#TolakRestorasiDwifungsiABRI

Kritikan tajam terhadap TNI dilontarkan Gubernur Lemhanas Letnan Jenderal 
(Purnawirawan) Agus Widjojo.

Purnawirawan jenderal yang pada masanya dikenal sebagai salah satu jenderal 
kritis ini menyebutkan bahwa reformasi tersendat karena TNI terlalu fokus 
pada masalah dalam negeri. Padahal, fungsi utama militer adalah menangkal 
ancaman dari luar negeri.

“Masih ada pola pikir yang tersisa dari masa lalu,” kata Agus kepada Tempo 
........

Selengkapnya:
https://m.bisnis.com/kabar24/read/20190208/15/886656/gubernur-lemhanas-kritik-tni-masih-terjebak-masa-lalu-terlalu-fokus-ke-dalam-negeri
<https://m.bisnis.com/kabar24/read/20190208/15/886656/gubernur-lemhanas-kritik-tni-masih-terjebak-masa-lalu-terlalu-fokus-ke-dalam-negeri>

A.H.



------------------------------------------------------------------------
Gesendet mit der Telekom Mail App
<https://kommunikationsdienste.t-online.de/redirects/email_app_android_sendmail_footer>


--- Original-Nachricht ---
Von: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [temu_eropa]
Betreff: [temu_eropa] Bagaimana Jokowi Khianati Reformasi dengan Hidupkan 
Dwifungsi ABRI
Datum: 08.02.2019, 15:41 Uhr
An: Yahoogroups, GELORA_In, Sie Tik Tan, Harry Singgih, Lingkar Sitompul, 
Daeng, Harsono Sutedjo, Oman Romana, Gol, da...@telia.com, Billy Gunadi, 
Tjoa, Sahala Silalahi, Andreas Sungkono, Farida Ishaja, Nunu Nugroho, 
Rachmat Hadi-Soetjipto, WIN DJOYO, Bambang Djalisnetra




 Lho, jadi nggak perlu "membangkitkan" mayat Suharto atau menunggu Prabowo
 jadi presiden untuk hidupkan kembali Dwifungsi ABRI, dong!!!???? Ya memang
 justru di jaman Jokowi ini para penganggur militer akan berbondong-bondong
 disalurkan dan menjabat di bidang sipil!! Apa nggak heibaat tuh presiden
 kalian, para pendukung Jokowi???!!



 Bagaimana Jokowi Khianati Reformasi dengan Hidupkan Dwifungsi ABRI


 [Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi
 Tjahjanto (kiri) dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (tengah)
 bersiap memberikan pengarahan kepada siswa Sesko TNI dan Sespimti Polri di
 Istana Negara, Jakarta, Kamis (23/8). Presiden Joko Widodo memberikan
 arahan secara langsung kepada 212 siswa Sekolah Staf dan Komando TNI dan
 peserta Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri tahun 2018. ANTARA
 FOTO/Hafidz Mubarak A/ama/18]
 
<https://tirto.id/bagaimana-jokowi-khianati-reformasi-dengan-hidupkan-dwifungsi-abri-dgaf?fbclid=IwAR1TAVVarN5MD6GWwaqJ4XGI3zFbp9RrEGu6z7mpQlyYMo4sfxQLrUIUyWQ>
           Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Panglima TNI Marsekal
           TNI Hadi Tjahjanto (kiri) dan Kapolri Jenderal Polisi Tito
           Karnavian (tengah) bersiap memberikan pengarahan kepada siswa
           Sesko TNI dan Sespimti Polri di Istana Negara, Jakarta, Kamis
           (23/8). Presiden Joko Widodo memberikan arahan secara langsung
           kepada 212 siswa Sekolah Staf dan Komando TNI dan peserta
           Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri tahun 2018. ANTARA
           FOTO/Hafidz Mubarak A/ama/18

           Oleh: Rio Apinino - 7 Februari 2019


tirto.id <https://tirto.id/>  - "Cabut dwi-fungsi ABRI!" adalah salah satu 
slogan yang paling banyak dikumandangkan di jalanan oleh para 
pemuda-mahasiswa sebelum Soeharto jatuh hingga periode awal reformasi. Itu 
adalah satu dari beberapa amanat gerakan reformasi, yang, sayangnya, belum 
betul-betul terealisasikan meski presiden telah berganti berkali-kali. 

Alih-alih mengembalikan tentara ke barak, yang terjadi justru sebaliknya: 
pimpinan sipil, termasuk Joko Widodo, malah secara sadar menarik kembali 
mereka ke tengah-tengah kita. Upaya ini terjadi di tengah seringnya Jokowi 
bicara soal netralitas aparat. Ia mengatakan soal netralitas ini, misalnya, 
saat memberikan pengarahan kepada ribuan babinsa
<https://www.antaranews.com/berita/731087/presiden-jokowi-ingatkan-tni-polri-jaga-netralitas>
 
 di Balai Prajurit di Makassar, 29 Juli tahun lalu. 

Gagasan utama dwifungsi adalah keikutsertaan angkatan perang dalam politik. 
Konseptornya adalah Jenderal (Purn.) Abdul Haris Nasution ketika menjabat 
Kepala Staf Angkatan Darat. Nasution memperkenalkan konsep "jalan tengah" 
yang jadi embrio dwifungsi. Jalan tengah membuka jalan bagi militer untuk 
berpolitik, bahkan mencampuri urusan sipil atas nama "stabilitas nasional" 
di kemudian hari.

Jika pengertian soal dwifungsi ini yang dipegang, maka kita bisa menyebut 
beberapa kasus yang mengindikasikan kembalinya dwifungsi itu di era Jokowi. 
Kita juga bisa menyebut beberapa harapan Jokowi ke tentara yang sebetulnya 
sama sekali di luar tugas utama mereka—berperang dan menjaga teritori 
negara. 

Beberapa contoh adalah pelibatan tentara dalam proyek swasembada beras 
hingga menertibkan demo dan mogok buruh.

Pelibatan tentara untuk 'mencetak sawah
<https://tirto.id/modus-tni-membantu-petani-ctiU> ' dilakukan dengan dasar 
perjanjian kerja sama antara Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan 
Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo pada Januari 2015. Sementara pelibatan 
tentara menertibkan demo/mogok
<https://tirto.id/mou-tni-polri-soal-kamtibmas-membikin-tni-seperti-di-era-orba-cEdn%20>
 
 adalah berdasarkan nota kesepahaman antara Polri dan TNI pada awal tahun 
2018. 

Yang paling baru, keinginan Jokowi untuk mengatasi masalah perwira nonjob 
di internal TNI dengan menciptakan 60 pos baru. Rencana ini kemudian 
diterjemahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, salah satunya dengan 
mendistribusikan para perwira itu ke kementerian. Hadi bahkan mewacanakan 
penempatan ini diatur dan dimasukan dalam revisi UU TNI.




   Baca juga:
       * Dwifungsi ABRI dan Jalan Terbuka Politik Tentara
         
<https://tirto.id/dwifungsi-abri-dan-jalan-terbuka-politik-tentara-cC1R>




Usulan ini dianggap masalah lantaran mengkhianati agenda reformasi. "Itu 
jelas masalah. Kita harus ingat UU TNI sebagai pedoman jelas mengatur 
batasan bagi TNI untuk beraktivitas di luar tugas pokoknya. Pemerintah 
harus hati-hati jika merevisi UU TNI melawan semangat reformasi karena itu 
akan sangat mengecewakan," kata peneliti militer dari Institute for 
Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi kepada reporter 
Tirto, Kamis (7/2/2019).

Pun demikian dengan pengamat militer sekaligus dosen FISIP UPN Veteran 
Jakarta, Beni Sukardis. Beni bilang, wacana ini seperti seperti langkah 
mundur. "Itu, kan, kembali ke dwifungsi ABRI. Kurang tepat kalau dia [TNI] 
masuk ke dalam lembaga-lembaga sipil lagi," katanya. 

Agar dapat menempatkan para perwira itu, UU TNI mesti direvisi. Bagi 
Direktur Imparsial Al Araf, jika aturan itu jadi diubah demi memuluskan 
langkah menyerap tentara di instansi sipil, nama Jokowi sebagai presiden 
sipil dan bukan bagian dari Orde Baru akan tercoreng.

"Masyarakat akan menolak karena menganggap itu kemunduran reformasi TNI," 
katanya, juga kemarin. 




Jadi 'Humas' Presiden Hingga Fasilitator BNPB


Selain (akan) terlibat dalam pelbagai urusan sipil, tentara era Jokowi juga 
dipergunakan layaknya humas
<https://tirto.id/tni-itu-alat-pertahanan-negara-bukan-humas-presiden-cUtn> 
.. 

Ini terlihat, misalnya, ketika Jokowi meminta tentara terlibat 
mensosialisasikan program dan kerja pemerintah. Permintaan ini disampaikan 
saat pidato di hadapan perwira Sekolah Staf dan Komando TNI dan Sekolah 
Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 
23 Agustus 2018.

"Yang berkaitan dengan program-program pemerintah.... yang telah banyak 
kita lakukan, saya titip agar seluruh perwira juga ikut mensosialisasikan," 
kata Jokowi.




   Baca juga:
       * Abdul Haris Nasution Si Penggagas Dwifungsi ABRI
         
<https://tirto.id/abdul-haris-nasution-si-penggagas-dwifungsi-abri-cv3x>




 [Infografik currrent issue dwifungsi ABRI]

Ia juga meminta para babinsa—struktur terendah di tentara—membantunya 
menangkal hoaks PKI. Para babinsa diminta menjelaskan ke masyarakat kalau 
dia sama sekali tak punya kaitan dengan partai yang telah dilarang sejak 
1966 itu. Yang terbaru, rencana pelibatan  5.000 babinsa
<https://tirto.id/5000-babinsa-ditolak-jadi-fasilitator-bnpb-tahap-pasca-bencana-df43>
 
 sebagai fasilitator BNPB tahap pascabencana.

Bagi Wakil Direktur Imparsial Ghufron Mabruri, apa yang dilakukan Jokowi 
adalah bentuk  abuse of power: memerintahkan aktor keamanan di luar tugas 
pokoknya. Ghufron menganggap Jokowi telah melanggar regulasi yang sudah ada 
sebab kondisi objektif yang mendukung pelibatan TNI belum ada.

"Enggak bisa sekonyong-konyong pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi 
mendorong pelibatan tentara di luar tugas pokoknya," katanya.

Mabes TNI membantah tengah berupaya kembali ke dwifungsi—posisi yang jelas 
menguntungkan mereka. Kepala Puspen TNI Mayor Jenderal Sisriadi mengatakan 
sejarah dwifungsi telah selesai ketika Soeharto jatuh pada 1998 lalu. 

"Saat reformasi kami mengalami transformasi. Jadi kalau kembali ke sana 
[dwifungsi] kami bingung caranya bagaimana," katanya, Rabu (6/2/2019) 
kemarin.

Baca juga artikel terkait  DWIFUNGSI TNI
<https://tirto.id/q/dwifungsi-tni-i63?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword> 
 atau tulisan menarik lainnya  Rio Apinino
<https://tirto.id/author/rioapinino?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowauthor>
(tirto.id -  Politik) 

Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Rio Apinino



  • [GELORA45] ... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
    • [GELOR... 'arif.hars...@t-online.de' arif.hars...@t-online.de [GELORA45]
    • [GELOR... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
      • Re... Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
        • ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]

Kirim email ke