Salam, B.J.HABIBIE yang jenius itu telah banyak meninggalkan BOM WAKTU. Kecuali TIMOR TIMUR maka masalah P.T.DIRGANTARA INDONESIA ini juga adalah BOM WAKTU yang ditinggalkannya.Bagaimana dengan peritiwa MEI 1997?( buku2 mengenai ini banyak yang tidak cocok). Namun jangan terkejut kalau sebentar lagi ada yang mengusulkan menjadi CAPRES 2007. Habibie Center tidak ada untuk percuma dan bekerja terus secara diam2 tanpa harus bertanggungjawab tentang blunder2 yang telah dilakukannya. Wasalam, Wal Suparmo --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Yanuar Rizky" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kewajiban PT DI dan Hak Buruh > Oleh: Yanuar Rizky > > http://www.investorindonesia.com/index.php? option=com_content&task=view&id=39472&Itemid= > http://www.elrizky.net/artikel.php?opt=1&id=201 > > Investor Daily, 13 September 2007:Kalau ada kontes simbolisasi anomali > perbaikan parameter makro ekonomi Indonesia, mungkin pemenangnya akan > jatuh ke PT Dirgantara Indonesia (DI). > > Ketika namanya masih Nurtanio, begawan ekonomi (almarhum) Prof > Soemitro Djojohadikusumo menyebutnya sebagai proyek pemborosan, karena > tak ada stimulus positif sedikit pun bagi pertumbuhan ekonomi. Lalu, > ketika datang era reformasi pada 1998, pabrik pesawat terbang tersebut > harus direformasi pula. > > Dampaknya, pada 2003 PT DI mem-PHK massal ribuan karyawannya. Masalah > normatif tersebut ternyata terus merembet sampai saat ini, meski > parameter makro terus membaik diikuti naiknya saldo Anggaran > Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah selaku pemegang saham > BUMN, pun tak mampu membayar hak normatif pekerjanya, sehingga nasib > industri hi-tech harus diputuskan pailit melalui pengadilan niaga. > >