada penggunaan gas elpiji kini justru giliran harga  gas elpiji 
dinaikan.

  

  Betapa masyarakat dibuat tidak punya pilihan dalam hal ini. Terbayang  betapa 
semakin berat beban masyarakat kita terutama dari kelompok  miskin.

  

  Ketua YLKI, seperti ditayangkan SCTV, menyebutkan bahwa usulan  kebijakan ini 
tidak etis. Tapi menurut saya usulan kebijakan ini bukan  hanya tidak etis 
namun juga sebuah suslan kebijakan yang tidak  bermoral...

  

  Sampai kapan warga miskin akan dilindas oleh kebijakan publik yang tidak pro 
publik seperti ini..

  

Kirim email ke