Ahli : Tidak perlu otopsi untuk buktikan infeksi COVID-19
Selasa, 2 Juni 2020 14:25 WIB
Ahli : Tidak perlu otopsi untuk buktikan infeksi COVID-19
Penyakit coronavirus COVID-19 - infeksi ilustrasi medis 3D.
ANTARA/Shutterstock/pri. (ANTARA/Shutterstock)
Apakah protokol rontgen atau CT scan dilakukan di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Ahli Virologi Universitas Udayana Prof G N Mahardika
mengatakan tanpa otopsi diagnosis persumtive infeksi COVID-19 berat
dapat dilakukan dengan rontgen atau CT scan.
"Sebetulnya diagnosis persumtive COVID-19 berat bisa dibuat dengan
rontgen atau CT scan. Apakah protokol rontgen atau CT scan dilakukan di
Indonesia, saya tidak tahu," kata Mahardika menjawab ANTARA di Jakarta,
Selasa, terkait informasi hoaks yang menyebutkan penyebab COVID-19 bukan
virus melainkan bakteri.
Ia mengatakan laporan dari berbagai penjuru dunia yang dipublikasi di
jurnal ilmiah bereputasi tidak ada yang menyebut isolasi bakteri seperti
disebutkan hoaks tersebut. Jika benar bakteri yang menyebabkan COVID-19
mestinya jauh lebih mudah dideteksi.
Sementara itu, soal kasus flu burung berhasil digagalkan menjadi pandemi
yang disebut mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, menurut dia,
karena memang virus tersebut tidak menginfeksi dari manusia ke manusia
dan vaksin flu burung yang dikembangkan swasta nasional efektif.
Sedangkan untuk virus corona baru penyebab penyakit COVID-19
dikatakannya memang tidak diragukan bisa menular antara manusia ke manusia.
*Baca juga:Penelitian di AS ungkap plasma eks pasien ringankan gejala
COVID-19
<https://www.antaranews.com/berita/1510810/penelitian-di-as-ungkap-plasma-eks-pasien-ringankan-gejala-covid-19>
Baca juga:Riset: Mayoritas pasien corona miliki antibodi tapi belum
pasti kebal
<https://www.antaranews.com/berita/1466937/riset-mayoritas-pasien-corona-miliki-antibodi-tapi-belum-pasti-kebal>*
Ada komorbiditas, tapi/causa mortis/yang membuat pasien positif COVID-19
meninggal yang perlu dilihat, kata Mahardika. "Kalau/causa
mortis/seseorang meninggal disertai gejala sesak nafas ya tentu bukan
diabetes."
Jika hasil CT scan menunjukkan perubahan/ground glass appreareance/,
paru-paru penuh air seperti orang tenggelam, paru-paru pasien yang
bersangkutan punya radang limposit itu menunjukkan adanya infeksi virus,
kata dia.
Publikasi hasil otopsi pasien kasus COVID-19 sudah banyak di luar negeri
dan membuktikan penyebabnya virus, sehingga tidak perlu otopsi untuk
membuktikan hal sama di Indonesia ujarnya.
Menurut dia, otopsi pasien COVID-19 perlu, tapi urgency hanya dari segi
kebutuhan ilmiah.
Justru, menurut dia, Indonesia kekurangan data untuk isolasi virus
corona barunya.
Mahardika menegaskan informasi yang beredar cepat di/whats app
group/(WAG) akhir-akhirnya ini, yang menyebutkan/coronavirus disease
2019/adalah bohong, bukan dari virus tapi dari bakteri, semua itu
diketahui oleh Italia setelah mereka mengotopsi jenazah korban corona
adalah hoaks.
*Baca juga:Guru besar ingatkan penyemprotan disinfektan bisa matikan
bakteri baik
<https://www.antaranews.com/berita/1388574/guru-besar-ingatkan-penyemprotan-disinfektan-bisa-matikan-bakteri-baik>*
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina