Ahok dan Jejak Premanisme di Kalijodo 
https://kumparan.com/muhamad-iqbal/ahok-dan-jejak-premanisme-di-kalijodo Ahok 
dan Jejak Premanisme di Kalijodo image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/w_50,h_50,c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy/main2_rqo7a5.jpg


 kumparan
Sabtu 14 Oktober 2017 - 21:09 
https://kumparan.com/muhamad-iqbal/ahok-dan-jejak-premanisme-di-kalijodo
 



 

 
 image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy,w_800/bonc8cmugxf6lefutefx.jpg
 
Free style BMX di Kalijodo. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
 "Yang punya kepentingan di Kalijodo ini banyak, punya power mereka," ucap pria 
bernama Guru bernada tinggi. 

 Sambil menyeruput kopi di warung belakang Masjid Kalijodo, pria paruh baya itu 
bercerita tentang kehidupan Kalijodo sebelum ada penggusuran pada Februari 2016 
silam. Hidup belasan tahun di Kalijodo, membuat Guru akrab dengan prostitusi, 
premanisme, perjudian dan model 'kehidupan hitam' lain Ibu Kota.

 Sebut saja Daeng Aziz, 'pendekar' terakhir Kalijodo yang memilih berhadapan 
dengan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat akan dilakukan 
penggusuran. Sosok pria bernama Abdul Azis --sebagai salah satu pimpinan 
kelompok preman di Kalijodo-- sudah termasyhur bagi warga di kawasan Kalijodo. 
Terutama karena menguasai bisnis minuman keras dan sejumlah bisnis lain selama 
bertahun-tahun.

 "Sampai yang punya Kalijodo (Daeng Azis) juga ditangkap,” ucap Guru.

 
 image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy,w_800/yrzs2qg6nrszyffbwt8z.jpg
 
Daeng Azis. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
 Walaupun tidak secara khusus mengenal Daeng Azis, Guru mencurigai sekelompok 
orang yang memiliki kepentingan khusus dan menghalangi sejumlah orang untuk 
masuk ke kawasan Kalijodo. Mereka khawatir akan kondisi kelam Kalijodo 
terdengar sampai masyarakat luas dan mempengaruhi keuntungan kelompok tersebut.

 “Ada berburuk sangka terhadap orang-orang yang masuk (ke Kalijodo). 
Jangan-jangan mau mencari informasi dan memberikan laporan kejelek-jelekan 
lokasi Kalijodo. Orang-orang tahu Kalijodo sarang preman. Wartawan yang masuk 
juga enggak boleh banyak nanya. Dihalang-halangilah,” kata Guru masih 
menceritakan suasana sebelum penggusuran.

 “Kalau dibilang mencekam ya mencekam. Karena (kelompok) yang punya kepentingan 
itu dapat keuntungan dengan adanya Kalijodo. Yang sehari-harinya bergantung di 
situ sumber-sumber penghasilannya,” lanjutnya. 

 Guru termasuk yang terdampak penggusuran. Dia mengaku pasrah dan tidak bisa 
melawan, karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan ketika penggusuran akan 
dieksekusi ribuan polisi, Satpol PP termasuk ada TNI.

 “Enggak lah, ngapain protes? Kita juga enggak punya apa-apa," lanjutnya yang 
mengaku bekerja di Kalijodo membantu temannya.

 Tapi sebagaimana diketahui, Daeng Azis tak bisa melawan dan akhirnya dijadikan 
tersangka kasus prostitusi oleh Polda Metro Jaya pada Februari 2016. 

 
 image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy,w_800/oj1hwd4esp74sqzhcgk2.jpg
 
Suasana Sore Hari di RPTRA Kalijodo (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
 Saat ini Guru hanya bisa menganggur, sesekali mendatangi Taman Kalijodo yang 
dulu pernah menjadi tempat tinggalnya. Ia memutuskan untuk tidak ikut pindah ke 
Rusun Pulogebang, Jakarta Timur, walaupun sudah ditawari oleh Pemprov DKI. Ia 
juga tidak mempermasalahkan penggusuran di Kalijodo karena dapat memberikan 
perubahan dan warna baru bagi Jakarta.

 Pria yang tidak tinggal bersama keluarganya ini membandingkan kehidupan 
masyarakat Kalijodo dulu dan sekarang. Ia melihat banyak warga Kalijodo yang 
memiliki kehidupan yang lebih baik saat ini.

 “Orang-orang yang direlokasi dari Kalijodo kan hidupnya dulu gelap, sekarang 
jadi ada yang lebih baik. Mereka dipekerjakan dengan baik kok. Orang-orang yang 
punya kepentingan itu yang barangkali sakit hati dengan digusurnya Kalijodo. 
Kalau saya pribadi, saya udah enggak peduli. Kalijodo orang tahunya sarang 
preman,” ucapnya.

 “Sebenarnya tidak (dirugikan). Tapi mereka yang punya kepentingan dirugikan. 
Sebelum digusur kan kumuh. Orang tanpa Kalijodo juga tetap bisa hidup. Sekarang 
perubahannya pesat sekali, perkembangannya jadi lebih baik dan bisa 
dimanfaatkan banyak orang,” kata Guru.

 
 image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy,w_800/bdc4yzdhjunuuu37hpwi.jpg
 
Suasana Sore Hari di RPTRA Kalijodo (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
 Guru pun memiliki harapan bagi pemerintahan DKI selanjutnya untuk melaksanakan 
janji kampanye dan membuat kebaruan bagi penduduk Jakarta.

 “Paling tidak kesejahteraan masyarakat ada yang diperbaharui supaya menarik 
warga. Kalau enggak ada yang baru bosan juga. Karena mau nggak perubahan pasti 
terjadi, siapapun yang akan memimpin. Pemerintah harus memberikan solusi-solusi 
terbaik,” tutupnya diakhir perbincangan.

 Begitulah wajah Kalijodo berubah. Lapak-lapak prostitusi dan judi berubah jadi 
sarana bermain anak dan orang tua. 

 Seperti tampak pada Selasa (10/10), Taman Kalijodo sangat ramai pada sore hari 
ini. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua menghabiskan waktunya sambil 
menunggu matahari terbenam. Ada yang berolahraga, bermain dengan ayunan dan 
perosotan, bermain skateboard, atau sekedar berfoto-foto. 

 “Woy oper bolanya ke sini. Sini gue gol-in,” teriak salah satu anak laki-laki 
berkaos merah di RPTRA Kalijodo.

 
 image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy,w_800/mowpz7x1iawu0olwdh72.jpg
 
Suasana RPTRA Kalijodo (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
 Tak jauh dari RPTRA, di sebelah kanan ada 2 orang lansia yang sedang berjalan 
di batu refleksi sambil mengobrol. Entah apa yang sedang dibicarakan, namun 
mereka terlihat menikmati berjalan di atas batu-batu kecil itu.

 Lain lagi di Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terletak persis di samping RPTRA. 
Puluhan orang sedang berfoto dengan latar belakang tembok besar dengan grafiti 
berwarna-warni. Ada juga yang berfoto dengan seni instalasi terbaru yaitu 
‘pecahan tembok Berlin’.

 
 image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy,w_800/xc8w71if5pmxvzmnjexq.jpg
 
Seni Patung Menembus Batas di Kalijodo (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
 “Datang karena tertarik dengan wisatanya. Baru pertama kali ke sini. Semua 
fasilitas suka. Tempatnya bagus juga dan terawat, cuma tamannya masih gersang,” 
kata Raymon yang berasal dari Cipondoh, Tangerang.

 Sejak diresmikan pada 22 Februari 2017, kini Taman Kalijodo menjadi primadona 
wisata hiburan bagi warga Jakarta dan sekitarnya.

 “Ini RPTRA wisata. Banyak masyarakat yang berkunjung turun dari bis wisata 
terutama pada akhir pekan, camping di sini. Pengunjungnya bisa mencapai 
ribuan,” kata salah satu pengelola RPTRA Kalijodo, Dewi Mayasari.

 Kalijodo hanya salah satu potret kebijakan yang berhasil dilakukan Ahok saat 
memimpin, sebelum akhirnya digantikan Djarot. Dengan dilantiknya Anies 
Baswedan-Sandiaga Uno pada Senin (16/11), warga berharap akan ada banyak juga 
perubahan terjadi di Jakarta.

 
 image: 
https://img.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_progressive,fl_lossy,w_800/rmflggszqsm1cffmwm6l.jpg
 
Kenampakan Kalijodo Skatepark dari udara. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)






 
Read more at 
https://kumparan.com/muhamad-iqbal/ahok-dan-jejak-premanisme-di-kalijodo#PRwlKZWQpB7M3IO7.99

 

Kirim email ke